Studi Ungkap Gejala COVID-19 yang Bisa Picu Gangguan pada Otak
Dari sekian banyak gejala COVID-19 yang dikeluhkan pasien Corona, ada dua di antaranya yang disebut berisiko memicu gangguan pada otak. Gejala COVID-19 tersebut berkaitan dengan neurologis.
Para dokter memperingatkan hal ini bisa memicu gangguan otak bahkan mengganggu kondisi mental yang bisa berubah drastis. Studi di Inggris terkait dengan COVID-19 Symptoms App menunjukkan beberapa gejala COVID-19 tak biasa.
Data mereka menunjukkan pasien COVID-19 banyak yang mengalami delirium dan kebingungan akut. Dokter mengingatkan gejala COVID-19 ini bahkan bisa dialami pasien COVID-19 yang sebelumnya mengeluhkan gejala ringan.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di US National Library of Medicine National Institutes of Health, komplikasi delirium pada pasien COVID-19 tengah diselidiki. Catatan studi mereka menunjukkan beberapa pasien COVID-19 menunjukkan gejala pada sistem saraf pusat.
"COVID-19 sebagian besar adalah penyakit pernapasan. Namun, beberapa kasus menunjukkan fitur lain termasuk gejala sistem saraf pusat," ujar studi dikutip dari Express UK.
"Pada orang dewasa yang lebih tua, COVID-19 mungkin muncul dengan gejala atipikal, termasuk delirium dan komplikasinya," kata para peneliti.
Siapa yang paling berisiko terkena gejala COVID-19 yang memicu gangguan pada otak?
"Orang tua berada pada risiko terbesar dari COVID-19 dan jika terinfeksi, mereka mungkin mengalami delirium," jelas studi tersebut.
Tanda-tanda pasien COVID-19 mengalami delirium
- Sering berkeringat
- Perubahan akut pada kondisi mental dan perilaku
- Mengalami kebingungan parah dan berkurangnya kesadaran pada lingkungan sekitar
Kaitan pasien COVID-19 dengan delirium
"Tepat pada awal pandemi, kami melihat bahwa pasien dengan virus Corona datang dengan mengalami kebingungan parah dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan sekitar," jelas Dr Claire Steves, konsultan ahli geriatri.
"Pertanyaan besarnya adalah apakah orang dengan virus corona mengembangkan delirium karena virus tersebut memiliki efek yang sangat besar pada tubuh dan sistem kekebalan, seperti yang mungkin kita lihat pada infeksi lain, atau adakah sesuatu yang lebih spesifik dengan virus corona dan otak?" lanjutnya.
Dr Steve menduga virus SARS-CoV-2, yang menyebabkan COVID-19, dapat memasuki sel saraf di otak, mengganggunya dan menyebabkan gejala delirium.
https://cinemamovie28.com/black-panther/
Kemenkes RI Tegaskan Lagi Vaksin COVID-19 Ini Akan Tersedia November
Sampai saat ini, berbagai negara di dunia termasuk Indonesia tengah berlomba untuk menyediakan vaksin COVID-19. Kementerian Kesehatan RI memastikan salah satu vaksin sudah tersedia pada November mendatang.
Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi, Achmad Yurianto, menyebut pengiriman pertama vaksin ini akan dilakukan di bulan tersebut.
"Sinovac jelas, kita akan diberi kesempatan produksi melalui Bio Farma. Kalau pertama pengiriman November. Tapi, Bio Farma butuh waktu produksi, Januari lah. Mereka menawarkan yang sudah jadi, 3 jutaan (dosis)," ujarnya pada CNBC Indonesia, Senin (26/10/2020).
Yuri, sapaannya, mengatakan satu orang nantinya akan diberikan dua dosis vaksin Sinovac, jadi akan ada 3 juta dosis untuk 1,5 juta orang. Bulk Vaksin atau konsentrat yang dikirim November nanti akan dikirim terus setiap bulannya hingga 2021 sebanyak 100 juta dosis.
Sementara vaksin Sinopharm, Yuri mengatakan tidak memberikan bulk. Tetapi vaksin yang akan diberikan sebanyak 15 juta, dan dikirim paling cepat di bulan Desember nanti.
Untuk vaksin Cansino, yang dikirimkan nantinya adalah vaksin jadi bukan bahan baku. Yuri menegaskan pihak BPOM, MUI, dan Kementerian Kesehatan telah tiba di China untuk melakukan pengkajian.
"Teman-teman di China kan belum bisa kerja. Karantina selama 14 hari, di akhir bulan baru kerja. Pertengahan November baru bisa tahu," jelasnya.
Komentar
Posting Komentar