Hamil di Kolam Renang? Sebenarnya Bisa Sih, Tapi Banyak Risikonya
Baru-baru ini, sebuah pernyataan kontroversial menyebut bahwa berenang di kolam renang campur bisa memicu kehamilan. Belakangan, pernyataan tersebut ditarik disertai permintaan maaf.
Faktanya, nyaris mustahil sperma bisa bertahan hidup dan membuahi sel telur setelah bercampur air kolam. Kehamilan akibat berendam di kolam renang dimungkinkan bila terjadi hubungan seks, itupun dengan banyak risiko yang harus ditanggung.
Berikut fakta-fakta terkait bahayanya melakukan hubungan seksual di kolam renang, dikutip dari Bustle:
1. Keseimbangan pH pada vagina akan terganggu
Keseimbangan pH (kadar keasaman) pada vagina menjadi hal yang paling penting untuk dijaga, agar vagina tetap sehat dan bersih. Sayangnya, bercinta di kolam renang dapat menghilangkan keseimbangan pH yang tepat. Dan membuat banyak kesempatan untuk anda terkena berbagai infeksi.
"Karena air yang diklorinasi dalam kolam, membuat vagina sensitif terhadap air, dan dapat menyebabkan perubahan pH pada vagina," ujar Dr Loanzon, seorang ahli kandungan.
2. Klorin tidak ramah vagina
Zat klorin yang terdapat dalam kolam renang memiliki aroma yang sangat kuat. Bagaimana jika zat kimia yang sangat kuat masuk kedalam vagina anda karena hubungan seksual." Air di kolam yang diklorinasi tidak akan aman untuk lingkungan vagina," kata Dr Loanzon.
3. Seks di dalam air bukan pengganti alat kontrasepsi
Walaupun beruhubungan seks yang dilakukan di kolam renang tidak akan meningkatkan peluang kehamilan. Namun menurut Dr Lonzoan, itu tentu saja tidak boleh dianggap sebagai kontrasepsi yang aman. Jika memang ingin menghindari dari kehamilan, seks di kolam renang bukanlah cara yang tepat. Menggunakan pelindung seperti kondom yang tepat untuk kontrasepsi.
4. Tetap bersih-bersih setelah berhubungan seks
Jika Anda nekat melakukan hubungan seks di kolam renang, pastikan untuk segera membersihkan diri. Kuman yang mungkin ada di air kolam bisa memicu infeksi saluran kemih.
https://trimay98.com/movies/magic-cop/
Hanya B1617.2 yang Masuk Varian Delta 'Bahaya' Menurut WHO, Ini Alasannya
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hanya B.1.617.2, salah satu dari tiga jenis varian B.1.617 COVID-19 yang pertama kali ditemukan di India, menjadi 'variant of concern (VOC)', sementara kedua jenis varian Delta lainnya memiliki tingkat penularan lebih rendah.
Seperti diketahui, varian Delta yang pertama kali ditemukan di India dibagi menjadi tiga strain yaitu B.1.617.1, B.1.617.2, dan B.1.617.3.
"Varian B1617.2 yang berlabel varian Delta tetap menjadi VoC (Variant of Concern). Kami terus mengamati peningkatan penularan yang melaporkan wabah terkait dengan varian ini. Studi lebih lanjut soal dampak varian ini tetap menjadi prioritas tinggi bagi WHO," kata pengawas kesehatan global WHO dalam pembaruan epidemiologi mingguan.
WHO menyebut B1617.2 yang dikenal sebagai varian Delta ini telah menyebar ke 62 negara di dunia per 1 Juni 2021 lalu. Mereka juga mengatakan bahwa varian hybrid baru yang dilaporkan di Vietnam diduga merupakan variasi dari varian Delta.
Baca juga: WHO Ubah Nama Varian Corona, Jadi Lebih Mudah Diingat Nggak Nih?
"Yang kami pahami adalah bahwa ini adalah varian B1617.2 dengan satu penghapusan tambahan di lokasi spike protein. Kami tahu bahwa B1617.2, varian Delta, memang mengalami peningkatan transmisi yang membuatnya bisa menyebar lebih mudah antarmanusia," jelas Pimpinan teknis WHO untuk COVID-19 Maria Van Kerkhove, dikutip dari Bussines Today, Kamis (3/6/2021).
Varian Delta memiliki tiga jenis strain, yaitu B1617.1, B1617.2, dan B1617.3. Maria mengatakan strain B1617.1 yang dikenal sebagai varian Kappa telah direklasifikasikan sebagai Variant of Interest (VoI), sedangkan B1617.3 belum diklasifikasikan.
Terkait varian Kappa (B1617.1), WHO mencatat sementara Kappa menunjukkan adanya peningkatan penularan di lokasi tertentu. Tetapi, hal itu akan terus dipantau secara teratur.
Komentar
Posting Komentar