Romantisme Budaya Antara Cirebon dan Amerika
Griya Budaya PH Yusuf Dendabrata Keraton Kacirebonan menggelar malam budaya persahabatan Cirebon-Santa Barbara, Amerika. Ada romantisme antara keduanya.
Pagelaran tersebut sebagai persembahan atas terjalinannya romantisme seni dan budaya antara Cirebon dengan Santa Barbara. Romantisme seni dan budaya antara Cirebon-Santa Barbara itu berawal dari penelitian kebudayaan Cirebon yang dilakukan salah seorang mahasiswa asal Santa Barbara, Amerika Serikat yaitu Richard North alias Mama Erik.
Setelah mempelajari dan meneliti kebudayaan Cirebon melalui salah satu tokoh Keraton Kacirebonan, PH Yusuf Dendrabata, Erik jatuh hati dan ikut mengembangkan budaya Cirebon.
Salah seorang putra PH Yusuf Dendabrata, PH Tomi Iplaludin yang juga Ketua Griya Budaya PH Yusuf Dendabrata menceritakan tahun 1976 merupakan tahun pertama Erik mempelajari seni dan budaya Cirebon melalui PH Yuauf Dendabrata.
"Beliau meniliti dan mendokumentasikan seni, budaya dan adat Cirebonan. Sejak 1976 hingga hari ini, beliau konsisten ikut melestarikan seni. Untuk itu, kami gelar malam persahabatan Cirebon-Santa Barbara," kata Tomi saat berbincang dengan detikcom di Griya Budaya PH Yusuf Dendabrata yang berada di komplek Keraton Kacirebonan, Kota Cirebon, Rabu (14/8/2019) sore.
Malam persehabatan rencananya digelar pada malam ini hingga dinihari nanti di Prabayaksa Keraton Kacirebonan. Lima dalang bakal meramaikan pagelaran malam budaya itu, termasuk Tomi sendiri.
"Kita mengapresiasi Mama Erik yang turut melestarikan budaya. Jangan sampai budaya Cirebon ini punah," katanya.
Tomi menceritakan Erik kerap bolak-balik Cirebon-Amerika untuk mempelajari seni dan budaya Cirebon. Usaha Erik pun tak tanggung-tanggung, Erik membangun sanggar kesenian Cirebonan di Santa Barbara, Amerika.
"Sekarang beliau juga mengajarkan seni dan budaya Cirebon di Amerika. Semoga jalinan persahabatan ini akan terus berkesinambungan demi lestarinya seni dan budaya," kata Tomi.
Di tempat yang sama, Erik yang memakai batik motif mega mendung itu mengamini harapan Tomi. Erik mengaku sudah 12 kali bolak-balik Cirebon-Amerika untuk mempelajari dan tampil berkesenian di Cirebon.
Selain memiliki sanggar, Erik juga mengajar seni dam budaya di salah satu universitas yang ada di Santa Barbara. "Ada dua kelas khusus gamelan Cirebon yang saya ajarkan. Di sana ada 200 kampus, rata-rata gamelan Bali dan Jawa Tengah. Hanya satu yang mengajarkan gamelan Cirebon," kata Erik.
Sebelum meneliti dan menekuni gamelan Cirebon, Erik sempat mempelajari gamelan Bali, Sunda dan Jawa Tengah. Namun, Erik mengaku tak memiliki hasrat untuk menekuninya.
"Sudah, gamelan Jawa Tengah, Sunda dam Bali suka. Saya suka semuanya. Tapi Cirebon itu lebih tua, saya pahami filosofinya. Akhirnya saya memilih menekuni gamelan Cirebon," ucap Erik.
Erik mengaku digembleng oleh PH Yusuf Dendrabata. Tak hanya gamelan, Yusuf juga mengajarkan tentang karawitan, batik, ukiran khas Cirebon, mendalang dan lainnya. Hingga akhirnya, Erik jatuh hati pada kesenian asal Kota Udang.
"Mulai belajar gamelannya 1981, penelitiannya dan datang ke sini itu 1976. Sampai sekarang masih belajar. Kalau sekarang disuruh tampil, ya saya harus siap," kata Erik.
Komentar
Posting Komentar