7 Fakta Gunung Tambora yang Pernah Meletus Dahsyat

Gunung Tambora terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Memiliki sejarah yang menarik, hingga pernah berdampak pada perubahan iklim dunia.

Gunung ini terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten Dompu yang mencakup lereng bagian barat dan selatan, serta Kabupaten Bima yang mencakup lereng bagian timur dan utara. Sebelum letusan, Gunung Tambora memiliki ketinggian kira-kira 4.300 m, salah satu puncak tertinggi di Indonesia. Setelah letusan, tinggi gunung ini hanya setinggi 2.851 m. Letusan Tambora tahun 1815 adalah letusan terbesar dalam sejarah.

Meletusnya Gunung Tambora pada tahun 1815 tercatat sebagai salah satu bencana terbesar dalam catatan sejarah dunia. Letusan tersebut masuk dalam skala tujuh, pada skala Volcanic Explosivity Index. Letusan ini empat kali lebih kuat daripada letusan Gunung Krakatau tahun 1883.

Berikut fakta Gunung Tambora, dirangkum dari berbagai sumber:

1. Status Gunung Tambora

Gunung Tambora atau Tomboro masih berstatus gunung api strato aktif dan tertidur. Kubah lava kecil dan aliran lava masih terjadi pada lantai kaldera pada abad ke-19 dan abad ke-20. Letusan terakhir terjadi pada tahun 1967, yang disertai dengan gempa, dan terukur pada skala 0 VEI, yang berarti letusan terjadi tanpa disertai dengan ledakan.

2. Sejarah

Seorang Gubernur-Letnan Hindia Belanda, Thomas Stamford Raffles, yang kala itu memerintah Jawa sejak 1811, dalam catatannya menjelaskan letusan pertama Gunung Tambora. Letusan terdengar sampai Jawa pada 5 April sore dan setiap 15 menit terus terdengar sampai hari-hari berikutnya.

Letusan kembali terdengar secara dahsyat pada 10 April 1815, dan terdengar sampai ke Sumatera. Awalnya, suara ini dianggap suara meriam, hingga sebuah detasemen tentara bergerak dari Yogyakarta, yang mengira pos terdekat sedang diserang.

3. Tiga Kerajaan Tertimbun

Kerajaan Bima sendiri turut mencatat peristiwa dahsyat ini, dalam naskah kuno Bo Sangaji Kai, yang ditulis dalam bahasa Arab-Melayu oleh juru tulis Kesultanan Bima. Di lereng Tambora, ada tiga kerajaan yang tercatat yaitu Kerajaan Tambora, Kerajaan Sanggar, dan Kerajaan Pekat yang semuanya musnah karena letusan Tambora.

Pada tahun 2004, sebuah tim arkeolog dibentuk dan memulai sebuah penggalian arkeologi di Gunung Tambora. Terdiri dari Universitas Rhode Island, Universitas North Carolina di Wilmington, dan direktorat vulkanologi Indonesia, dipimpin oleh Haraldur Sigurdsson. Setelah enam minggu, tim tersebut menggali bukti adanya kebudayaan yang hilang yang musnah karena letusan Gunung Tambora. Situs tersebut terletak 25 km sebelah barat kaldera, di dalam hutam, 5 km dari pantai.

Penemuan arkeologi memperjelas bahwa terdapat kebudayaan yang hancur, karena letusan Gunung Tambora tahun 1815. Sigurdsson menyebut kebudayaan ini sebagai Pompeii dari timur.

4. Akibatnya Terhadap Dunia

Letusan Tambora tahun 1815, diyakini berdampak terhadap perubahan iklim global, lantaran sulfur dioksida yang turut lepas ke lapisan stratosfer. Musim semi tahun 1815 menjadi terganggu karena debu-debu dan kandungan yang dibawa tertiup angin bergeser ke langit Eropa, Amerika, dan lainnya.

Sejumlah negara ikut terkena getahnya. Musim panas setelah tahun 1815 justru didominasi hujan dan suhu dingin. Bahkan, tahun 1816 dikenal dengan sebutan "Tahun Tanpa Musim Panas" lantaran pada musim panas tahun itu suhu turun 1 hingga 2,5 derajat lebih rendah daripada biasanya.

Komentar

Postingan Populer