Ancaman Kerusakan Paru usai Sembuh dari Corona

Dalam sebuah laporan peneliti dalam jurnal Radiology pada Maret lalu, 66 dari 70 pasien COVID-19 yang sembuh dari gejala berat dan sempat mengalami pneumonia menunjukkan tanda-tanda kerusakan paru ketika menjalani pemindaian CT scan. Pemindaian ini dilakukan sebelum pasien dipulangkan dari rumah sakit.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuhui Wang, ahli radiologi di Universitas Sains dan Teknologi Huazhong di Wuhan, China, menyebut di antara kerusakan visual yang nampak, ditemukan adanya gumpalan padat jaringan keras yang menghalangi pembuluh darah. Terdapat juga lesi jaringan yang menjadi tanda-tanda potensi penyakit paru kronis.

Kerusakan ini serupa pada pasien yang sembuh dari SARS dan MERS, penyakit yang juga disebabkan oleh virus Corona. Menurut penelitian jangka panjang pada pasien SARS, sekitar sepertiga dari mereka yang pulih mengalami kerusakan paru permanen. Sementara pada pasien MERS, secara umum terdapat kerusakan paru yang ditemukan tujuh bulan setelah sembuh.

"Perbedaannya adalah, bisa jadi pasien COVID-19 yang pulih akan menghadapi masalah yang lebih serius. Jika pada pasien SARS dan MERS, dampaknya hanya terjadi pada satu paru-paru, maka COVID-19 mempengaruhi keduanya," demikian dikutip dari Medical Daily.

Sebanyak 75 dari 90 pasien yang dirawat di Rumah Sakit Universitas Huazhong dengan kasus pneumonia COVID-19, kerusakan sudah terlihat pada kedua paru-paru. Ketika pemindaian CT dilakukan sebelum dipulangkan, 42 dari 70 pasien menunjukkan jenis lesi di sekitar alveoli yang lebih mungkin berkembang menjadi bekas luka.

Oleh karena itu, perang melawan COVID-19 mungkin tidak berhenti setelah mereka pulih atau saat pandemi mereda. Kondisi penyakit paru kronis tentu dapat mempengaruhi kondisi sesseorang dalam jangka panjang.

Per studi kasus yang dilakukan di Wuhan, ada kemungkinan luka di paru-paru pseun dapat sembuh dan menghilang. Namun beberapa pasien dengan kelainan paru akan mengalami jaringan parut dan berkembang menjadi fibrosis paru.

Sejumlah pasien berisiko mengalami kondisi tersebut, terutama lansia dan pasien dengan penyakit komorbid.

Dianggap Ampuh Tangkal Corona, Dua Pria Ini Tenggak Cairan Disinfektan

Dua pria asal Georgia dilaporkan meminum produk cairan pembersih yang digunakan sebagai disinfektan dan dianggap bisa menangkal virus Corona COVID-19. Berdasarkan rilis dari Georgia Poison Center, dua pria ini ternyata juga memiliki riwayat masalah kejiwaan dan langsung dilarikan ke rumah sakit.
Direktur Georgia Poison Center, Per Gaylord Lopez, mengatakan ia belum mengetahui apakah dua pria ini meminumnya karena terpengaruh 'saran' dari Presiden Trump atau tidak. Tetapi, sebelum 'saran' itu muncul pun dua warga Georgia lainnya juga sudah melakukan hal yang sama.

Mengutip dari Medical Daily, Lopez mengatakan sejauh ini sebagian kasus keracunan terjadi karena warganya yang membersihkan rumah dengan campuran produk kimia yang berbeda. Saat gas dari produk itu menguap, mereka langsung mengalami keracunan.

"Ketika kamu mencampur pemutih dengan jenis bahan kimia tertentu, reaksi yang terjadi bisa melepaskan gas beracun. Dan jika itu terhirup, bisa menyebabkan pneumonia kimia," jelas Lopez.

Tak hanya orang dewasa, anak-anak yang lepas dari pengawasan orang tuanya juga tidak sengaja meminum cairan disinfektan tersebut.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyarankan injeksi disinfektan ke pasien virus Corona sebagai langkah untuk mengobati COVID-19. Ia menyebut injeksi disinfektan dapat membersihkan tubuh dari COVID-19.

"Saya melihat disinfektan bisa merobohkan virus Corona dalam hitungan menit. Hanya satu menit. Apakah kita bisa melakukan sesuatu terkait ini, seperti dengan menyuntikkan disinfektan ke dalam tubuh atau seperti membersihkan sesuatu?" kata Trump.

Komentar

Postingan Populer