Kasusnya Meningkat! Kenali 13 Gejala Corona pada Anak-anak
Lonjakan COVID-19 yang saat ini terjadi di Indonesia tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Umumnya, gejala Corona anak tidak beda jauh dengan yang dialami oleh orang dewasa, yakni batuk dan demam.
Bahkan, menurut Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), FAAP, sebanyak 1 dari 8 kasus konfirmasi positif COVID-19 merupakan anak-anak.
"Data nasional saat ini proporsi kasus konfirmasi positif COVID-19 pada anak usia 0-18 tahun ini adalah 12,5 persen. Artinya 1 dari 8 kasus konfirmasi itu adalah anak," ujar dr Aman dalam konferensi pers, Jumat (18/6/2021).
Namun, yang menjadi masalah dan perlu diwaspadai adalah, banyak di antara anak-anak tersebut yang belum bisa mengungkapkan gejala sakit yang sedang mereka alami, khususnya pada anak balita. Oleh sebab itu, mengetahui gejala Corona anak menjadi penting agar orang tua lebih waspada.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), bayi berusia di bawah satu tahun dan anak-anak yang memiliki kondisi atau penyakit tertentu lebih rentan mengalami gejala parah jika terinfeksi COVID-19.
Lalu, apa saja gejala Corona anak?
Secara keseluruhan, anak-anak akan mengalami gejala yang mirip dengan orang dewasa apabila terinfeksi, berikut gejalanya.
Demam atau meriang
Batuk
Hidung tersumbat atau pilek
Kehilangan indra penciuman
Sakit tenggorokan
Sesak napas atau kesulitan bernapas
Diare
Mual atau muntah
Sakit perut
Kelelahan
Sakit kepala
Nyeri otot atau tubuh
Hilangnya nafsu makan, terutama pada bayi berusia di bawah satu tahun.
Gejala Corona anak di atas bisa diperparah jika anak yang terinfeksi memiliki komorbid atau penyakit penyerta. Berikut sejumlah kondisi pada anak yang harus diwaspadai jika terinfeksi COVID-19.
Asma atau penyakit paru kronis
Diabetes
Kondisi genetik, neurologis, atau metabolik
Penyakit sel sabit
Penyakit jantung sejak lahir
Gangguan sistem imun
Anak-anak dengan berbagai kondisi kronis yang mempengaruhi banyak bagian tubuh
Obesitas.
https://trimay98.com/movies/four-sisters-before-the-wedding/
Viral di Medsos, Wanita Ini Menstruasinya Mundur 11 Hari Usai Vaksin Corona
Sejumlah wanita mengeluhkan perubahan siklus menstruasi setelah vaksinasi COVID-19. Beberapanya mengeluhkan menstruasi lebih berat dengan durasi yang lebih lama, serta kram perut yang lebih hebat.
Salah satunya Devina Yo, seorang wanita berusia 26 tahun. Di media sosial, ia mengisahkan perubahan menstruasinya pasca vaksinasi COVID-19. Ia menerima vaksin dosis 1 pada 29 April dan dosis 2 pada 27 Mei 2021.
Devina rajin mencatat tanggal menstruasi menggunakan aplikasi di smartphone. Setelah divaksin, ia menyadari menstruasinya datang terlambat 11 hari disertai kram perut yang lebih hebat dibanding menstruasi sebelum divaksin.
"Aku awalnya juga tidak yakin, karena memang menstruasi dipengaruhi berbagai faktor. Tapi setelah aku pelajari, tidak ada faktor lain yang mungkin jadi pengaruh karena sedang tidak stress, capek berlebih, ataupun mengalami perubahan berat badan yang signifikan. Biasanya aku cuma terlambat 3-5 hari, tidak lebih dari itu," terangnya pada detikcom, Senin (21/6/2021).
Devina berharap, hal ini bisa dikaji dalam pencatatan untuk memastikan ada-tidaknya perubahan siklus menstruasi pasca vaksinasi COVID-19. Mengingat, besar kemungkinan para wanita tidak menyadari perubahan menstruasinya sehingga hal ini tidak dilaporkan sebagai KIPI. Selain itu menurutnya, sosialisasi penting agar masyarakat tak justru jadi ketakutan soal efek vaksin.
"Ini kurasa penting karena kemarin malah ada yang berusaha menggiring pengalamanku menjadi bagian narasi antivaksin (bisa berpengaruh pada kesuburan wanita). Kalau tidak diinformasikan dengan baik, malah bisa menambah keraguan orang untuk vaksin," katanya.
Hingga kini, perubahan siklus menstruasi tidak tercatat dalam potensi efek samping vaksin COVID-19, sehingga tidak bisa dipastikan bahwa perubahan siklus menstruasi ini disebabkan vaksinasi.
Komentar
Posting Komentar