Eksotisme Maluku Utara dan Halmahera, Tidak Ada Duanya
Kecantikan alam Maluku Utara dan juga Halmahera sungguh membius traveler. Eksotisnya daerah ini tidak ada duanya.
Jumat 31 Mei, #semuaadatiketnya.
Meski hari kerja terakhir, tapi saya tidak bisa pulang lebih awal karena pekerjaan yang cukup banyak dan beberapa meeting divisi. Selepas maghrib barulah saya bisa pulang.
Tidak berlama-lama di rumah, setelah pamit sama anak-anak dan mamanya, saya pun segera menuju terminal damri bandara di Pasar Minggu. Tapi karena saya tiba pukul delapan malam, terminal damri pun sudah sepi. Tidak ada lagi alternatif selain menggunakan taksi.
Saya pun terpaksa menggunakan jasa taksi bandara yang harganya hampir empat kali lipat dari bis damri. Tiba di Bandara Soekarno Hatta sekitar pukul sepuluh malam, dan bertemu dengan Pak Dadi sebagai rekan seperjalanan nantinya.
Seharusnya malam itu kami berangkat bertiga. Tetapi karena satu rekan lain (Eka) masih di Bandung dan gagal mendapatkan travel bandara, maka akhirnya beliau pun batal untuk bergabung. Padahal semua persiapan sudah selesai. Ah sayang sekali, tapi itulah yang terjadi.
Setelah itu, kami menunggu di lobi keberangkatan terminal 2F Bandara Soekarno Hatta. Hampir tengah malam barulah kami menuju konter check-in untuk mengurus re-route perjalanan, karena pesawat kami GA 600 dibatalkan keberangkatannya.
Selesai re-reoute di kasir, kami pun check-in kembali dengan GA 640 tujuan Makassar untuk transit dan melanjutkan penerbangan dengan GA 660 tujuan Ternate.
Beruntung, semua tiket pesawat saya issued dari Jakarta sebulan sebelumnya dengan memesan secara online di tiket.com, sehingga di Makassar tidak perlu repot lagi mengurus check-in (karena ada insiden kecil jelang keberangkatan kami dari Makassar ke Ternate).
Seperti biasa, pesawat jenis Boeing 737-800 Next Generation sebagai pesawat andalan Garuda Indonesia untuk rute menengah sudah siap dini hari itu. Karena penerbangan malam, saya tidak terlalu memaksa hunting hot seat. Meski demikian, saya pastikan untuk tidak mendapat center seat (gagal window seat, minimal aisle).
Pukul setengah satu pagi pesawat pun take off dengan mulus menuju Makassar. Satu jam pesawat mengudara, pramugari bernama Melati membangunkan saya, menyajikan makan malam sebagai paket standar perjalanan Garuda Indonesia. Sebenarnya saya sedikit terganggu karena jam dua dini hari adalah bukan waktu makan, tapi ya sudah saya paksakan makan nasgi goreng ayam dini hari itu.
Sektiar pukul tiga dini hari, pesawat mendarat di Bandara Sultan Hasanudin Makassar untuk transit, karena GA 640 adalah pesawat dengan rute Ambon. Hal pertama yang saya lakukan adalah mencocokan jam karena perbedaan wilayah Jawa-Makassar terpaut satu jam lebih cepat dari waktu di Jawa.
Setelah itu saya dan Pak Dadi keluar bandara untuk mencari kedai kopi sambil menunggu pesawat menuju Ternate yang akan berangkat pukul enam pagi WITA. Bandara ini cukup bersih dan hiasan kolam besar plus air mancur di depannya sangat indah berpadu dengan lampu malam bandara.
Sekitar jam lima pagi ketika saya sedang menikmati bangunan megah bandara terbesar di Indonesia Timur ini, tiba-tiba ada panggilan telepon dari customer service Garuda dan menanyakan keberadaan saya. Saya pun menJawab dengan santai sedang di depan bandara. seketika petugas CS Garuda meminta saya agar segera menuju ruang tunggu gate 2 dan masuk ke pesawat karena pesawat sudah akan berangkat.
Kepanikan bertambah dengan panggilan di pengeras suara yang memanggil kami berdua untuk segera masuk pesawat. Tidak lagi lewat gate dua, kami berdua langsung naik mobil avanza internal milik AP-2 dan langsung di drop ke pesawat yang sudah siap berangkat.
Itulah bagian dari pelayanan sempurna maskapai terbaik ke-7 di dunia ini. Meski jelas ini kesalahan kami, tetapi Garuda dengan setia menunggu.
Komentar
Posting Komentar