Berhasil Tekan Penularan COVID-19, Ini Cara Singapura 'Taklukkan' Corona
Dubes RI untuk Singapura, Suryo Pratomo, menjelaskan betapa ketatnya penegakan protokol kesehatan di negara yang memiliki julukan Kota Singa itu. Saat ini, Singapura menjadi salah satu negara di Asia yang berhasil menekan kasus penularan virus Corona COVID-19.
Dijelaskan Suryo, Singapura memanfaatkan para relawan dari masyarakat umum untuk mengawasi pelanggaran-pelanggaran protokol kesehatan di negaranya. Apabila terjadi pelanggaran, mereka akan menegur dan melaporkannya ke kepolisian setempat.
Sejumlah aturan protokol kesehatan di Singapura di antaranya wajib menggunakan masker, menjaga jarak, dan aktivitas berkumpul dibatasi maksimal 8 orang. Apabila melanggar, mereka akan dikenai denda sebanyak SGD 300 atau sekitar Rp 3 juta.
"Lebih dari 8 orang, maka mereka akan ditegur. Kalau ditegur mereka tidak mau memenuhi, maka kemudian dia (relawan) foto, foto itu langsung polisi datang dan orang itu didenda 300 dolar Singapura," kata Suryo melalui kanal YouTube BNPB, Selasa (5/1/2021).
Tak hanya itu, denda ini bersifat progresif, artinya, semakin sering melakukan pelanggaran protokol kesehatan, maka dendanya akan terus bertambah sebanyak dua kali lipat dari jumlah yang harus dibayar sebelumnya.
"Kalau orang itu kedua kali melakukan pelanggaran yang sama, maka dendanya dinaikkan dua kali lipat jadi 600 dolar, kalau ketiga kali melanggar juga, maka dinaikkan lagi menjadi 1.200," jelasnya.
Menurut Suryo, tegasnya penegakan hukum di Singapura membuat warganya menjadi patuh dan enggan untuk melanggar protokol kesehatan. "Jadi sekali lagi itulah mengapa Singapura berhasil menurunkan kurva penularan (COVID-19)," ujarnya.
Diketahui, hingga Selasa (5/1/2021) sore, total kasus COVID-19 di Singapura sudah mencapai 58.721 kasus. Sementara total pasien sembuh sebanyak 58.497 orang dan 29 lainnya meninggal dunia.
https://maymovie98.com/movies/young-gods/
Gojek Merapat ke Tokped, Bagaimana Nasib Merger dengan Grab?
- Gojek dikabarkan sedang dalam pembicaraan terkait kemungkinan melakukan merger dengan Tokopedia. Kabar ini cukup mengejutkan lantaran sebelumnya yang santer adalah Gojek akan merger dengan pesaingnya di bisnis ride sharing, yakni Grab.
Dalam laporan Bloomberg, diskusi di antara keduanya kemudian dipercepat setelah pembicaraan kesepakatan antara Gojek dan rivalnya Grab Holdings Inc. menemui jalan buntu.
Kabarnya, CEO Grab Anthony Tan terus menolak tekanan dari Masayoshi Son dari SoftBank Group Corp. untuk menyerahkan sebagian kendali dalam entitas gabungan dengan Gojek.
Diskusi di antara Grab dan Gojek tersendat setelah bertahun-tahun bergulat dengan persaingan sengit dalam layanan transportasi online, pengiriman makanan, dan teknologi keuangan. Desember lalu, keduanya disebut telah membuat kemajuan substansial dalam kesepakatan, namun berselisih tentang bagaimana mengelola Indonesia, pasar utama mereka di kawasan Asia Tenggara.
Belum lagi mungkin ada halangan dari regulator. Beberapa waktu silam, Komisioner sekaligus juru bicara KPPU Guntur Saragih menilai apabila merger Gojek dan Grab terjadi, kemungkinan menciptakan perusahaan dengan pangsa pasar yang besar. Pasalnya, saat ini saja kedua perusahaan menjadi pemimpin pasar transportasi online.
Pihaknya belum bisa melakukan penilaian lebih lanjut apakah ada indikasi atau praktik monopoli dalam upaya merger ini karena baru bisa meneliti hal itu bila ada laporan masuk.
"Terkait hal ini, kalau nanti merger Grab Gojek memang iya kalau dilihat market share keduanya ini pemimpin pasar dan besar. Lalu pelaku usahanya pun tidak banyak," ujar Guntur dalam konferensi pers virtual, Selasa (8/12) silam.
"Namun demikian kami tidak bisa berkomentar lebih lanjut karena kami rezimnya pos notifikasi, setelah ada pelaporan," katanya.
Nah, Softbank sendiri adalah salah satu investor Tokopedia selain juga di Gojek, Grab, dan beberapa startup besar lain. Pada Juli 2019 misalnya, Softbank berkomitmen menggelontorkan investasi pada Tokopedia senilai USD 2 miliar.
Lantaran Gojek dan Tokpedia berkiprah di bisnis yang berbeda, mungkin jalan untuk merger akan lebih mulus dibandingkan jika Gojek merger dengan Grab. Kita nantikan saja bagaimana perkembangannya.
Komentar
Posting Komentar