Testosteron Rendah Pada Pria Berkaitan dengan Gejala COVID-19 Parah

 Studi terbaru melihat tingkat hormon seks testosteron yang rendah pada pria kemungkinan berkaitan dengan gejala COVID-19 lebih parah. Hal ini diketahui setelah peneliti dari Saint Louis University menganalisa data dari 90 pasien pria dan 62 pasien wanita positif COVID-19.

Peneliti dilaporkan mengambil sampel darah pada pasien yang dirawat di rumah sakit sampai tiga, tujuh, 14, dan 28 hari. Peneliti kemudian mengukur dan membandingkan tingkat hormon testosteron, estradiol, serta hormon pertumbuhan IGF-1 tiap pasien.


Pada wanita tidak ditemukan kaitan keparahan COVID-19 dengan tingkat hormon yang diukur. Sementara pada pria, kebanyakan yang dirawat di rumah sakit memiliki rata-rata testosteron rendah 52 nanogram per desiliter.


Tingkat testosteron yang normal pada pria dewasa disebut seharusnya 250 nanogram per desiliter. Peneliti tidak bisa menjelaskan apakah tingkat testosteron rendah yang menyebabkan gejala COVID-19 lebih parah atau mungkin sebaliknya.


Pasien pria dengan testosteron yang rendah juga disebut berkaitan dengan tingkat peradangan yang lebih tinggi di tubuh.


"Pria positif COVID-19 yang awalnya tidak terlalu sakit, tapi tingkat testosteronnya rendah, akan lebih mungkin membutuhkan perawatan intensif atau intubasi selama dua sampai tiga hari ke depan," kata pemimpin studi Dr Sandeep Dhindsa seperti dikutip dari Live Science, Kamis (27/5/2021).


"Testosteron yang rendah sepertinya bisa memprediksi pasien mana yang kemungkinan akan jatuh sakit lebih parah dalam beberapa hari ke depan," lanjutnya.


Penelitian yang dipublikasi di jurnal JAMA Network Open ini sudah memperhitungkan faktor risiko lain, seperti komorbid, berat massa tubuh, kebiasaan merokok, dan ras.

https://tendabiru21.net/movies/house-of-1000-pleasures/


Beri Waktu 90 Hari, Biden Perintahkan Intel AS Selidiki Asal-usul COVID-19


- Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah menginstruksikan Badan Intelijen AS untuk menyelidiki asal-usul COVID-19. Ini untuk membuktikan apakah benar virus Corona berasal dari kontak antara manusia dan hewan, atau dari laboratorium China.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu, Biden mengatakan Badan Intelijen AS telah menggabungkan dua skenario yang mungkin saja terjadi terkait asal-usul COVID-19. Namun, hingga saat ini belum bisa disimpulkan secara pasti tentang dari mana virus Corona berasal.


Oleh karenanya, Biden meminta Badan Intelijen AS "untuk melipatgandakan upaya dalam mengumpulkan dan menganalisis informasi yang dapat membawa kita lebih dekat ke kesimpulan yang pasti", dan melaporkan kembali kepadanya dalam waktu 90 hari.


"AS akan terus bekerja dengan para mitra yang berpikiran sama di seluruh dunia untuk menekan China agar mau berpartisipasi dalam penyelidikan internasional berbasis bukti yang penuh, transparan, dan untuk memberikan akses ke semua data dan bukti yang relevan," ujar Biden, dikutip dari BBC.


Sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyimpulkan bahwa penularan virus Corona berasal dari kontak antara manusia dan hewan adalah skenario yang paling mungkin terjadi. Sedangkan teori COVID-19 disebabkan kecelakaan di laboratorium "sangat tidak mungkin".


Meski demikian, WHO pun mengaku penelitian lebih lanjut terkait asal-usul COVID-19 tetap perlu dilakukan.


Teori COVID-19 berasal dari laboratorium kembali menguat setelah laporan dari intelijen AS yang mengatakan ada tiga orang peneliti dari Institut Virologi Wuhan (WIV) yang sakit parah pada November 2019, satu bulan sebelum kasus pertama COVID-19 dilaporkan.


Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijan, membantah laporan AS. Menurutnya, kabar temuan peneliti WIV yang sakit parah tersebut sama sekali tidak benar.

https://tendabiru21.net/movies/sins-of-the-flesh/

Komentar

Postingan Populer