Raditya Oloan Alami Badai Sitokin Sebelum Meninggal, Ini Dampaknya Pada Tubuh
Suami aktris Joanna Alexandra, Raditya Oloan, meninggal dunia setelah sempat terpapar dan sudah negatif COVID-19. Kondisinya memburuk lantaran mengalami badai sitokin.
Raditya yang memiliki riwayat asma sempat dirawat di ICU RS Persahabatan dengan ventilator atau alat bantu pernapasan sebelum akhirnya berpulang pada Kamis (6/5/2021).
Dikutip dari WebMD, badai sitokin terjadi ketika sistem imun bereaksi berlebihan terhadap infeksi.
Pada umumnya protein sitokin dihasilkan oleh sel tubuh untuk menjadi sinyal respons pertahanan terhadap infeksi. Protein ini memicu peradangan dan kematian terhadap sel.
"Jadi ketika ada sel yang mendeteksi benda asing, atau ada hal buruk terjadi, respons utamanya adalah untuk bunuh diri... Ini adalah mekanisme pertahananan agar penyakit tidak menyebar ke sel lain," papar imunolog Mukesh Kumar dari Georgia State University.
Hanya saja ketika sitokin dihasilkan pada tingkat yang lebih tinggi dari normal, respons yang terjadi juga berlebihan. Sel-sel imun bereaksi lebih tinggi menyebabkan peradangan dan kematian pada sel-sel sehat.
"Pada dasarnya sebagian besar sel Anda akan mati karena badai sitokin. Hal ini biasanya menggerogoti paru-paru. Tidak bisa disembuhkan," lanjut Mukesh.
Dalam studi yang dipublikasi di jurnal Mediators of Inflammation, peneliti Mujahed I Mustafa mengatakan badai sitokin juga bisa menyebabkan pembekuan atau penggumpalan darah. Dampaknya dapat terjadi kerusakan pada berbagai organ akibat suplai oksigen yang terganggu.
"Senyawa peradangan yang dihasilkan pada kasus infeksi COVID-19 memicu hati membuat protein yang dapat melindungi tubuh dari infeksi. Namun, protein ini juga memicu penggumpalan darah, yang kemudian dapat menyumbat pembuluh darah di jantung dan organ lain," tulis peneliti.
"Dampaknya organ-organ tubuh jadi kekurangan oksigen dan nutrisi, berpotensi berujung kegagalan multiorgan. Konsekuensi progresi penyakit menjadi cedera paru-paru akut, sindrom pernapasan akut, dan kematian," pungkas peneliti.
https://indomovie28.net/movies/drishyam/
Studi Klaim Vaksin Novavax Efektif Lawan Varian Corona Afsel
Sebuah studi terbaru menunjukkan vaksin COVID-19 Novavax memiliki efektifitas sebesar 51 persen terhadap varian Corona asal Afrika Selatan di antara orang-orang yang HIV-negatif. Sementara pada kelompok yang mencangkup orang-orang yang HIV-positif sebesar 43 persen.
Varian Afsel yang dikenal dengan B1351 diketahui membawa mutasi yang bisa mengancam kemanjuran vaksin. Hal ini membuat sebagian besar produsen vaksin, termasuk Novavax, menguji vaksinnya pada varian tersebut.
Dikutip dari Reuters, vaksin Novavax sudah merilis hasil analisis post-hoc di New England Journal of Medicine bersamaan dengan data lengkap dari uji coba di Afrika Selatan. Hampir 2.700 orang relawan yang belum terinfeksi Corona ikut dalam studi ini.
Berdasarkan hasil studi yang diumumkan pada Januari lalu menunjukkan, kemanjuran sebesar 60,1 persen terhadap gejala COVID-19 dalam percobaan di Afsel pada mereka yang HIV-negatif. Sementara kemanjuran pada kelompok campuran peserta HIV-positif dan HIV-negatif sebesar 49,4 persen.
Pada studi tersebut juga menunjukkan bahwa antibodi yang muncul dari infeksi virus versi lama tidak mengurangi risiko COVID-19 yang disebabkan oleh varian Afsel, di antara orang yang mendapat suntikan plasebo.
Rata-rata usia relawan yang ikut dalam uji coba ini adalah 32 tahun. Sebagian besar dari mereka mengalami gejala ringan hingga sedang.
Namun, studi tersebut tidak memberikan data terkait kemanjuran vaksin Novavax dalam mencegah penyakit parah atau rawat inap.
"Kebanyakan vaksin kurang efektif dalam mencegah penyakit ringan daripada mencegah penyakit parah. Jadi, vaksin ini bisa menjadi jauh lebih efektif dalam mencegah masuk rumah sakit dan kematian - kami belum tahu," kata Peter English, konsultan dalam pengendalian penyakit menular dan mantan ketua dari British Medical Association's Public Health Medicine Committee.
Tujuan utama dari uji coba ini adalah untuk menguji bagaimana vaksin bisa bekerja pada orang yang positif dan negatif HIV, dan ternyata hasilnya stabil. Di antara mereka yang dievaluasi, 94 persen HIV-negatif dan 6 persen HIV positif.
Komentar
Posting Komentar