Mengapa Bentuk dan Ukuran Payudara Berubah?
Tahapan perubahan payudara terjadi mengikuti fase kehidupan seorang perempuan. Fase ini dimulai sejak perempuan lahir, pubertas, hingga menopause.
Dikutip dari healthline payudara akan terasa sakit saat tumbuh. Payudara tumbuh sebagai respons terhadap hormon estrogen dan progesteron.
Hormon tersebut mengakibatkan perubahan banyaknya cairan pada payudara. Hal itulah yang memungkinkan rasa sakit muncul.
Perubahan ini bergantung pada rangsangan yang diberikan oleh kedua hormon tersebut. Kadar hormon tersebut akan terus menerus berubah sesuai dengan tahapan hidup perempuan.
Kadar hormon estrogen dan progesteron pada tiap siklus tersebut berbeda kadarnya. Sehingga, bentuk dan ukuran payudara perempuan juga berubah.
Tahapan perkembangan payudara adalah sebagai berikut:
Tahap kelahiran: terjadi saat perempuan masih janin. Saat lahir perempuan sudah memiliki puting dan saluran susu.
Tahap pubertas: dimulai sejak usia delapan hingga tiga belas tahun. Perkembangan ini berkat ovarium menghasilkan estrogen yang menyebabkan jaringan payudara bertambah. Setelah mengalami siklus mentruasi, saluran susu akan terbentuk kelenjar yang disebut sekretori.
Tahap menopause: sekitar usia lima puluh. Estrogen yang dihasilkan tubuh tidak sebanyak sebelumnya. Hal itu, memengaruhi bentuk dan ukuran payudara.
Perubahan bentuk dan ukuran payudara adalah proses yang alami dan perubahan itu adalah respons tubuh. Penting untuk perempuan mengenal tubuhnya sendiri selain untuk meningkatkan percaya diri juga untuk mendeteksi sejak dini jika ada penyakit seperti kanker payudara.
Dikutip dari healthline, perubahan payudara normal tapi jika muncul benjolan yang semakin membesar dan terdapat bintik merah dan menimbulkan nyeri pada payudara, datanglah ke dokter.
https://kamumovie28.com/movies/aphrodite-goddess-of-love/
3 Fakta di Balik Vaksinasi COVID-19 Besar-besaran di India
India tengah jadi sorotan terkait target ambisiusnya untuk memvaksinasi 300 juta warga dalam waktu 7 bulan saja. Jurnal ilmiah The Lancet menyebutnya kampanye vaksinasi COVID-19 terbesar di dunia.
Hingga 8 Februari, tercatat lebih dari 6 juta orang di negara ini telah divaksin. Mantan Direktur WHO Regional Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama, menyebut cakupan ini cukup tinggi.
"Vaksinasi (di India) sudah dimulai 16 Januari 2021 (3 hari sesudah Indonesia memulai), dan sampai 28 Februari hari ini sudah divaksinasi 14,3 juta orang, jadi tinggi sekali cakupannya," sebut Prof Tjandra, dalam keterangannya untuk wartawan, Minggu (28/2/2021).
Hingga Agustus 2021, India menargetkan vaksinasi COVID-19 kepada 300 juta warganya. Angka ini mencakup 30 juta tenaga kesehatan dan pelayan publik di garda depan, serta 270 juta lansia dan penduduk dengan penyakit komorbid.
Ada dua jenis vaksin yang digunakan yakni Covishield (Serum Institute of India Ltd) dan Covaxin (Bharat Biotech International Ltd).
Menurut Prof Tjandra, ada 3 strategi yang diterapkan India untuk meningkatkan cakupan vaksinasi.
1. Melibatkan swasta
Menurut Prof Tjandra, India mulai 1 Maret akan mulai melibatkan fasilitas pelayanan kesehatan swasta. Langkah ini akan mempermudah warga mendapat vaksinasi di dekat tempat tinggal, tanpa harus antre maupun mendaftar dengan prosedur birokrasi lainnya.
"Tinggal langsung datang saja dengan membawa kartu identitas," kata Prof Tjandra yang berkantor di India pada 2015 hingga 2020.
2. Murah
Vaksinasi di fasilitas pemerintah tidak dikenakan biaya. Sedangkan di fasilitas swasta, Prof Tjandra menyebut biaya yang dibayarkan hanya 250 rupee atau sekitar Rp 50 ribu dan tanpa tambahan biaya apapun.
3. Prioritas nakes dan lansia
Para petugas kesehatan dan petugas publik di lini terdepan yang belum sempat divaksin pada Januari-Februari 2021 masih akan menjadi prioritas. Demikian juga dengan para lansia di atas 60 tahun, serta kelompok usia 45-59 tahun yang memiliki penyakit komorbid.
Komentar
Posting Komentar