Habis Vaksin Tak Langsung Kebal, Ini yang Harus Dilakukan
Setelah seseorang divaksin COVID-19, tidak serta merta orang tersebut akan kebal terhadap virus Corona. Menurut ahli, kemungkinan positif terinfeksi virus setelah divaksinasi COVID-19 masih tetap ada.
Seorang pakar penyakit menular dan kepala epidemiologi rumah sakit di University of Florida Health mengatakan rata-rata orang membutuhkan 10 hingga 14 hari untuk membangun sejumlah antibodi pelindung.
Lantaran vaksin COVID-19 dilakukan sebanyak dua kali, maka masih dibutuhkan lebih kurang 28 hari pascavaksinasi pertama bagi tubuh untuk meningkatkan jumlah sel imun tubuh agar terbentuk antibodi terhadap virus COVID-19.
Setelah melakukan vaksinasi ke tenaga kesehatan, saat ini pemerintah tengah melakukan percepatan vaksin untuk pegawai pelayanan publik dan lansia. Beberapa komunitas seperti komunitas seniman hingga wartawan pun turut serta dalam percepatan vaksinasi ini.
Namun tahapan vaksinasi hingga sampai pada taraf kekebalan kelompok atau herd immunity tentu masih memerlukan proses yang panjang. Oleh karena itu, bagi masyarakat yang belum divaksin diharapkan untuk terus menjaga kesehatan dan kekebalan tubuh dari paparan virus Corona.
Langkah yang dapat dilakukan saat ini agar tetap produktif yaitu dengan mematuhi protokol kesehatan, konsumsi makanan bernutrisi dan olah raga secara teratur. Selain itu, kekebalan tubuh juga dapat dibentuk dengan konsumsi vitamin, seperti vitamin D3, vitamin C, hingga vitamin E.
Beberapa penelitian menunjukkan penduduk Indonesia masih mengalami defisiensi vitamin D3 atau kekurangan vitamin D3. Masyarakat yang defisiensi D3 memiliki tingkat keparahan lebih tinggi saat terpapar dengan virus COVID-19.
Baca juga: Kalbe Farma Jual Tes Corona Saliva Rp 400.000
Oleh karena itu, agar tubuh tahan terhadap virus, maka meningkatkan kadar vitamin D3 dalam tubuh penting dilakukan mulai saat ini.
Vitamin D banyak terdapat pada makanan seperti ikan, udang, jamur, kuning telur, dan lain sebagainya. Namun, kini ada juga cara yang lebih praktis untuk memenuhi kebutuhan vitamin D melalui konsumsi Prove D3-1000.
Prove D3-1000 bisa digunakan untuk meningkatkan kadar 25(OH)D dalam darah pada pasien dengan kekurangan vitamin D. Banyak penyakit yang dipengaruhi atau disertai oleh defisiensi vitamin D, sehingga Prove D3-1000 dapat diberikan pada berbagai kasus penyakit yang disertai dengan defisiensi vitamin D.
Saat ini Prove D3 telah hadir dengan sediaan drops 400 IU per tetes dan tablet 1000 IU. Kamu bisa mengonsumsi Prove D3-1000 1 tablet sehari setelah makan untuk memenuhi kebutuhan vitamin D dalam tubuh.
https://tendabiru21.net/movies/princess/
5 Fakta GeNose yang Mulai Digunakan Sebagai Syarat Perjalanan Pesawat
- Mulai April, pemerintah mulai menetapkan tes GeNose C19 digunakan sebagai syarat perjalanan mode transportasi pesawat. Hal ini tertuang dalam Surat Edaran (SE) Satgas Nomor 12 tahun 2021 dan menggantikan SE Nomor 7 tahun 2021.
Syarat perjalanan baru tersebut diumumkan juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito pada Minggu (28/3/2021) kemarin. Berikut sederet fakta soal alat skrining GeNose yang mulai digunakan untuk penerbangan.
1. Menggunakan teknologi AI
Alat skrining GeNose ini menggunakan teknologi berbasis artificial intelligence (AI) yang dikembangkan di Universitas Gadjah Mada (UGM). Teknologi AI tersebut digunakan untuk mendeteksi adanya partikel atau Volatile Organic Compound (VOC) yang dikeluarkan orang yang terinfeksi COVID-19.
Dalam pengembangannya, para ahli mengatakan jenis tes skrining Corona ini memiliki sensitivitas sebesar 92 persen.
2. Hanya sebagai alat skrining
Alat deteksi COVID-19 ini juga telah mendapatkan izin dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Meski begitu, alat ini hanya digunakan untuk sebagai alat skrining bukan untuk mendiagnosis seseorang yang terinfeksi virus Corona.
"Jadi yang dideteksi di sini bukan virusnya, bukan virus Corona COVID-19. Tapi, yang dideteksi adalah partikel atau senyawa yang memang secara spesifik akan berbeda jika terjadi atau dikeluarkan oleh orang yang mengidap COVID-19," jelas Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro.
Komentar
Posting Komentar