Mengenal Trypophobia, Rasa Jijik Parah Saat Melihat Lubang-lubang
Trypophobia atau tripofobia dijelaskan sebagai fobia terhadap pola tak beraturan dalam satu kelompok padat. Sebagai contoh lubang-lubang pada kelopak bunga lotus, bintil-bintil di kulit, atau sarang lebah.
Dikutip dari Healthline, orang dengan trypophobia biasanya akan merasa jijik atau takut yang tak tertahankan ketika melihat objek-objek tersebut.
Istilah trypophobia sendiri mulai populer ketika pada tahun 2009 seorang mahasiswa dari University at Albany menggunakannya dalam halaman Facebook khusus kasus anekdot. Sejak saat itu ternyata cukup banyak orang yang mengalami sehingga menarik perhatian.
Namun demikian trypophobia belum diakui sebagai penyakit resmi dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V).
Pemicu trypophobia
Tidak banyak diketahui apa saja yang spesifiknya memicu trypophobia. Beberapa hal yang jadi pemicu umum seperti:
Kelopak bunga lotus
Stroberi
Koral
Buah delima
Biji di dalam buah melon
Kumpulan gelembung
Gejala trypophobia
Gejala trypophobia biasanya langsung muncul ketika seseorang melihat benda atau sesuatu yang jadi pemicu. Jijik dan takut tak tertahankan jadi hal yang sering dilaporkan, namun hal ini juga bisa dialami:
Merinding
Tidak nyaman
Panik
Berkeringat
Mual
Cara mengatasi trypophobia
Ada berbagai cara untuk mengatasi fobia yang sudah diketahui, termasuk di dalamnya trypophobia.
Sebagai contoh ada terapi eksposur yang mengharuskan individu berhadapan dengan fobianya secara bertahap dan terkendali. Ada juga terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT) yang membantu seseorang untuk mengubah pola pikirnya.
Disarankan untuk menemui tenaga kesehatan profesional bila trypophobia terasa sangat mengganggu.
https://maymovie98.com/movies/hot-taste/
Menkes Sebut Peningkatan COVID-19 di Indonesia 'Luar Biasa'!
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa kasus COVID-19 di Indonesia naik gila-gilaan. Dalam keterangannya, Budi juga melaporkan berbagai kabar perihal pandemi seperti kondisi rumah sakit, tenaga kesehatan, sampai ketersediaan obat-obatan.
"Kami sampaikan memang sampai saat ini terjadi peningkatan yang luar biasa dan itu penting untuk bisa fokusnya bukan hanya di sisi hilir di sisi RS, di sisi penanganan orang sakit, tapi lebih penting lagi fokus ke sisi hulu bagaimana kita mencegah agar orang sehat ini jangan menjadi sakit," katanya dalam siaran pers, Senin (21/6/2021).
Untuk mencegah COVID-19 meluas, ia juga menyampaikan daerah dengan kasus positif tinggi akan diberlakukan pembatasan mobilitas 75-100 persen.
Budi juga mengatakan akan memprioritaskan pasien COVID-19 yang bergejala untuk diisolasi dan dirawat di rumah sakit. Pasien Corona yang dirawat di rumah sakit adalah mereka yang memiliki komorbid, kondisi sesak, dan saturasi di bawah 95 persen.
"Tetapi yang tidak, lebih baik diisolasi mandiri atau diisolasi terpusat agar tidak terekspos virus yang tinggi di rumah sakit dan juga bisa membebaskan rumah sakit untuk merawat orang-orang yang sudah (kondisi) sedang dan gawat," bebernya.
Komentar
Posting Komentar