Klub Malam Hingga Tempat Ibadah Disebut Picu Lonjakan Kasus Corona

Beberapa negara termasuk negara Asia yang sebelumnya 'sukses' menangani virus Corona kembali melaporkan lonjakan kasus. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan hal yang bisa memicu lonjakan kasus Corona.
"Ketika masyarakat berkumpul kembali, mulai banyak lonjakan kasus penularan. Banyak lonjakan kasus yang berkaitan dengan pertemuan," sebut Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari CNN, Jumat (28/8/2020).

Kerumunan yang perlu dihindari menurut WHO termasuk tempat ibadah dan klub malam. Pasalnya, kerumunan inilah yang akhirnya membuat beberapa negara kembali melaporkan lonjakan kasus Corona.

"Seperti di stadion, klub malam, tempat ibadah, dan keramaian. Jenis pertemuan seperti ini bisa menciptakan lebih banyak kasus positif," jelasnya.

Maka dari itu WHO mendesak beberapa negara untuk membuat aturan atau kebijakan yang aman berkaitan dengan pertemuan, berdasarkan risiko penularan Corona di masing-masing negara. Menurut Tedros, bisa dimengerti jika dampak pandemi Corona membuat beberapa orang terganggu kesehatan mentalnya sehingga perlu interaksi sosial.

"Setiap negara dan komunitas harus membuat keputusannya sendiri tentang bagaimana menyelenggarakan acara dengan aman berdasarkan tingkat risikonya sendiri," lanjut Tedros.

"Bagi banyak orang kurangnya interaksi sosial yang disebabkan pandemi telah berdampak besar pada kesehatan mental mereka. COVID-19 telah memengaruhi kesehatan mental jutaan orang yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan serta gangguan layanan kesehatan mental," pungkasnya.

Novel Baswedan Positif Corona, Ini 4 Kemungkinan Pasien Bisa Minim Gejala

- Penyidik KPK Novel Baswedan positif terinfeksi virus Corona COVID-19 dengan kondisi minim gejala. Ia mengaku memang sempat demam tiga pekan lalu dan batuk-batuk sampai hari dirinya dites swab.
"Iya kemarin tes swab semua penyidik dan dibilang positif. Tapi memang aku tidak ada gejala apa-apa," kata Novel kepada detikcom, Jumat (28/8/2020).

"Mungkin itu tercapture Corona, atau Corona beneran nggak tahu," lanjutnya.

Sebagian pasien yang terinfeksi COVID-19 memang diketahui bisa tidak atau minim memiliki gejala. Dalam dunia medis hal ini dikenal sebagai kasus asimtomatik atau biasa disebut juga dengan istilah orang tanpa gejala (OTG).

Apa penyebabnya? Menurut beberapa studi ada empat kemungkinan yang bisa menjelaskan fenomena seperti yang dialami Novel Baswedan.

1. Respons imun yang baik
Kemungkinan pertama adalah para OTG memiliki respons imun yang bagus terhadap infeksi. Rata-rata pasien dengan gejala parah diketahui datang dari kelompok usia tua dan atau memiliki kondisi penyakit penyerta.

Studi yang dipublikasi di jurnal Cell memperkuat dugaan tersebut. Temuan dari tim peneliti Karolinska Institutet, Swedia, menemukan rata-rata orang yang minim gejala memiliki sistem imun sel T yang bereaksi cepat terhadap infeksi virus.

2. Imunitas silang
Studi menemukan ada populasi orang-orang yang sudah memiliki imunitas terhadap COVID-19, bahkan sebelum dirinya terinfeksi. Hal ini diduga karena mereka pernah terinfeksi virus lain dan memicu respons sistem imun yang juga bisa bereaksi terhadap COVID-19.

Sebagai contoh, peneliti Singapura menemukan orang-orang mantan pasien SARS memiliki sel T yang bisa bereaksi terhadap COVID-19.

3. Genetik
Studi yang dipublikasi di jurnal JAMA meneliti mengapa ada orang dewasa muda tanpa penyakit penyerta yang akhirnya mengalami gejala parah. Peneliti melihat ada kemungkinan ini karena faktor genetik.

4. Viral load
Viral load atau jumlah virus di awal infeksi disebut juga kemungkinan berperan dalam tingkat keparahan gejala. Bisa jadi saat seseorang terinfeksi, jumlah virus yang masuk ke tubuhnya tidak banyak sehingga gejala yang ditimbulkan juga jadi minim.
https://nonton08.com/the-swap/

Komentar

Postingan Populer