Harga Tiket Pesawat Naik, Pariwisata NTB Menjerit

Merugikan pariwisata Menurut dia, kebijakan maskapai yang menaikkan harga tiket pesawat justru telah merugikan sektor pariwisata, termasuk di NTB, khususnya Lombok sebagai salah satu destinasi wisata berkelas dunia di tanah air.

Ia mengakui budaya wisatawan nusantara itu berbelanja. Beda dengan wisatawan mancanegara. Namun, karena ada penerapan bagasi berbayar minat wisatawan nusantara berbelanja menjadi berkurang, akhirnya keinginan orang mau berlibur pun juga ikut menurun.

Sejatinya akibat menurunnya kunjungan wisatawan tersebut, berimbas pada biro perjalanan wisata yang jumlah anggotanya mencapai 7.000 orang se-Indonesia. Di NTB terdapat 160 lebih. Belum terhitung pegawai. Jadi banyak orang yang terdampak dari mahalnya harga tiket dan bagasi berbayar ini.

Akibat tingginya harga tiket penerbangan dan penerapan bagasi berbayar tersebut, sejumlah anggota ASITA harus menutup usahanya karena tidak kuat menanggung kerugian.

Dia mengatakan boro-boro ada pemasukan. Yang ada malah rugi. Anggota ASITA sampai ada yang tutup sementara sambil melihat kondisi kembali normal, bahkan ada yang sampai gulung tikar.

Bagi Dewantoro, mahalnya harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar tidak bisa hanya diselesaikan oleh daerah, sehingga butuh intervensi pemerintah pusat, sebab akibat dari kebijakan itu telah berdampak nasional.

Menurut dia, di saat pemerintah ingin mengembangkan pariwisata untuk meningkat perekonomian masyarakat kecil, justru tidak diikuti dengan kebijakan yang mendukung pariwisata. Bagi ASITA ini tentu tidak lazim.

Melalui aksi tersebut diharapkan pemerintah bisa mencari jalan keluar terbaik, sehingga persoalan ini tidak mematikan sektor pariwisata. Terlebih lagi bagi NTB yang saat ini sedang dalam masa pemulihan setelah gempa bumi.

Bagi ASITA kenaikan harga tiket dan penerapan bagasi berbayar tidak tepat di saat kondisi serba sulit seperti ini.

Ketua DPD ASITA NTB mengatakan pariwisata Lombok sedang menghadapi ujian bertubi-tubi. Cobaan berat harus diterima sektor pariwisata Lombok yang sempat dilanda bencana gempa pada tahun lalu.

Sektor pariwisata Lombok sedang berjuang untuk kembali pulih dari dampak bencana gempa. Akibatnya banyak anggota Asita NTB yang tidak lagi menerima pesanan dari para tamu untuk berlibur di Lombok.

Umbu menilai, kondisi seperti ini tidak sejalan dengan program pemerintah yang menargetkan adanya kenaikan kunjungan wisatawan. Terutama untuk mendongkrak perekonomian masyarakat yang bergantung pada sektor pariwisata.

Di sisi lain, maskapai juga tidak secara penuh bersalah dalam menaikan harga tiket dan bagasi berbayar karena tidak melanggar peraturan.

Ia mengakui memang maskapai tidak salah dan tidak melanggar karena masih dalam tarif batas atas dan bawah, tapi mungkin sisi etika yang dilanggar. Tidak tepat saat musim (low season) begini harga tiket mahal.

Umbu menyayangkan sikap maskapai yang terkesan mengabaikan aspek etika dan juga secara mendadak menaikan harga tiket pesawat serta menerapkan bagasi berbayar.

Menurut Umbu, seharusnya maskapai bisa melakukan kenaikan harga tiket pesawat dan penerapan bagasi berbayar secara bertahap agar masyarakat tidak kaget dan membuat mengurungkan niatnya berlibur.

ASITA minta Presiden membantu agar harga tiket pesawat dan bagasi berbayar ditinjau ulang karena pemerintah punya target meningkatkan kunjungan wisatawan, kalau mandek, apa yang mau diharapkan.

Sejatinya kenaikan harga tiket pesawat disertai bagasi berbayar yang diberlakukan sejak awal 2019 menyebabkan kondisi pariwisata NTB kian terpuruk di saat pemerintah bersama para pelaku usaha wisata berjuang untuk bangkit pasca bencana gempa Lombok.

Komentar

Postingan Populer