Kapan Waktu Terbaik untuk Makan Malam Agar Tak Bikin Gendut? Ini Pilihannya

 Mendapatkan berat badan yang ideal merupakan impian banyak orang. Berbagai cara untuk menurunkan atau sekadar menjaga berat badan pun banyak tersedia, salah satunya adalah dengan memperhatikan makanan yang dikonsumsi.

Selain memperhatikan jenis makanannya, menentukan waktu yang tepat untuk makan juga tidak kalah pentingnya. Sarapan, makan siang, dan makan malam merupakan bagian penting dalam program penurunan berat badan.


Hanya saja, orang yang sedang menjalani program diet sering kali takut untuk makan malam karena makan malam kerap dianggap membuat gemuk. Sebab, setelah makan malam kebanyakan orang tidak akan melakukan aktivitas apapun dan cenderung langsung bergegas tidur.


Dikutip dari Times of India, makan malam yang terlalu mendekati waktu tidur dapat menyebabkan kadar gula darah dan insulin dalam tubuh menjadi meningkat, sehingga berpotensi menyebabkan kesulitan tidur.


Namun, hal ini bukan berarti makan malam berarti dapat membuat diet menjadi gagal, lho. Kamu bisa tetap makan malam, tetapi dengan porsi yang lebih sedikit dibandingkan dengan saat sarapan dan makan siang.


Selain itu, kamu juga disarankan untuk makan tiga jam sebelum waktu tidur. Sebagai contoh, apabila kamu terbiasa tidur pukul 22.00 WIB, maka waktu yang tepat untuk makan malam adalah pukul 19.00 WIB.


Sebab, makan malam di waktu yang terlalu mepet dengan waktu tidur tidak baik untuk tubuh. Berikut beberapa alasannya:


Menurunkan ritme sirkadian yang membuat seseorang menjadi mudah lapar di malam hari

Makan terlalu malam dapat menyebabkan kamu memilih makanan tidak sehat

Makanan tidak sehat, seperti makanan manis, dapat meningkatkan kadar gula darah

Melatonin, hormon yang membantu tubuh merasa rileks, akan menurun dan menyebabkan kesulitan tidur

Langsung tidur usai makan malam dapat menyebabkan meningkatnya risiko asam lambung.

https://movieon28.com/movies/the-second-mother-2/


Tak Perlu Obat Warung, Ini Cara Sederhana Atasi Batuk-Pilek Anak


Di masa pandemi saat ini, anak-anak yang mengalami batuk dan pilek kerap membuat para orang tua menjadi khawatir, apalagi jika diikuti dengan demam.

Para orang tua pun akan berusaha untuk mengatasi batuk dan pilek tersebut dengan memberikan obat-obatan yang banyak dijual bebas. Padahal, menurut Dr Richard Woolfson, PhD, PGCE, MAppSci, CPsychol, FBPsS, pemberian obat-obatan tersebut tidak akan membantu banyak.


Selain itu, obat-obatan yang dijual bebas juga tidak direkomendasikan untuk anak-anak. Meski anak yang lebih besar boleh menggunakan obat batuk dan pilek yang dijual bebas, pada anak yang berusia di bawah 2 tahun, obat tersebut ternyata tidak aman untuk dikonsumsi.


Dr Woolfson menyebutkan, common cold atau batuk dan pilek terjadi karena anak mengalami infeksi virus ringan pada saluran udara bagian atas yang bisa menyebabkan hidung menjadi tersumbat dan meler, sakit tenggorokan ringan, serta batuk.


Batuk sendiri muncul sebagai bentuk reaksi dari pertahanan tubuh saat sistem pernapasan mengalami gangguan. Dijelaskan dalam studi yang diterbitkan di Journal of Vocational Health Studies Unair, batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang ada.


"Ada ratusan virus penyebab batuk pilek yang berbeda dan semua anak sering menderita batuk pilek setiap tahun saat mereka membangun sistem kekebalan mereka," ujar Dr Woolfson, dikutip dari HaiBunda.

https://movieon28.com/movies/the-second-mother/

Komentar

Postingan Populer