Bisa Memburuk di Minggu Kedua, Begini Gejala Corona dari Hari ke Hari

Sebanyak 15 persen orang yang terinfeksi virus Corona harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Pada sejumlah pasien kejadian ini umumnya terjadi pada saat minggu kedua setelah menunjukkan gejala awal.
Hal ini juga dialami oleh seorang pasien COVID-19 di Kepahiang, Bengkulu, yang telah menjalani isolasi sejak Selasa pekan lalu (21/4/2020). Menurut laporan media setempat, tiga warga Desa Tebat Monok yang dinyatakan positif dan dirujuk ke RSUD Kepahiang, terdiri atas ayah, ibu, dan anak.

"Ibu dan anak dalam kondisi stabil, namun sang suami atau ayah dalam perburukan kondisi gangguan pada saluran pernapasan atas," kata Kepala Dinas Kesehatan Bengkulu, Herwan Antoni.

Para pakar menggambarkan kejadian ini sebagai "ambruk di minggu kedua".

Meski kebanyakan orang yang terinfeksi virus Corona akan sembuh dalam waktu satu atau dua minggu, namun tercatat ada 15 persen yang harus dirawat intensif di rumah sakit, dan 5 persen di antaranya kritis.

Terkait hal ini, dokter spesialis okupasi dari departemen ilmu kedokteran komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr dr Dewi Sumaryani Soemarko, MS, SpOk, menjelaskan beberapa gejala yang bisa saja dirasakan pasien COVID-19. Berikut gejala yang muncul dari hari ke hari:

1. Hari pertama
Pasien mengalami demam yang disertai dengan nyeri otot dan batuk kering. Sebagian lainnya bisa mengalami diare atau mual pada gejala awal.

2. Hari kelima
Pasien mulai mengalami kesulitan bernapas, terlebih jika sudah lanjut usia atau memiliki riwayat penyakit lain yang telah diidap sebelumnya.

3. Hari ketujuh
Penelitian dari Universitas Wuhan melaporkan bahwa rata-rata pasien mulai dirawat di rumah sakit pada hari ketujuh setelah gejala awal.

4. Hari kedelapan
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CCDC), sekitar 15 persen orang yang mengalami gejala berat akibat infeksi virus Corona terkena sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS). Penyakit ini terjadi akibat penumpukan cairan di paru-paru.

5. Hari kesepuluh
Umumnya pasien yang gejalanya kian memburuk akan mengalami rasa sakit di perut dan kehilangan nafsu makan dibandingkan dengan mereka yang bergejala lebih ringan.

6. Hari ketujuh belas
Rata-rata pasien sembuh dari virus Corona dan dikeluarkan dari rumah sakit setelah dirawat selama dua setengah minggu.

Kata Ahli Jiwa Soal Kenapa Teori Konspirasi Selalu Bikin Penasaran

Mewabahnya virus Corona di beberapa negara membuat teori konspirasi tentang Corona pun tak jarang bermunculan. Mulai dari senjata biologis, 5G penyebab COVID-19, dan masih banyak lainnya.
Terbaru, drummer Superman Is Dead (SID), Jerinx, pun meyakini virus Corona hanyalah teori konspirasi belaka. Mengapa ya banyak orang yang senang dan percaya dengan teori konspirasi ini?

Psikiater dari RS Jiwa Marzoeki Mahdi, dr Lahargo Kembaren, SpKJ, mengatakan sebenarnya teori konspirasi sudah ada sejak lama. Menurutnya, teori ini berasal dari suatu bentuk sudut pandang, cara pemikiran, dari seseorang yang mengabaikan fakta-fakta atau bukti yang ada.

"Jadi itu hanya merupakan kepercayaan, ide, atau pemikiran seseorang saja. Jadi berbeda dengan suatu hal yang sifatnya ilmiah yang berdasarkan bukti, fakta, dan data," ungkapnya saat dihubungi detikcom Rabu (29/4/2020).

Menurutnya, informasi terkait teori konspirasi lebih mudah dicerna jika dibandingkan dengan penjelasan medis atau istilah-istilah mengenai virus Corona COVID-19 ini. Meski begitu, seseorang yang mempercayai teori ini tak akan bisa membantah lontaran bukti yang berdasarkan data dan fakta karena hanya datang dari argumen saja.

"Ketika dia dikonfrontir dengan data, fakta, dia akan ngeles," kata dr Lahargo.

Seseorang yang mempercayai teori konspirasi juga disebutkan memiliki ciri kepribadian yang sama dengan si pencetus teori konspirasi tersebut.

"Dalam kehidupan sehari-harinya pun orang yang percaya teori konspirasi ini terkenal dengan keras kepala, tidak mudah sepakat dengan suatu kejadian, tipe orangnya memang selalu menentang, frontal, paranoid," lanjutnya.

"Kedua karena narsistik. Kalau orang berusaha untuk menyebarkan itu (teori konspirasi) sehingga melihat dia unik, spesial, keren. Nah ini ciri kepribadian narsistiknya yang muncul di sana," lanjutnya.

Komentar

Postingan Populer