Jokowi Minta Pemda Sambungkan Tol dan Tempat Wisata
Adanya jalan tol tentu memudahkan wisatawan untuk pergi liburan. Presiden Jokowi meminta pemda menghubungkan tol dengan berbagai tempat wisata.
Presiden Joko Widodo mendorong agar pemerintah daerah dapat memaksimalkan fasilitas infrastruktur berupa jalan tol. Khususnya, untuk menggenjot konektivitas pariwisata daerah.
Jokowi mengatakan pariwisata pertumbuhannya sedang pesat di Indonesia. Bahkan, menurutnya pertumbuhan pariwisata di Indonesia 3 kali lipat nilainya dibanding pariwisata dunia.
"Kita ini seperti disampaikan Pak Hariyadi (Ketua Umum PHRI), growth-nya 22%, sebuah growth yang 3 kali lipat dari pariwisata dunia yang hanya 6-7%. Ini perlu ditindaklanjuti," ungkap Jokowi di HUT ke-50 PHRI di Hotel Grand Sahid Jaya, Senin (11/2/2019) malam.
Salah satunya adalah jalan tol yang telah digarap pemerintahannya yang berhasil menghubungkan Merak sampai Banyuwangi. Dia meminta Pemda ataupun Pemkot dapat menyambungkan tol tersebut dengan tempat wisata. Sekarang Jakarta-Surabaya sudah tersambung, tahun 2020 rencananya Merak-Banyuwangi sudah tersambung.
"Kita harapkan tolong tol ini sudah saya sampaikan ke Walikota, Bupati, Gubernur tolong tol ini disambungkan dengan kawasan wisata yang ada di daerah bapak ibu sekalian," tegasnya.
Lebih lanjut Jokowi pun mengingatkan apabila pemerintah daerah memiliki masalah dan hambatan untuk menyambungkan jalan tol dengan tempat wisata, pemerintah pusat siap membantu.
"Kalau tidak sanggup tolong sampaikan ke Menteri PUPR agar yang membangun pemerintah pusat. Tapi jangan semuanya dong diberikan ke pusat," ujar Jokowi.
Terakhir Jokowi kembali menegaskan dengan meningkatkan konektivitas industri pariwisata, ekonomi daerah dapat tergerak dengan cepat. "Ada tugas daerah membangun konektivitas dengan jalan tol satukan dengan kawasan wisata, ini akan menggerakan ekonomi jauh lebih cepat," tegasnya.
Eksotisme Maluku Utara dan Halmahera, Tidak Ada Duanya
Kecantikan alam Maluku Utara dan juga Halmahera sungguh membius traveler. Eksotisnya daerah ini tidak ada duanya.
Jumat 31 Mei, #semuaadatiketnya.
Meski hari kerja terakhir, tapi saya tidak bisa pulang lebih awal karena pekerjaan yang cukup banyak dan beberapa meeting divisi. Selepas maghrib barulah saya bisa pulang.
Tidak berlama-lama di rumah, setelah pamit sama anak-anak dan mamanya, saya pun segera menuju terminal damri bandara di Pasar Minggu. Tapi karena saya tiba pukul delapan malam, terminal damri pun sudah sepi. Tidak ada lagi alternatif selain menggunakan taksi.
Saya pun terpaksa menggunakan jasa taksi bandara yang harganya hampir empat kali lipat dari bis damri. Tiba di Bandara Soekarno Hatta sekitar pukul sepuluh malam, dan bertemu dengan Pak Dadi sebagai rekan seperjalanan nantinya.
Seharusnya malam itu kami berangkat bertiga. Tetapi karena satu rekan lain (Eka) masih di Bandung dan gagal mendapatkan travel bandara, maka akhirnya beliau pun batal untuk bergabung. Padahal semua persiapan sudah selesai. Ah sayang sekali, tapi itulah yang terjadi.
Setelah itu, kami menunggu di lobi keberangkatan terminal 2F Bandara Soekarno Hatta. Hampir tengah malam barulah kami menuju konter check-in untuk mengurus re-route perjalanan, karena pesawat kami GA 600 dibatalkan keberangkatannya.
Selesai re-reoute di kasir, kami pun check-in kembali dengan GA 640 tujuan Makassar untuk transit dan melanjutkan penerbangan dengan GA 660 tujuan Ternate.
Beruntung, semua tiket pesawat saya issued dari Jakarta sebulan sebelumnya dengan memesan secara online di tiket.com, sehingga di Makassar tidak perlu repot lagi mengurus check-in (karena ada insiden kecil jelang keberangkatan kami dari Makassar ke Ternate).
Seperti biasa, pesawat jenis Boeing 737-800 Next Generation sebagai pesawat andalan Garuda Indonesia untuk rute menengah sudah siap dini hari itu. Karena penerbangan malam, saya tidak terlalu memaksa hunting hot seat. Meski demikian, saya pastikan untuk tidak mendapat center seat (gagal window seat, minimal aisle).
Pukul setengah satu pagi pesawat pun take off dengan mulus menuju Makassar. Satu jam pesawat mengudara, pramugari bernama Melati membangunkan saya, menyajikan makan malam sebagai paket standar perjalanan Garuda Indonesia. Sebenarnya saya sedikit terganggu karena jam dua dini hari adalah bukan waktu makan, tapi ya sudah saya paksakan makan nasgi goreng ayam dini hari itu.
Komentar
Posting Komentar