Viral Pengalaman Dokter di Jakarta Terinfeksi Corona, Tegaskan Bukan Hoax
Cuitan seorang tenaga medis bernama Ardi (25) yang menceritakan dirinya terinfeksi virus Corona COVID-19 viral di media sosial. Melalui akun Twitter pribadinya, @Ardilol, ia mengajak masyarakat agar tidak menyepelekan COVID-19.
Hingga kini, Kamis (30/7/2020), tweet tersebut telah mendapat lebih 21 ribu retweet dan 51 ribu like.
"Hi, saya seorang tenaga medis di Jakarta dan sekarang saya positif COVID-19, daripada saya down di ruang isolasi, mungkin mending saya bikin thread perjalanan COVID-19. Biar pada tahu ini bukan hoax," tulis @Ardilol dalam tweetnya, Rabu (29/7/2020).
Saat dikonfirmasi detikcom, Ardi merupakan dokter umum di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta Pusat. Ia bertugas sebagai garda terdepan untuk merawat pasien Corona sejak COVID-19 melanda Indonesia.
"Saya dokter, langsung turun ke pasien COVID-19. Jadi garda terdepan di IGD, jaga ICU, dan ruang isolasi juga," kata Ardi saat dihubungi detikcom, Kamis (30/7/2020).
Selama bertugas di rumah sakit, Ardi mengatakan selalu menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap. Bahkan dia selalu mempraktekkan protokol kesehatan yang telah disarankan pemerintah.
Namun, ia tetap saja bisa terinfeksi virus tersebut. Menurutnya, kemungkinan ia terinfeksi karena virus Corona sudah menyebar dengan cepat di Indonesia.
Terutama masih banyak yang tidak menggunakan masker di jalanan yang mungkin saja membawa virus ini.
"Asal kalian tahu virus ini nggak pilih-pilih mau orang kaya atau miskin, ganteng atau jelek, tua atau baru brojol, dokter atau pedagang, asal punya mata, hidung, mulut ya dia (virus) masuk saja. Jadi please pakai masker kalian," jelasnya.
Alami beberapa gejala COVID-19
Sebelum dinyatakan positif COVID-19, Ardi mengatakan dirinya mengalami beberapa gejala, seperti demam, batuk, dan kehilangan indra penciuman. Setelah mengalami gejala itu, ia langsung melakukan tes swab untuk mengetahui apakah dirinya terinfeksi virus Corona atau tidak.
"Gue stres karena kesal nggak bisa nyium apa-apa kaya kehilangan salah satu indra penting," ujarnya.
"Terus gue semprot parfum ke hidung gue saking nggak percayanya, still nggak ada bau apa-apa cuma gue sakit saja ke tusuk tajamnya alkohol si parfum," tambahnya.
Setelah diperiksa, hasilnya menunjukkan bahwa Ardi positif terinfeksi virus Corona COVID-19. Tweetnya tersebut pun telah menuai banyak respons dari para netizen.
"Aku takut, tapi di satu sisi aku keluar untuk cari uang buat makan sama jajan, sama buat bayar cicilan. Oh tuhan kapan ini semua berakhir, ayo semuanya pakai masker," tulis @meg**e*i.
"Nggak percaya kalau COVID itu ada, itu hak masing-masing orang. Tapi setidaknya lakukan protokol kesehatan yang memang dianjurkan. Kalau bukan buat diri sendiri, ya buat orang-orang terkasih di rumah, buat orang-orang di sekitar yang mungkin imun tubuhnya nggak sebagus kita. Nggak perlu egois sampai segitunya," tulis @Cu*P*Cint*pi.
Negara Kaya Berlomba Borong Vaksin Corona, Bagaimana Nasib Dunia?
Seiring perkembangan vaksin COVID-19 yang semakin maju, puluhan negara kaya dilaporkan melakukan perjanjian dengan perusahaan farmasi. Hal ini dikhawatirkan ahli akan membuat ketimpangan distribusi vaksin di dunia. Negara miskin mungkin harus 'bersabar' menunggu gilirannya mendapat vaksin.
"Ada risiko negara-negara melakukan apa yang sudah kita takutkan sejak lama. Semuanya berjuang demi diri sendiri," kata mantan kepala agensi USAIDS, Gayle Smith, seperti dikutip dari Reuters pada Kamis (30/7/2020).
Amerika Serikat (AS) misalnya diketahui sudah memborong suplai 100 juta kandidat vaksin Corona dari perusahaan farmasi BioNTech dan Pfizer. Inggris Raya dan Uni Eropa (EU) juga mengamankan stok kandidat vaksin dari GlaxoSmithKline, Sanofi, AstraZeneca, dan Moderna.
Organisasi kemanusiaan internasional Medecins Sans Frontieres (MSF) berkomentar tren nasionalisme terkait pengadaan vaksin ini berbahaya. Alasannya karena menghentikan pandemi Corona COVID-19 ini tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri.
Selama masih ada wilayah yang belum bisa bebas dari Corona, maka aktivitas seperti perdagangan dan turisme secara global tidak akan bisa benar-benar kembali normal.
Seth Berkley dari koalisi COVAX berjuang mengamankan akses cepat dan adil terhadap vaksin COVID-19. Diprediksi bila uji klinis berjalan lancar maka dunia bisa memiliki sekitar 2 milyar dosis vaksin dari berbagai kandidat di akhir tahun ini.
COVAX berharap bisa membagikan sekitar 20 persen vaksin tersebut pada populasi negara anggotanya yang terdiri dari sekitar 75 negara kaya dan 90 negara miskin.
Komentar
Posting Komentar