Raditya Oloan Alami Badai Sitokin Sebelum Meninggal, Gejalanya Apa Saja?

 Raditya Oloan wafat usai sebelumnya berjuang melawan badai sitokin saat negatif COVID-19 dengan riwayat komorbid asma. Ia meninggalkan sang istri, artis Joanna Alexandra pada Kamis (6/5/2021).

"Kondisinya post covid dengan komorbid asma, and he is going through a cytokine storm yang menyebabkan hyper-inflammation in his whole body," cuit Joanna di akun Instagram pribadi, Selasa (4/5/2021).


Badai sitokin terjadi saat terdapat muncul respons imun berlebihan yang memicu kondisi serius. Bisa karena infeksi bakteri atau virus, seperti salah satunya virus Corona COVID-19.


Adakah gejala yang bisa dikenali?

Badai sitokin dapat menyebabkan banyak gejala berbeda. Terkadang, pada beberapa pasien hanya muncul gejala ringan seperti flu biasa. Sementara di pasien lainnya bisa menimbulkan gejala parah dan bahkan bisa hingga mengancam jiwa.


Berikut gejala yang perlu diwaspadai.


Demam dan menggigil

Kelelahan

Pembengkakan pada ekstremitas

Mual dan muntah

Nyeri otot dan persendian

Sakit kepala

Ruam

Batuk

Sesak napas

Napas cepat

Kejang

Getaran

Kesulitan mengkoordinasikan gerakan

Kebingungan dan halusinasi

Kelesuan dan daya tanggap yang buruk.


Dikutip dari Very Well Health, para ilmuwan masih memahami jaringan kompleks penyebab badai sitokin bermula. Namun, adapula kasus pasien Corona yang tidak mengalami gejala badai sitokin saat terpapar COVID-19.


Pada titik ini, para ilmuwan belum mengetahui secara pasti. Faktor lain, seperti adanya kondisi penyakit penyerta, diyakini ahli merupakan penentu yang jauh lebih besar dari tingkat keparahan infeksi COVID-19.

https://indomovie28.net/movies/krampus-the-devil-returns/


Corona India Menggila! Rekor Kasus Baru hingga 1,5 Juta Kasus dalam Sepekan


Tsunami COVID-19 di India kian mengganas. Pada Jumat (7/5/2021), negara itu kembali mencatatkan rekor kasus harian Corona terbanyak di dunia, yakni 414.188 kasus dalam sehari.

Tak hanya itu, Kementerian Kesehatan India juga melaporkan lonjakan kasus kematian akibat COVID-19 di negaranya, yakni 3.915 orang meninggal dalam sehari.


Dengan jumlah tersebut, India telah melaporkan 1,57 juta kasus dan lebih dari 15.100 kematian akibat COVID-19 hanya dalam waktu sepekan.


Dikutip dari Worldometers, secara keseluruhan India telah mencatat 21.491.598 kasus COVID-19. Sementara total pasien yang sudah sembuh ada sebanyak 17.612.351 orang, 234.083 lainnya meninggal dunia.


Para ahli pun belum bisa memastikan kapan tsunami COVID-19 di India akan berakhir, bahkan di antaranya ada yang mengingatkan agar negara itu mempersiapkan diri untuk menghadapi gelombang COVID-19 ketiga.


"Gelombang ketiga tidak bisa dihindari, mengingat betapa tingginya virus yang beredar. Namun, belum jelas kapan gelombang tiga ini akan terjadi. Kita harus bersiap menghadapi gelombang baru itu," kata kepala penasihat ilmiah pemerintah India, K Vijay Raghavan, dikutip dari France24.


Varian Baru Corona Bisa 'Meledak' 6 Bulan ke Depan? Ini Prediksinya


 Varian baru virus COVID-19 diprediksi akan lebih banyak muncul dalam beberapa waktu mendatang. Hal ini disampaikan oleh CEO vaksin Moderna, salah satu produsen vaksin COVID-19.

CEO Moderna, Stephane Bancel mengatakan varian baru COVID-19 akan banyak bermunculan dalam beberapa bulan mendatang saat Belahan Bumi Selatan memasuki musim gugur dan musim dingin. Wilayah tersebut meliputi Afrika, Australia, sebagian besar Amerika Selatan dan sebagian Asia.


"Varian baru yang menjadi perhatian terus muncul di seluruh dunia. Dan kami percaya dalam enam bulan ke depan, di Belahan Bumi Selatan masuk musim gugur dan musim dingin, kami bisa melihat lebih banyak varian yang muncul," jelas Bencel, dikutip dari laman CNBC.


Dia menambahkan kemungkinan orang-orang memerlukan suntikan penguat (booster) usai mendapatkan dua dosis vaksin COVID-19 atau suntikan ketiga vaksin Corona.


"Kami yakin suntikan booster akan dibutuhkan karena kami yakin virus tidak akan hilang," jelas dia.


Ucapan Stephane Bencel datang berselang sehari setelah perusahaan mengumumkan suntikan penguat vaksinnya. Suntikan tersebut menghasilkan respons imun pada varian B.1.351 (India) dan P.1 (Brazil).


Kedua varian tersebut juga telah menyebar ke sejumlah negara lain, termasuk di Amerika Serikat. Namun data tersebut masih bersifat tahap awal, serta belum ada peninjauan oleh rekan sejawat lainnya.


Tambahan informasi, vaksin Moderna membutuhkan dua dosis dalam jarak empat minggu. Meskipun suntikan memiliki keefektifan tinggi melawan COVID-19, sejumlah eksekutif dan pejabat perusahaan memperkirakan perlindungan itu akan berkurang seiring berjalannya waktu.

https://indomovie28.net/movies/side-effects-3/

Komentar

Postingan Populer