Cerita Shahnaz Haque Melawan Kanker Ovarium, Apa Saja Sih Gejalanya?
Setelah 7 tahun ditinggal ibunda karena kanker ovarium, presenter Shahnaz Haque pada 1998 mendapati dirinya digerogoti penyakit yang sama. Riwayat keluarga memang menjadi faktor risiko penyakit tersebut.
"Ibu saya meninggal karena kanker ovarium, begitu juga nenek saya. Tetapi mereka tidak cukup beruntung karena kanker ovarium tidak bertanda sehingga mereka mengetahui di stadium lanjut," kisah Shahnaz dalam webinar AstraZeneca baru-baru ini.
Baik ibu maupun neneknya baru ketahuan mengidap kanker ovarium ketika sudah stadium lanjut. Shahnaz merasa beruntung, kanker yang diidapnya ketahuan lebih dini dan mengikuti saran dokter untuk operasi.
Gejala kanker ovarium mulai dirasakan Shahnaz ketika berusia 26 tahun. Ketika itu, ia memeriksakan diri ke dokter karena tidak mengalami menstruasi selama 3 bulan meski belum pernah berhubungan seks sebelumnya.
Shahnaz menyebut, gaya hidup juga berpengaruh terhadap risiko kanker ovarium. Karenanya, setelah dinyatakan 'sembuh' ia bertekad untuk mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat, dari yang sebelumnya terlalu sibuk bekerja sehingga kurang menjaga kesehatan.
"Dulu saya adalah orang yang tidak peduli dengan kesehatan, saya datang ke RS hanya saat saya sakit. Saya bergerak karena saya bekerja tetapi bukan olahraga. Banyak yg berubah sejak melakukan operasi. Saya tidak makan makanan kaleng, sarden, dan kornet. Makanan tidak bolak balik ke lemari es dan dipanaskan," tutur Shahnaz.
Setelah menikah Shahnaz Haque dikaruniai tiga orang anak perempuan. Berkaca dari pengalaman hidupnya, Shahnaz Haque mendidik anak-anaknya untuk mengenal tubuhnya, faktor risiko kanker ovarium, dan riwayat penyakit keluarganya.
Gejala kanker ovarium
Ketua Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia (HOGI), Prof Dr dr Andrijono, SpOG(K), menjelaskan bahwa gejala kanker ovarium seringkali sulit diidentifikasi. Karenanya, penyakit ini sering ketahuan ketika sudah terlanjut makin parah.
"Padahal jika dideteksi lebih awal, kanker ovarium dapat ditangani," kata Prof Andrijono.
Sementara itu dr Pungky Mulawardhana, SpOG(K) menjelaskan ada beberapa gejala kanker ovarium yang perlu diwaspadai. Di antaranya:
Sering buang air kecil
merasa cepat kenyang
sakit di bagian panggul atau perut
kembung.
Beberapa gejala yang lebih spesifik di antaranya:
Sulit buang air besar
nyeri dan mengeluarkan darah setelah hubungan seksual
nyeri di punggung
ada pengumpulan cairan yang membuat perut menjadi besar baru terlihat saat stadium lanjut.
Menurut dr Pungky, 70-80 persen kanker ovarium didiagnosis saat sudah mencapai stadium 3-4 yang artinya peluang untuk bertahan hidup makin menipis. Jika terdeteksi pada stadium awal, risiko kematian lebih bisa dihindari.
"Kanker ovarium (adalah) silent killer karena angka mortalitas tinggi dibandingkan kejadiannya," tegasnya.
https://cinemamovie28.com/movies/mission-impossible-ghost-protocol/
Temuan Baru Jurnal Medis China, Inikah Pasien 'Zero' Virus Corona?
Setidaknya tiga pekan sebelum China mengumumkan kasus pertama COVID-19, kasus Corona diyakini sudah lebih dulu merebak. Temuan ini diungkap profesor biostatistik Universitas Wuhan, Yu Chuanhua dalam sebuah jurnal medis China.
Ia menyebutkan, kasus pertama Corona adalah seorang pasien yang diduga jatuh sakit karena COVID-19 September 2019 lalu. Kasus yang diyakini pasien nol COVID-19 diidentifikasi bernama 'Pasien Su'.
Siapa Pasien Su?
Menurut Daily Mail, ada catatan kasus atas nama Pasien Su yang dirawat di Rumah Sakit Rongjun, Wuhan tersebut. "Pasien tidak menjalani tes nukleat. Data belum dikonfirmasi," kata profesor.
Melihat gedung dan nomor jalan seperti yang ditemukan dalam catatan rumah sakit, diyakini bahwa wanita itu tinggal di suatu tempat di komunitas Kaile Guiyan, Jalan Zhuodaoquan. Sangat dekat dengan tempat beberapa penelitian terkait kelelawar sedang berlangsung.
"Ini termasuk laboratorium yang dijalankan oleh Pusat Pengendalian Penyakit China dengan tingkat biosekuriti global tertinggi kedua sedikit lebih dari satu mil jauhnya, sementara situs pusat kota yang dijalankan oleh Institut Virologi Wuhan berjarak kurang dari tiga mil," kata Daily Mail.
Lokasi Pasien Su juga dekat dengan jalur kereta berkecepatan tinggi, yang diyakini mungkin memiliki 'peran penting' dalam penyebaran Corona. Tangkapan layar detailnya secara tidak sengaja diterbitkan oleh jurnal medis.
Yu, menurut laporan DailyMail, memanggil wartawan dalam waktu dua hari untuk mencabut informasi ini dan mengklaim bahwa tanggal yang dimasukkan salah dan semua kasus yang dicurigai sebelum 8 Desember memerlukan verifikasi lebih lanjut.
Komentar
Posting Komentar