Pakar Gizi Komunitas Komentari Fenomena Bagi-bagi Makanan Saat Pandemi
Begitu banyak hal yang terjadi selama pandemi virus Corona COVID-19 berlangsung di Indonesia. Mulai dari banyak orang kelaparan karena tidak mampu membeli makan, hingga munculnya relawan-relawan yang terdorong hatinya untuk membagikan makanan.
Pakar gizi komunitas dr Tan Shot Yen mengatakan pandemi virus Corona bukanlah bencana yang sifatnya sementara seperti banjir, gempa, dan lain-lain. Sehingga membagi-bagikan makanan bukanlah solusi yang tepat untuk dilakukan.
Bahkan menurutnya penanganan masalah ini perlu melibatkan semua lembaga dan instansi secara nasional.
"Protokol nasional yang mestinya terjadi adalah luruskan jalan logistik. Seperti petani, peternak, nelayan, dan perkebunan sekarang menjadi tulang punggung ketahanan nasional," kata dr Tan, Rabu (29/4/2020).
"Bikin dapur umum. Percayakan data penduduk dari RT dan RW, bukan data kementerian yang outdated 5 tahun yang lalu," lanjutnya.
Menurut dr Tan dengan adanya dapur umum, kandungan gizi pada makanan yang diperoleh masyarakat bisa lebih terjamin karena diawasi oleh dinas kesehatan. Ia juga menyarankan masyarakat agar ikut terlibat dalam protokol kesehatan ini.
"Data semua unsur masyarakat yang bisa bergerak. Mulai dari Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sampai remaja masjid dan karang taruna," jelasnya.
dr Tan juga mengatakan kegiatan ini harus dilakukan secara terstruktur, rutin, dan rapi, sehingga semua orang bisa mendapatkan manfaatnya di tengah kesulitan pandemi virus Corona.
"Buat kegiatan terstruktur, rutin, dan rapi, bukan sporadis (tidak menentu) hanya untuk diliput televisi, dan membuat orang ikut menyumbang karena perasaan bersalah," pungkasnya.
Dubai Bolehkan Warga Bukber, Syaratnya Maksimal 5 Orang
Momen Ramadhan biasanya diwarnai dengan kegiatan buka puasa bersama atau biasa disebut bukber. Namun, karena pandemi virus Corona COVID-19, hal ini berubah.
Di Indonesia contohnya, Menteri Agama Fachrul Razi lewat surat edaran panduan Ibadah Ramadhan dan Idul Fitri 1441 Hijriah meminta sahur bersama dan bukber ditiadakan. Tujuannya demi mencegah penyebaran virus Corona yang lebih luas di tengah masyarakat.
Terkait hal tersebut, tak semua tempat di dunia benar-benar meniadakan bukber. Pemerintah Dubai dikabarkan masih mengizinkan orang-orang mengadakan bukber namun dengan syarat.
Komite Manajemen Krisis dan Bencana Dubai mengatakan seseorang boleh mengadakan acara bukber di rumah bila anggotanya tak lebih dari lima orang dan merupakan keluarga atau kerabat dekat. Sementara itu bukber yang diadakan di luar hanya diizinkan bila tak melebihi 30 persen kapasitas maksimal restoran atau tempat makan.
Durasi bukber di luar rumah juga dibatasi hanya sekitar 1-2 jam per hari.
"Keputusan ini dibuat berdasarkan dampak positif dari upaya pencegahan selama beberapa minggu terakhir," tulis Komite Manajemen Krisis dan Bencana Dubai yang diunggah oleh akun Twitter resmi Kantor Media Dubai.
Ancaman Kerusakan Paru usai Sembuh dari Corona
Dalam sebuah laporan peneliti dalam jurnal Radiology pada Maret lalu, 66 dari 70 pasien COVID-19 yang sembuh dari gejala berat dan sempat mengalami pneumonia menunjukkan tanda-tanda kerusakan paru ketika menjalani pemindaian CT scan. Pemindaian ini dilakukan sebelum pasien dipulangkan dari rumah sakit.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuhui Wang, ahli radiologi di Universitas Sains dan Teknologi Huazhong di Wuhan, China, menyebut di antara kerusakan visual yang nampak, ditemukan adanya gumpalan padat jaringan keras yang menghalangi pembuluh darah. Terdapat juga lesi jaringan yang menjadi tanda-tanda potensi penyakit paru kronis.
Kerusakan ini serupa pada pasien yang sembuh dari SARS dan MERS, penyakit yang juga disebabkan oleh virus Corona. Menurut penelitian jangka panjang pada pasien SARS, sekitar sepertiga dari mereka yang pulih mengalami kerusakan paru permanen. Sementara pada pasien MERS, secara umum terdapat kerusakan paru yang ditemukan tujuh bulan setelah sembuh.
Komentar
Posting Komentar