China Catat Kasus Pertama Flu Burung H10N3 pada Manusia, Ini Kata WHO
Beberapa waktu lalu, seorang pria berusia 41 tahun di Provinsi Jiangsu, China, dilaporkan terinfeksi flu burung H10N3. Pria tersebut mengalami demam serta gejala lainnya pada 28 Mei 2021 lalu, dan kini kondisinya sudah stabil.
Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) mengatakan ini menjadi kasus pertama yang terjadi pada manusia. Tetapi, pihak NHC tidak memberikan rincian yang lengkap soal sumber infeksinya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sampai saat ini masih belum jelas bagaimana pria itu bisa terinfeksi jenis flu burung langka H10N3 tersebut.
H10N3 adalah salah satu jenis patogen rendah. Ini berarti potensi penularannya sangat ringan dan tidak mungkin menyebabkan wabah berskala besar.
"Sumber paparan pasien terhadap virus H10N3 tidak diketahui saat ini, dan tidak ada kasus lain yang ditemukan dalam pengawasan darurat di antara penduduk setempat," kata WHO dalam sebuah pernyataan yang dikutip ABC News, Kamis (3/6/2021).
Menurut WHO, virus H10N3 itu tampaknya tidak menular antarmanusia. Selain itu, saat ini belum ada indikasi yang mengatakan bahwa wabah flu burung langka ini telah menyebar luas.
"Ini merupakan laporan pertama yang pernah dilaporkan pada WHO tentang infeksi H10N3 pada manusia," ujar WHO.
"WHO, melalui Global Influenza Surveillance and Response System (GISRS) terus memantau virus influenza, termasuk yang berpotensi menjadi pandemi, dan melakukan penilaian risiko. WHO bekerja sama dengan otoritas nasional di China dan mitra GISRS untuk menilai lebih lanjut dan mengkarakterisasi peristiwa ini," pungkasnya.
https://trimay98.com/movies/goodbye-hero/
Vaksin Sinovac Resmi Dapat Izin WHO, Kenapa Lama Sekali Disetujuinya?
Pada Selasa (1/6/2021) kemarin, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menyetujui izin penggunaan darurat atau emergency use listing (EUL) vaksin Corona buatan Sinovac. Dengan persetujuan tersebut, kini vaksin Sinovac telah memenuhi standar internasional terkait keamanan dan efikasinya.
"WHO hari ini memvalidasi vaksin Sinovac-CoronaVac COVID-19 untuk penggunaan darurat," kata WHO dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Channel News Asia, Rabu (2/6/2021).
Kenapa lama sekali proses persetujuannya?
Menurut Eks Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama, dalam pemberian EUL, ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh produsen vaksin. Oleh karenanya, membutuhkan waktu yang tak sebentar untuk mendapatkan izin penggunaan darurat tersebut.
"Perusahaan vaksin akan mendaftar dulu ke WHO untuk mendapat EUL. (kemudian) Analisa ilmiah mendalam dari SAGE (Strategic Advisory Group of Expert) on Immunization, suatu badan independen yang membantu WHO dari sudut kepakaran ilmiahnya," kata Prof Tjandra melalui pesan singkat yang diterima detikcom, Kamis (3/6/2021).
"Sesudah ada 'lampu hijau' dari SAGE maka akan dianalisa lebih lanjut oleh WHO, dalam hal ini Department of Registration and Prequalification," lanjutnya.
Selain vaksin Sinovac, sebelumnya WHO juga telah memberikan EUL kepada sejumlah vaksin Corona, yakni Pfizer-BioNTech, Moderna, Johnson&Johnson, Sinopharm, dan AstraZeneca.
Komentar
Posting Komentar