WHO Ingatkan COVID-19 Bukan Pandemi Terakhir, Begini Maksudnya

 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pandemi virus Corona COVID-19 bukan pandemi terakhir di dunia. Meski demikian, upaya peningkatan kesehatan manusia tidak akan berarti tanpa mengatasi perubahan iklim dan kesejahteraan hewan.

Dikutip dari laman India Times, Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus Tedros menyanggah anggapan bahwa virus Corona bagian dari siklus pendek yang akan lewat, lalu tidak melakukan apapun untuk mempersiapkan pandemi berikutnya. Sudah waktu untuk belajar untuk pandemi virus Corona.


"Sudah terlalu lama dunia telah beroperasi dalam siklus kepanikan dan pengabaian," kata Tedros dalam pesan video yang menandai Hari Kesiapsiagaan Epidemi Internasional.


"Kami membuang uang saat terjadi wabah. Ketika sudah berakhir, kami melupakannya dan tidak melakukan apa pun untuk mencegah wabah berikutnya. Ini sangat picik, dan terus terang sulit untuk dipahami," ujar dia.


Dalam laporan tahunan pertama yang diterbitkan oleh Dewan Pengawas Kesiapsiagaan Global WHO pada 2019 lalu mengatakan bahwa Bumi tidak siap bila pandemi yang merusak terjadi.


Dari laporan ini, Ghebreyesus menyatakan bahwa berbagai upaya untuk meningkatkan kesehatan manusia tidak akan berjalan baik jika ketidakseimbangan ekosistem dan perubahan iklim tidak segera ditangani.


"Sejarah memberitahu kita bahwa ini bukan pandemi terakhir dan epidemi adalah fakta kehidupan. Pandemi telah menyoroti hubungan erat antara kesehatan manusia, hewan, dan planet," ujar Tedros.


"Setiap upaya untuk meningkatkan kesehatan manusia akan gagal kecuali mereka mengatasi kritis antara manusia dan hewan, serta ancaman perubahan iklim yang membuat bumi kita kurang layak dihuni," tuturnya, menambahkan.


Virus Corona telah menewaskan sedikitnya 1,75 juta orang serta menginfeksi hampir 80 juta lainnya di seluruh dunia sejak pertama kali muncul di China pada Desember 2019.


"Dalam 12 bulan terakhir, dunia kita telah terbalik. Dampak pandemi jauh melampaui penyakit itu sendiri dengan konsekuensi luas bagi masyarakat dan perekonomian," ujarnya.

https://cinemamovie28.com/movies/head-on/


DIY Minati GeNose untuk Screening, Tidak untuk Gantikan Tes PCR


Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda DIY) mengungkapkan keinginannya untuk memiliki alat pendeteksi COVID-19 besutan para ahli UGM bernama GeNose. Pemda saat ini tengah berkomunikasi dengan gugus tugas.

"Gugus tugas sedang merancang untuk bisa memiliki GeNose itu," kata Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji saat ditemui wartawan di Kompleks Kantor Gubernur DIY, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta, Senin (28/12/2020).


Bukan tanpa alasan, hal tersebut agar tidak ada pemesanan ganda antara Pemda dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab). Pasalnya GeNose sangat bermanfaat untuk menggencarkan screening COVID-19.


"Tentu Gugus Tugas DIY harus komunikasi dengan gugus tugas Kabupaten agar tidak ada double. Karena GeNose itu dipergunakan untuk screening, tapi nanti kalau sudah masuk rumah sakit pakai PCR, jadi saling melengkapi tapi tidak menggantikan karena kita sekarang punya 3 yaitu GeNose, Rapid Antigen dan PCR," ucapnya.


Dihubungi terpisah, Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana mendukung langkah Pemda untuk sesegera mungkin memiliki GeNose. Menurutnya, apabila sudah memiliki GeNose semua masyarakat DIY bisa terdeteksi sedini mungkin.


"Kita juga minta screening pakai GeNose karena kan harganya (untuk tes embusan menggunakan GeNose) murah. Harapannya semua masyarakat bisa dites menggunakan GeNose," ucapnya.


Diberitakan sebelumnya, alat pendeteksi COVID-19 besutan para ahli UGM bernama GeNose akhirnya mengantongi izin edar dan siap dipasarkan. Hal itu membuat GeNose siap diproduksi secara massal.

https://cinemamovie28.com/movies/a-walk-on-the-moon/

Komentar

Postingan Populer