7 Fakta Gunung Tambora yang Pernah Meletus Dahsyat (2)

Pada tahun 2004, sebuah tim arkeolog dibentuk dan memulai sebuah penggalian arkeologi di Gunung Tambora. Terdiri dari Universitas Rhode Island, Universitas North Carolina di Wilmington, dan direktorat vulkanologi Indonesia, dipimpin oleh Haraldur Sigurdsson. Setelah enam minggu, tim tersebut menggali bukti adanya kebudayaan yang hilang yang musnah karena letusan Gunung Tambora. Situs tersebut terletak 25 km sebelah barat kaldera, di dalam hutam, 5 km dari pantai.

Penemuan arkeologi memperjelas bahwa terdapat kebudayaan yang hancur, karena letusan Gunung Tambora tahun 1815. Sigurdsson menyebut kebudayaan ini sebagai Pompeii dari timur.

4. Akibatnya Terhadap Dunia

Letusan Tambora tahun 1815, diyakini berdampak terhadap perubahan iklim global, lantaran sulfur dioksida yang turut lepas ke lapisan stratosfer. Musim semi tahun 1815 menjadi terganggu karena debu-debu dan kandungan yang dibawa tertiup angin bergeser ke langit Eropa, Amerika, dan lainnya.

Sejumlah negara ikut terkena getahnya. Musim panas setelah tahun 1815 justru didominasi hujan dan suhu dingin. Bahkan, tahun 1816 dikenal dengan sebutan "Tahun Tanpa Musim Panas" lantaran pada musim panas tahun itu suhu turun 1 hingga 2,5 derajat lebih rendah daripada biasanya.

5. Memengaruhi Kekalahan Napoleon

Di antara sederet analisis kekalahan perang, salah satu yang ditunjuk sebagai penyebabnya adalah cuaca ekstrem mencuat. Seperti dalam catatan John Lewis, dalam "The Weather of the Waterloo Campaign 16 to 18 June 1815: Did it Change the Course of History?" menyebutkan "[...] Hujan turun begitu lebat, tentara tertua dari pasukan itu bahkan tidak pernah melihat kejadian seperti ini," tulis John Lewis.

Pertempuran yang penting bagi Napoleon, yang mewakili Kekaisaran Prancis, melawan lima koalisi kekaisaran Eropa. Namun, karena curah hujan yang tidak wajar, menyebabkan jalanan berlumpur dan mempersulit gerak Napoleon dalam menginvasi sejumlah negara Eropa. Akibatnya pasukannya kalah dan menjadi akhir dari kiprah Napoleon Bonaparte menguasai Eropa.

Dan catatan "Napoleon, The Tambora Eruption and Waterloo" karya John Tarttelin, turut menyebut pasukan Napoleon digambarkan sangat terganggu oleh hujan lebat yang sedang melanda, dan mereka terpaksa menunda perjalanan ke Waterloo. Sementara itu, pihak balatentara Rusia terus menerjang badai untuk terlebih dahulu mencapai Waterloo.

6. Cerita Rakyat Meletusnya Gunung Tambora

Beberapa naskah tradisional menyebutkan Gunung Tambora meletus lantaran raja kerajaan Tambora, Abdul Gafur melakukan kelalaian, dengan memerintahkan pembunuhan seorang warga keturunan Arab yang bertugas berdakwah menyebarkan ajaran Islam.

Dalam Syair Kerajaan Bima karya Khatib Lukman, sebagaimana termuat dalam Kerajaan Bima dalam Sastra, dan Sejarah karya Henri Chambert-Loir, orang yang dibunuh itu bernama Haji Mustafa. Dia dibunuh dengan alasan telah menghina kerajaan.

7. Jalur Pendakian

Gunung Tambora yang baru diresmikan menjadi kawasan Taman Nasional pada tanggal 11 April 2015, memiliki potensi wisata alam yang menyuguhkan keindahan, panorama dari hutan daratan rendah, hingga hutan pegunungan. Berbagai flora dan fauna dapat ditemui dan akan menambah pengalaman serta merupakan sensasi tersendiri bagi wisatawan.

Dikutip dari situs resmi Taman Nasional Tambora, gunung ini memiliki lima jalur pendakian, berdasarkan peta penataan zonasi. Namun baru empat yang diresmikan dan dianggap siap untuk menerima kunjungan.

Jalur pendakian tersebut adalah jalur pendakian Pancasila, dan jalur Pendakian Kawinda Toi, yang hanya bisa diakses dengan tracking atau jalan kaki. Sedangkan jalur pendakian Doroncanga, jalur pendakian Piong, yang bisa diakses menggunakan kendaraan offroad atau trail.

Komentar

Postingan Populer