Selandia Baru Tolak Legalisasi Ganja, Setujui Eutanasia
Mayoritas warga Selandia Baru setuju untuk melegalkan eutanasia namun menolak legalisasi ganja untuk rekreasi. Demikian hasil sementara referendum Selandia Baru pada Jumat (30/10).
Dikutip dari Reuters, dalam referendum tentang apakah akan mengizinkan penggunaan dan penjualan ganja, 53 persen mengatakan tidak dan 46 persen memilih mendukung, menurut hasil awal yang dirilis oleh Electoral Commission Selandia Baru.
Sementara itu, di referendum terpisah, warga Selandia Baru setuju untuk melegalkan eutanasia, dengan 65 persen memilih ya.
Eutanasia adalah tindakan mengakhiri dengan sengaja kehidupan makhluk yang sakit berat atau luka parah dengan kematian yang tenang dan mudah atas dasar perikemanusiaan. Eutanasia dalam prakteknya juga sering disebut suntik mati.
Warga Selandia Baru mengambil pandangan yang lebih liberal tentang eutanasia. Jika legalisasi disahkan makka orang-orang dengan penyakit mematikan dan hanya memiliki harapan hidup enam bulan 'diizinkan' mengakhiri hidupnya.
Beberapa negara yang telah melegalkan eutanasia di antaranya Belanda, Lusemburg, Kanada, Belgia, dan Kolombia.
Berbeda dengan eutanasia yang mendapat dukungan warga, legalisasi ganja nampaknya masih sulit dilakukan. Sementara penanaman dan penggunaan ganja tersebar luas di Selandia Baru, peringatan bahwa legalisasi akan membuat obat tersebut lebih mudah diakses oleh anak-anak menuai perdebatan di antara warga Selandia Baru.
Usulannya adalah mengizinkan orang dewasa berusia 20 tahun ke atas untuk membeli ganja dari gerai berlisensi dan menanam tanaman di rumah. Itu akan membuat produk ganja dapat dibeli dan dikonsumsi, meskipun iklan dan merokok ganja di depan umum akan dilarang.
Ganja untuk pengobatan, yang membutuhkan resep dokter, telah dilegalkan di Selandia Baru.
Perdana Menteri Jacinda Ardern, yang menolak untuk mengungkapkan preferensinya sebelum referendum, memilih untuk melegalkan obat tersebut, katanya kepada media lokal.
https://nonton08.com/rocknrolla-2008/
Kerap Viral di TikTok, Tenaga Kesehatan Harus Jaga Kode Etik di Medsos
TikTok saat ini jadi media sosial yang lagi digandrungi banyak orang. Hampir semua kalangan keranjingan main TikTok, tak terkecuali para tenaga kesehatan.
Belum lama ini, seorang perawat mendadak viral di TikTok setelah mengaku berebut memasangkan kateter pada pasien pria demi bisa melihat Mr P yang akhirnya menuai kontroversi.
Spesialis jantung yang juga influencer kesehatan dr Vito A Damay ikut menanggapi soal konten viral terkait nakes di TikTok. Ia mengatakan konten yang edukatif dalam konteks edukasi kesehatan yaitu memuat informasi mengenai penyakit tertentu.
Termasuk di dalamnya gejala, tanda dan cara penanganan pertama, atau solusi medisnya. Tentunya tanpa perlu memuat wajah atau nama pasien.
"Ada imbauan etik soal dokter di media sosial. Menjaga kesopanan juga termasuk di dalamnya," katanya saat diwawancarai detikcom dan ditulis Sabtu, (31/10/2020).
Dokter yang kerap memposting konten edukasi kesehatan di media sosial pribadinya ini juga menyebut tenaga kesehatan harus menjaga reputasi profesi. Jangan sampai apa yang ditampilkan ke publik malah menimbulkan persepsi negatif ke masyarakat.
"Ada anjuran juga bahwa kita bisa saja mempunyai dua akun untuk pribadi dan untuk edukasi kesehatan," pungkasnya.
Komentar
Posting Komentar