Mengapa Teori Konspirasi Banyak Bermunculan di Tengah Pandemi Corona?

Teori-teori konspirasi banyak bermunculan di tengah pandemi Corona. Ada yang terdengar sangat meyakinkan, ada pula yang asal-asalan.
Psikiater dari RS Jiwa Marzoeki Mahdi, dr Lahargo Kembaren, SpKJ, mengatakan berbagai teori ini umumnya tidak bisa dipertanggungjawabkan karena mengabaikan fakta-fakta atau bukti yang ada dan hanya sebatas mengandalkan argumen seseorang saja. Lalu mengapa banyak teori konspirasi yang muncul di tengah pandemi Corona?

Disebutnya, setiap konspirasi teori itu muncul ketika ada ketidakpastian dari suatu kejadian tertentu. Seperti adanya ketidakpastian dari suatu krisis, atau tragedi yang sangat besar seperti saat ini menghadapi pandemi Corona.

"Adanya ketidakpastian yang jelas, suatu krisis seperti pandemi ini kan krisis yang sangat besar, yang kemudian muncul teori konspirasi yang bisa mempengaruhi orang lain, yang memang sekarang penyebarannya sangat mudah, melalui media sosial kan," ungkapnya saat dihubungi detikcom Rabu (29/4/2020).

"Secara psikologis umumnya teori konspirasi ini muncul pada orang-orang yang terisolasi secara sosial, seperti sekarang ini ya, sehingga orang merasa tidak berdaya, nah ketidakberdayaan itu, isolasi sosial itu, yang menyebabkan dia tidak memiliki hubungan-hubungan sosial yang langsung, ini yang kemudian memunculkan teori konspirasi itu," lanjutnya.

dr Lahargo mengatakan ada dampak yang timbul akibat keterbatasan aktivitas sosial. Hal ini juga berkaitan dengan kemunculan beragam teori konspirasi.

"Dia punya pemikiran itu semakin lama semakin terkristalisasi (menegaskan) pemikirannya tersebut, dan akhirnya muncul berbagai teori-teori konspirasi yang kemudian dia sampaikan ke publik lewat tulisan, lewat ucapan, ataupun statusnya di instagram, di Facebook, di YouTube, dan memberikan feedback kepada dia, jadi semakin memperkuat apa yang sudah dia lakukan tersebut, akhirnya timbul konspirasi yang membuat hipotesis bermacam-macam tentang suatu keadaan seperti wabah sekarang ini," pungkasnya.

Ilmuwan Sebut Wabah Corona di Prancis Tak Berasal dari China

Studi baru yang dilakukan ilmuwan Prancis di Institut Pasteur Paris mengungkap wabah virus Corona pertama bukan disebabkan kasus impor dari China, tapi dari transmisi lokal yang tidak diketahui asalnya. Analisis genetika menunjukkan tipe dominan dari strain virus di Prancis adalah milik clade, atau kelompok virus yang tidak berasal dari China namun dari Eropa.
"Wabah di Prancis terutama disebabkan oleh satu atau beberapa varian dari clade ini, kita dapat menyimpulkan bahwa virus itu beredar secara diam-diam di Prancis sejak Februari," kata ketua tim peneliti Dr Sylvie van der Werf dan Etienne Simon-Loriere dalam jurnal yang dipublikasikan di bioRxiv, dikutip dari South China Morning Post.

Institut Pasteur mengumpulkan sampel dari lebih dari 90 pasien lain di Prancis dan menemukan bahwa semua strain berasal dari satu garis genetik. Jalur evolusi unik virus tersebut sejauh ini hanya terdeteksi di Eropa dan Amerika.

Sampel paling awal dalam clade Prancis dikumpulkan pada 19 Februari dari seorang pasien yang tidak memiliki riwayat perjalanan dan tidak diketahui kontak dengan pendatang. Beberapa pasien memang sempat berkunjung ke beberapa negara di Eropa, Uni Emirat Arab, Madagaskar, dan Mesir tetapi tak ada bukti bahwa mereka mendapat virusnya dari sana.

Hal yang lebih mengejutkan peneliti, beberapa strain virus ternyata secara genetik lebih tua dibandingkan sampel pertama. Penjelasan yang mungkin terjadi adalah penularan lokal telah ada di Prancis selama beberapa waktu tanpa terdeteksi oleh otoritas kesehatan.

Pemerintah Prancis bisa saja tidak bisa mendeteksi transmisi awal yang terjadi. Terlebih, sebagian besar pasien memiliki gejala ringan atau tidak bergejala sama sekali.

Komentar

Postingan Populer