Eka Hospital dan Mola TV Manjakan Pasien Rawat Inap

 Berkembangnya teknologi digital di Indonesia secara pesat, membuat gaya hidup masyarakat tidak terlepas dari berbagai perangkat elektronik. Saat ini teknologi digital telah menjadi alat yang mampu memenuhi banyak kebutuhan sebagai salah satu hiburan.

Merespons hal tersebut, Eka Hospital Group terus berinovasi melalui pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan kualitas layanan. Berkolaborasi dengan Mola TV yang merupakan sebuah platform hiburan yang menyajikan berbagai konten eksklusif dan menarik melalui kanal Mola Movies, Mola Living, Mola Sports dan Mola Kids, Eka Hospital menghadirkan pengalaman rawat inap dengan suasana homey sehingga pengalaman dirawat di Rumah Sakit tidak lagi terkesan membosankan namun nyaman dan menyenangkan dengan layanan dari Mola TV.


Layanan Mola TV dapat diakses dan dinikmati oleh semua pasien rawat inap tanpa terkecuali, di seluruh jaringan Eka Hospital di BSD, Pekanbaru, Cibubur dan Bekasi.


"Dalam masa perawatan di Eka Hospital, kami ingin setiap pasien tetap mendapatkan hiburan yang menyenangkan untuk membantu mempercepat proses pemulihan, serta dapat menghibur penunggu pasien yang harus selalu siap dan terjaga selalu. Kami sangat senang ketika visi ini disambut baik oleh Mola TV dengan membantu memberikan voucher gratis bagi pasien dan pendamping pasien selama di Eka Hospital." Kata Head Marketing Corporate & Public Relations Eka Hospital Erwin Suyanto dalam keterangan tertulis, Senin (28/12/2020).


Menghadirkan tayangan hiburan yang berkualitas dalam satu layanan, voucher yang diberikan Mola TV bagi setiap pasien dan pendampingnya akan dapat diaktivasi selama 30 hari. Erwin berharap dengan adanya kerja sama yang baik antara Eka Hospital Group dan Mola TV, menjadi bentuk dukungan yang dapat dirasakan oleh pasien dan keluarga pasien.

https://cinemamovie28.com/movies/turkish-delight/


RI Sampai Tutup Pintu untuk WNA, 'Seganas' Apakah Mutasi Terbaru COVID-19?


Varian baru Corona yang ditemukan di Inggris sudah merebak ke sejumlah wilayah termasuk beberapa negara Asia. Indonesia ikut mengantisipasi dengan mengeluarkan pembatasan WNA yang datang dari luar negeri.

"Saat ini telah muncul pemberitaan baru mengenai strain baru virus COVID-19 yang menurut berbagai data ilmiah memiliki tingkat penyebaran yang lebih cepat. Menyikapi hal tersebut, rapat kabinet terbatas tanggal 28 Desember 2020 memutuskan untuk menutup sementara, saya ulangi, untuk menutup sementara dari tanggal 1 sampai 14 Januari 2021 masuknya warga negara asing atau WNA dari semua negara ke Indonesia," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam konferensi pers, Senin (28/12/2020).


Saat pertama kali mengumumkan varian baru Corona, otoritas kesehatan Inggris menjelaskan jenis Corona ini 70 persen lebih menular. Varian baru Corona ini pertama kali muncul pada bulan September dan November pada 28 persen kasus COVID-19 di London.


Pada minggu 9 Desember, lebih dari 62 persen kasus COVID-19 London berasal dari varian baru ini.


"Jadi, yang diberitahukan di sini adalah bahwa varian baru ini tidak hanya bergerak cepat, namun dapat meningkatkan kemampuannya dalam menularkan, tetapi juga menjadi varian yang dominan. Ini mengalahkan mutasi yang lain dalam hal penularan," kata kepala penasihat ilmiah Inggris, Sir Patrick Vallance.


Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) mengakui, berdasarkan data, varian baru Corona di Inggris lebih cepat menular, tetapi belum ada bukti berbahaya atau memperparah infeksi Corona.


"Varian baru Corona yang sekarang ini ternyata memang dilihat dari data penyebarannya memang lebih cepat, dan salah satu yang dipengaruhi oleh virus dan varian ini adalah dia menyerang receptor binding domain (RBD)," paparnya dalam konferensi pers Kamis (24/12/2020).


Namun, ia menyebut hal ini bisa jadi mengganggu hasil akurasi tes PCR. Mengapa begitu?


"Dampak adanya varian ini adalah mesin pemeriksaan PCR, jadi mesin PCR itu salah satunya dia mendeteksi gen S, kalau mesin PCR-nya, diagnostiknya, menargetkan gen S, maka ada kemungkinan gangguan akurasi dengan adanya varian ini," pungkasnya.


Hal senada juga disampaikan Ketua Pokja Genetik FK-KMK (Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan) UGM dr Gunadi. Meski diduga menular tujuh puluh persen, tidak ada bukti lebih ganas atau lebih berbahaya.


"Mutasi ini diduga meningkatkan transmisi antar manusia sampai dengan 70 persen. Namun, mutasi ini belum terbukti lebih berbahaya/ganas. Demikian juga, mutasi ini belum terbukti mempengaruhi efektivitas vaksin Corona yang ada," ucapnya.

https://cinemamovie28.com/movies/the-ages-of-lulu/

Komentar

Postingan Populer