Urusan Stunting Belum Selesai, Jangan Di-ghosting!

 Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) oleh Kementerian Kesehatan tahun 2018, prevalensi stunting di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 30,8 persen. Artinya, 3 dari 10 anak di Indonesia mengalami gagal tumbuh atau stunting.

Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan tumbuh kembang yang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya terkait gizi.


Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) dr Hasto Wardoyo, SpOG, mengatakan angka stunting diprediksi akan naik di tahun 2020 akibat pandemi COVID-19. Banyak anak yang kurang mendapatkan intervensi karena sulitnya akses ke layanan kesehatan.


"Banyak ahli khawatir pandemi Corona aman meningkatkan risiko stunting. Di masa pandemi, banyak anak sakit berulang yang tidak bisa ke RS sehingga angka kesakitannya lebih panjang," katanya saat ditemui di kantor BKKBN, Selasa (9/3/2021).


Stunting menjadi ancaman yang sangat besar di Indonesia. Anak yang lahir stunting akan mengalami gangguan tumbuh kembang yang akan menghambat kehidupannya kelak.


Anak yang stunting, selain memiliki perawakan pendek, mereka juga akan mengalami penurunan kecerdasan sampai gangguan metabolisme yang berlanjut hingga mereka dewasa. Merencanakan kehamilan menjadi salah satu cara untuk menekan risiko stunting pada anak.


Sayangnya, yang terjadi saat ini, menurut dr Hasto, tidak sedikit perempuan di Indonesia yang kaget saat tahu dirinya hamil, sehingga makan tidak diatur dan kebutuhan gizi kurang. Kondisi ini tentunya akan berpengaruh pada janin.


"Kalau ibu anemia, mengandung bayi perempuan, maka cucu beruntungnya juga berisiko. Ini tiga generasi lho," ungkapnya.


Memperbaiki asupan gizi di 1.000 hari pertama kehidupan sangat penting untuk mencegah stunting. Pastikan kebutuhan makanan saat hamil tercukupi dengan baik.


Pencegahan stunting juga berlanjut ke periode menyusui hingga anak berusia 2 tahun. Berikan makanan yang bergizi seimbang dan hindari terlalu banyak memberikan makanan selingan atau snek.

https://tendabiru21.net/movies/knight-and-day/


CDC Bolehkan Warga AS yang Sudah Divaksin Kumpul-kumpul Tanpa Masker


Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS telah mengumumkan bahwa warga Amerika yang sudah mendapatkan vaksinasi penuh dapat kembali beraktivitas seperti keadaan normal.

Dikutip dari laman BBC, menurut pedoman baru CDC menyebut, mereka yang sudah menerima suntikan dosis vaksin boleh mengunjungi orang yang telah divaksinasi juga dan beberapa orang yang tidak divaksinasi.


Menurut pedoman tersebut, mereka yang sudah divaksin dianggap terlindungi dua minggu setelah mereka mendapatkan dosis terakhir dari vaksin mereka.


Data yang dihimpun dari BBC menunjukkan, saat ini, lebih dari 30 juta warga Amerika telah divaksinasi penuh.


Pejabat kesehatan setempat mengumumkan pedoman keselamatan baru pada pengarahan gugus tugas virus Corona Gedung Putih hari Senin (8/3/2021).


Pedoman CDC itu mengatakan, warga Amerika Serikat yang divaksinasi penuh dapat:


- Bertemu di dalam ruangan dengan orang lain yang divaksinasi lengkap tanpa masker atau jarak sosial


- Bertemu di dalam ruangan dengan orang yang tidak divaksinasi dari satu keluarga, jika mereka berisiko rendah terkena penyakit parah akibat virus


- Melewati pengujian atau karantina saat terpapar COVID-19, kecuali ada gejala yang muncul


"Kami mulai menggambarkan seperti apa dunia ini saat kami bergerak melampaui COVID-19," jelas penasihat senior Andy Slavitt.


"Karena semakin banyak orang mendapatkan vaksinasi, daftar aktivitas akan terus bertambah," tambahnya.


Mereka yang divaksinasi tetap diwajibkan untuk mengikuti langkah-langkah keamanan dasar lainnya, seperti memakai masker dan menjaga jarak di depan umum serta menghindari kerumunan dan perjalanan.


Pedoman tersebut juga menyerukan untuk menutupi dan menjauhkan dari mereka yang tidak divaksinasi dan yang mungkin berisiko tinggi mengalami komplikasi serius terkait COVID-19.

https://tendabiru21.net/movies/the-malibu-bikini-shop/

Komentar

Postingan Populer