Eksotisme Maluku Utara dan Halmahera, Tidak Ada Duanya (3)
Mobil hitam kami kembali mengitari Pulau Ternate untuk menuju Pantai Sulamadaha yang menjadi ikon pantai terbaik Ternate. Tiba di pantai saya sedikit ragu melihat pasir pantainya yang hitam dan kotor dan tidak yakin kalau ini adalah pantai terbaik Ternate. dan benar saya ternyata bukan pantainya yang menjadi jagoan wisata di sini, tetapi teluk yang berada tersembunyi di belakang tebingnya.
Untuk mencapai ke teluknya kami pun berjalan kaki mengitari tebing lebih kurang dua puluh menit dengan jalanan menanjak. Tiba di teluknya, saya pun tertegun melihat kejernihan airnya. Terumbu karang yang indah terlihat dari atas tebing dan saya tidak lagi berpikir lama dan segera melepas pakaian dan byyyurrr
Setelah berenang di sisi teluk, saya kembali ke pantai dan mengajak Pak Dadi dan Reza untuk snorkeling sedikit ke tengah teluknya. Selanjutnya kami bertiga sudah ber-snorkeling ria di tengah teluk dengan sangat antusias.
Puas bermain air dan menyantap hidangan pantai dan kelapa muda, kami pun berangkat kembali meninggalkan Pantai Sulamadaha dan menyempatkan singgah sekitar sepuluh menit di lokasi wisata Benteng Kastela yang merupakan benteng sekaligus tempat lokasi pembunuhan petinggi Ternate pada masa lalu.
Reza dengan gamblang menjelaskan bagaimana sejarah Benteng Kastela dan bagaimana trik orang Ternate mengambil jasad pemimpinnya di sana untuk dibawa kembali ke daerah asalnya dan dimakamkan. Tidak seperti membaca buku, dengan mengunjungi lokasi sejarah secara langsung, saya jadi lebih mudah memahami dan merasakan suasananya. Sayang lokasi bersejarah ini tidak terurus dengan baik sehingga nyaris tidak terlihat dari jalan raya jika kita kurang jeli.
Selepas Benteng Kastela, perjalanan wisata kami lanjutkan ke Danau Tolire. Danau vulkanik ini berada di sisi lain kota Ternate dan lokasinya sudah cukup mudah terjangkau. Tiba di Danau Tolire saya sempatkan melihat morfologi danau dan jenis batuan di sisi tebingnya. Tidak banyak sejarah geologi Tolire yang saya ketahui sehingga saya pun ragu bagaimana mekanisme terbentuknya danau ini apakah karena letusan ataukah deformasi.
Karena saya dalam rangka wisata, maka saya tidak ingin berpusing ria memikirkan teknis danaunya. saya malah menikmati mitos dan keangkeran danau ini karena dihuni oleh buaya putih. Oh ya, jika cuaca cerah maka dari danau ini kita bisa melihat kubah baru Gunung Gamalama produk letusan September 2012.
Selesai dari Danau Tolire sebenarnya badan sudah cukup lelah karena sudah sejak semalam perjalanan dari Jakarta saya tidak isitirahat, tapi karena lokasi wisata belum habis maka menjelang maghrib saya putuskan memilih Danau Ngade sebagai destinasi terakhir hari ini.
Bukit di atas Danau Ngade adalah spot terbaik untuk meng-capture Danau Ngade-Pulau Maitara-Pulau Tidore dengan Gunung Kie Matubu yang megah. Menjelang sunset kami tiba di Ngade dan berfoto hingga hari gelap. Akhirnya penutup acara hari pertama ini adalah makan malam nasi bambu dan ikan cakalang bakar di seputaran Pantai Swering Ternate dan kembali ke penginapan untuk beristirahat.
Minggu 2 juni (day 3), #semuaadatiketnya.
Minggu pagi kami berdua bangun dan langsung cek out dari penginapan dan dijemput kembali oleh Reza dan Ical dengan mobil yang sudah kami carter untuk keperluan kami selama di Ternate. Setelah regroup dengan tim guide dan tim backup ekspedisi, hari ini tim Kie Matubu berjumlah tujuh orang (saya, Pak Dadi, Abied, Faiz, Babon, Salim, Reza) berangkat menyeberang ke Pulau Tidore.
Komentar
Posting Komentar