Terpopuler Sepekan: Heboh Penularan COVID-19 dari Handuk-Sprei di Hotel
Kasus virus Corona di salah satu hotel mewah Singapura sempat ramai diperbincangkan karena penularan diduga terjadi lewat handuk dan sprei. Dugaan ini muncul karena dari 13 kasus yang telah dikonfirmasi, peneliti tidak melihat sumber yang sama.
"Jika mereka (13 kasus Corona) tersebut tidak bertemu satu sama lain selama mereka menginap, maka bisa jadi staf hotel atau barang-barang yang ada di hotel yang memicu penularan," kata Hsu Li Yang dari Saw Swee Hock School of Public Health.
Menurut dr Erlang Samoedro, SpP(K), dari Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) kemungkinan tertular COVID-19 dari handuk hingga sprei memang bisa terjadi. Hanya saja hal tersebut bukan jalur penularan yang umum atau kecil kemungkinannya.
Ada beberapa faktor yang bisa berperan dalam penularan mulai dari kondisi suhu ruangan, kelembapan udara, tingkat paparan sinar ultraviolet, hingga jenis bahan tempat virus menempel.
"Kalau di pakaian bisa satu hari virus bertahan," kata dr Erlang beberapa waktu lalu.
dr Erlang berpesan bagi mereka yang ingin menginap di hotel untuk selalu memastikan ruangan tidak terlalu lembap. Begitu juga dengan kebersihan barang-barang di hotel termasuk sprei.
"Yang penting sprei dan semua linen baru dicuci kemudian pastikan udara bisa keluar atau ada udara masuk," pungkasnya.
https://movieon28.com/movies/year-of-the-jellyfish/
Strategi Ekstrem Inggris, Tunda Pemberian Dosis Kedua Vaksin COVID-19
Inggris jadi salah satu negara yang sudah mulai menjalankan program vaksinasi COVID-19 massal. Vaksin COVID-19 buatan Pfizer-BioNTech yang digunakan disebut memiliki nilai efikasi sampai 95 persen bila diberikan dalam dua dosis berjarak 21 hari.
Terkait hal tersebut, The Medicines and Healthcare products Regulatory Agency (MHRA) yang mengatur pengawasan obat dan alat medis di Inggris mengumumkan rencana penundaan pemberian dosis kedua vaksin COVID-19. Ini dilakukan agar stok vaksin yang tersedia bisa dimanfaatkan untuk menjangkau lebih banyak populasi.
MHRA menyebut orang-orang yang sudah menerima dosis pertama vaksin COVID-19 bisa menunggu lebih lama sampai sekitar 12 minggu dari jadwal.
Strategi baru tersebut menuai reaksi dan dikecam oleh beberapa asosiasi kedokteran di Inggris. The Doctors' Association UK mengingatkan soal kemungkinan efek terhadap efikasi vaksin bila ditunda, sementara The British Medical Association menyebut langkah penundaan "tidak adil" bagi mereka yang sudah mendaftar dan mendapat suntikan.
Beberapa ahli menyebut ini sebagai hal tak biasa karena artinya secara sengaja melanggar prosedur yang sudah diteliti lewat proses uji klinis.
Pfizer sendiri sebagai pihak yang memproduksi vaksin mengaku tidak memiliki data apakah satu dosis vaksin saja sudah cukup bisa melindungi setelah 21 hari.
"Studi uji klinis tingkat tiga Pfizer-BioNTech didesain untuk mengevaluasi keamanan dan efikasi vaksin yang mengikuti jadwal pemberian dua dosis suntikan berjarak 21 hari," tulis Pfizer dalam pernyataan yang dikutip dari CNN, Sabtu (2/1/2021).
"Tidak ada data yang bisa menunjukkan efek perlindungan yang dihasilkan dari suntikan pertama dapat bertahan setelah 21 hari," lanjutnya.
Komentar
Posting Komentar