Beda Sesak Napas Gejala COVID-19 dan Asma yang Wajib Diketahui
- Sesak napas bisa disebabkan oleh faktor apa saja, misalnya asam lambung naik, masalah pada tekanan darah, hingga infeksi COVID-19. Tetapi, kondisi ini juga sering diartikan sebagai gejala dari penyakit asma.
Sesak napas akibat COVID-19 bisa membuat orang yang mengalaminya sulit bernapas, sehingga merasa seolah-olah kehabisan napas. Selain itu, dada terasa terlalu kencang untuk bernapas, dan terasa seperti bernapas melalui sedotan.
Lalu, bagaimana cara membedakan gejala sesak napas COVID-19 dan penyakit asma?
Menurut Asthma and Allergy Foundation of America (AAFA), ada beberapa hal yang bisa dipahami untuk membedakan sesak napas COVID-19 dan asma.
Sesak napas karena asma
Salah satu tanda yang bisa menjadi pembeda antara sesak napas COVID-19 dan asma adalah dari lamanya durasi sesak napas. Pada pengidap penyakit asma, sesak napas yang dialami bisa berlangsung dalam waktu yang singkat hingga berjam-jam.
Selain itu, sesak napas pada pengidap asma sering disertai dengan gejala lainnya, yaitu mengi atau napas bunyi. Penderita asma juga biasanya tidak mengalami demam, kecuali disertai dengan infeksi pada saluran pernapasannya. Sesak napas yang dirasakan itu juga tidak menimbulkan rasa nyeri pada otot.
Sesak napas COVID-19
Sementara sesak napas akibat infeksi COVID-19, bisa berlangsung cukup lama, sekitar 7-25 hari. Berbeda dengan penderita asma, gejala sesak napas COVID-19 ini tidak disertai dengan napas yang berbunyi.
Sesak napas ini termasuk gejala yang cukup sering dialami pasien COVID-19. Biasanya, gejala ini disertai dengan gejala khas lainnya, seperti batuk kering, nyeri sendi atau otot, dan demam.
Sesak napas yang dialami pasien COVID-19 bisa ringan, bisa juga cukup parah dan berlangsung lama. Namun, pada kasus lain itu bisa menyebabkan pneumonia, ARDS, dan disfungsi atau kegagalan multi-organ.
Kenapa pasien COVID-19 bisa mengalami sesak napas?
Dikutip dari Medical News Today, saat virus Corona menginfeksi jaringan paru, virus itu akan menyebar dengan cepat dan bisa mempengaruhi sel-sel epitel yang melapisi saluran udara. Setelah itu, sistem kekebalan akan merespons dengan melepaskan sel yang menyebabkan peradangan pada jaringan yang terkena virus.
Saat respons imun inflamasi terus terjadi, ini yang akan menghambat transfer gas secara teratur, termasuk oksigen, di paru-paru dan cairan bisa menumpuk. Hal inilah yang bisa menyebabkan pasien COVID-19 sesak napas.
https://maymovie98.com/movies/nausicaa-of-the-valley-of-the-wind/
Hati-hati, 10 Penyebab Stroke yang Paling Sering Terjadi
Stroke merupakan kondisi ketika pasokan darah ke otak terganggu, sehingga sel-sel di otak menjadi rusak karena kekurangan nutrisi dan oksigen. Apa saja penyebab stroke?
Dikutip dari Medical News Today, salah satu penyebab utama seseorang terkena stroke adalah adanya gangguan pada pembuluh darah. Berikut 10 penyebab di antaranya.
Obesitas atau berat badan berlebih
Riwayat keluarga
Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Kolesterol tinggi
Mengidap penyakit jantung
Kurang aktivitas fisik atau berolahraga
Berusia di atas 55 tahun
Kecanduan alkohol
Merokok
Mengonsumsi obat-obatan terlarang.
Oleh karena itu, apabila kamu memiliki beberapa faktor penyebab di atas, sebaiknya segera ubah pola hidupmu menjadi lebih sehat agar terhindar dari stroke.
Selain mengetahui penyebab stroke, kamu juga perlu mengetahui bahwa penyakit ini memiliki beberapa jenis. Disebutkan, ada tiga jenis utama stroke sebagai berikut.
1. Stroke sistemik
Ini merupakan jenis stroke yang paling umum terjadi, yakni sebanyak 87 persen kasusnya. Penyebab stroke sistemik adalah terjadinya pembekuan darah, yang mengakibatkan darah dan oksigen sulit mencapai otak.
2. Stroke hemoragik
Stroke jenis ini dapat terjadi karena adanya pembuluh darah yang pecah dan menyebabkan perdarahan. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh aneurisma (pembuluh darah menggelembung) atau Arteriovenous malformation (kelainan bawaan pada sistem pembuluh darah).
3. Stroke ringan (transient ischemic attack)
Stroke jenis ini terjadi karena adanya hambatan pada aliran darah ke otak. Umumnya gejala pada stroke ini dapat hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan.
Komentar
Posting Komentar