Alasan Tetap Wajib Pakai Masker Meski Sudah Divaksinasi COVID-19
- Vaksin adalah salah satu langkah besar untuk mencegah penyebaran virus COVID-19. Meskipun program vaksinasi telah berjalan, belum ada hasil pasti bahwa vaksin ampuh untuk menghilangkan virus COVID-19.
Penerima vaksin dianjurkan untuk tetap memakai masker walaupun sudah disuntik vaksin. Sebab, tanpa disadari mereka dapat menularkan virus COVID-19 kepada orang lain yang tidak divaksinasi. Perlu diingat, bahwa orang yang sudah disuntik vaksin belum tentu terbebas dari COVID-19.
"Perlu waktu untuk mendistribusikan vaksin secara luas dan mencapai kekebalan tubuh pada sekelompok orang. Jadi, pemakaian masker dan jaga jarak tetap penting untuk menghentikan penyebaran COVID-19," ungkap Anne Rimoin, PhD, MPH, Profesor Epidemiologi di UCLA Fielding School of Public Health.
Dikutip dari Health, beberapa orang tidak bisa mendapatkan vaksinasi, seperti mereka yang memiliki reaksi alergi parah terhadap bahan-bahan vaksin. Wanita hamil atau menyusui juga memilih untuk tidak menerima vaksin sampai ada informasi yang jelas mengenai keamanan vaksin untuk mereka.
Selalu memakai masker dianggap penting karena varian COVID-19 baru sudah teridentifikasi. Varian baru COVID-19 dapat menyebar lebih mudah ke banyak orang jika orang yang sudah disuntik vaksin dapat menularkan virus dan tidak memakai masker.
"Sulit untuk membuat semua orang mengikuti peraturan memakai masker. Orang yang sudah divaksinasi belum tentu kebal dari virus COVID-19. Jika mereka tidak memakai masker, penyebaran COVID-19 dikhawatirkan akan semakin meningkat," kata Michal Tal, PhD, Ahli Imunologi di Universitas Stanford.
CDC merekomendasikan untuk menghindari kerumunan serta tidak berada di ruangan yang ventilasi udaranya kurang baik. Selalu jaga jarak dan rajinlah mencuci tangan meskipun Anda sudah disuntik vaksin COVID-19 untuk menghindari penyebaran virus Corona.
https://nonton08.com/movies/unfriended/
Bisakah COVID-19 Ditularkan Melalui Makanan? Ini Penjelasan Ahli
Beberapa waktu lalu, China kembali menemukan jejak COVID-19 di makanan. Kali ini, jejak virus Corona berada di es krim buatan lokal di China. Namun bisakah COVID-19 ditularkan melalui makanan?
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika (CDC), tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa penanganan atau konsumsi makanan terkait dengan COVID-19. Sebab COVID-19 adalah virus yang mengandung selubung tambahan yang biasanya diturunkan dan dimodifikasi dari membran inang. Virus tersebut akan mati begitu berada di luar tubuh.
Menurut profesor keluarga Gellert dalam keamanan pangan di Cornell University, New York, Martin Wiedmann, PhD, sebagai virus yang 'diselimuti', SARS-CoV-2 sangat tidak stabil di luar inangnya dan akan cepat mati karena makanan.
"Makanan sangat jarang dites positif bahkan untuk materi genetik virus. Sejauh ini, satu-satunya laporan tentang makanan yang terkontaminasi berasal dari Asia dan bahkan laporan ini biasanya melaporkan adanya materi genetik virtual dan bukan virus hidup," ujar Wiedmann, yang dikutip dari Very Well Health.
AP News melaporkan bahwa Pusat Penilaian Risiko Keamanan Pangan Nasional China menemukan tingkat positif untuk pengujian pada paket yaitu 0,48 per 10.000. Tingkat positif adalah persentase dari semua pengujian yang dilakukan yang sebenarnya positif.
"Jumlah sampel positif dalam laporan ini sangat rendah, sama sekali tidak ada alasan untuk khawatir tentang penularan SARS-CoV-2 melalui makanan." ujarnya.
Komentar
Posting Komentar