Pria Ini Positif Terinfeksi Virus Corona Meski Rajin Olahraga, Kok Bisa?
Punya tubuh sehat, bugar, dan rajin berolahraga ternyata tidak menjadi jaminan bisa aman dari infeksi virus corona COVID-19. Contohnya seperti seorang pria asal Italia, Andrea Napoli.
Napoli ini memiliki kebiasaan hidup yang sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit pernapasan sama sekali. Ia rajin berolahraga, seperti polo air, tapi ia mendadak mengalami batuk dan demam setelah negaranya di lockdown kurang dari seminggu.
Sampai hari itu pun, ia masih bekerja, jogging, bahkan berenang seperti biasa. Namun, tiga hari kemudian ia dinyatakan positif COVID-19. Ia juga diminta untuk tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.
"Saya berusia 33 tahun dengan kondisi yang sehat, tapi kurang dari satu hari saya dinyatakan positif dan harus mendapatkan perawatan intensif," ujar Napoli yang dikutip dari Fox News.
Ia sudah sembilan hari dirawat dan bernafas dengan alat bantu oksigen. Saat itu, ia melihat para dokter yang merawatnya kehabisan nafas, kelelahan, kejang, ditambah pakaian yang menutup rapat tubuh mereka. Saat dirawat, Napoli merasa mudah kelelahan. Bahkan, hanya berjalan ke toilet pun sudah kehabisan nafas.
"Mudah merasa lelah. Saat bangun dari tempat tidur dan pergi ke toilet pun saya sudah kehabisan nafas. Otot-otot pun terasa sakit karena tidak ada pergerakan intens," kata Napoli.
Ahli paru dari Italia, Dr Luca Richeldi mengatakan tak hanya kesehatan yang harus dijaga, tapi tindakan yang sehari-hari dilakukan juga. Saat ini, cukup menjaga jarak dengan lingkungan sosial dan tetap tinggal di rumah.
Bahaya! WHO Sebut Disinfektan Tak untuk Disemprotkan ke Manusia
Bilik atau chamber disinfektan saat ini mudah ditemukan, baik di area perkantoran atau pintu-pintu perumahan. Diklaim bisa penyebaran virus corona. Namun, WHO mengatakan itu sebaiknya tidak dilakukan karena bisa berbahaya jika bahan kimia disinfektan mengenai tubuh. Apalagi terkena pakaian dan selaput lendir, seperti mata dan mulut.
Hal itu disampaikan organisasi kesehatan dunia WHO melalui media sosial. Dikatakan, menyemprotkan bahan kimia seperti alkohol dan klorin bisa berbahaya jika mengenai pakaian dan selaput lendir, misalnya mata dan mulut.
"Ingat, alkohol dan klorin bisa berguna sebagai disinfektan pada permukaan, namun harus digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaannya," tulis WHO Indonesia.
WHO Indonesia
✔
@WHOIndonesia
#Indonesia, jgn menyemprot disinfektan langsung ke badan seseorang, karena hal ini bisa membahayakan. Gunakan disinfektan hanya pd permukaan benda-benda. Ayo #LawanCOVID19 dgn tepat! https://twitter.com/NParanietharan/status/1244143374803726341 …
Lihat gambar di Twitter
N. Paranietharan
@NParanietharan
#Indonesia Please do not spray disinfectants on people #COVID19 #CoronaVirusIndonesia , it may be harmful @KemenkesRI @BNPB_Indonesia #JakartaTanggapCorona #Jakarta #LawanCovid19 @kemenkopmk @Menlu_RI @dinkesJKT @WHOIndonesia
Lihat gambar di Twitter
9.783
15.47 - 29 Mar 2020
Info dan privasi Iklan Twitter
14,8 rb orang memperbincangkan tentang ini
Tim pakar dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung menyampaikan pendapat senada, bahwa belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bilik disinfektan efektif bunuh virus. Malah, penggunaan bahan kimia ini bisa sebabkan iritasi.
"Inhalasi gas klorin (Cl2) dan klorin dioksida (ClO2) dapat mengakibatkan iritasi parah pada saluran pernapasan," tulis para pakar ITB dalam rilisnya baru-baru ini.
Disinfektan hanya efektif untuk permukaan benda mati.Disinfektan hanya efektif untuk permukaan benda mati. Foto: Agung Pambudhy
Dokter ahli paru dari Omni Hospitals Pulomas dr Frans Abednego Barus, SpP, mengatakan bilik disinfektan itu tidak memberikan manfaat apa-apa. Jika sering digunakan, bisa mengakibatkan iritasi, batuk, dan sesak.
"Bisa saja. Bahan kimia bisa mengiritasi kulit jadi kemerahan, gatal dan mungkin terkelupas. Ke paru-paru juga mengakibatkan batuk dan sesak," ujar dr Frans.
Ahli paru lainnya, dr Rezki Tantular, SpP, selaku Ketua Bidang Humas Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan, penggunaan bilik ini bisa menimbulkan rasa terbakar pada hidung, tenggorokan kering, bahkan bisa menyebabkan alergi pada beberapa orang.
Komentar
Posting Komentar