Dirangkum detikcom, berikut rekam jejak pandemi Corona di tangan Terawan.
Tepis prediksi virus Corona sudah masuk ke Indonesia
Bulan Februari 2020, Terawan menepis riset dari Universitas Harvard yang memprediksi seharusnya virus Corona sudah masuk ke Indonesia. Ia menegaskan pemerintah tidak menutup informasi mengenai ada atau tidaknya virus tersebut di Indonesia.
"Ya Harvard suruh ke sini lah. Saya buka pintunya untuk melihat. Jadi kami tidak ada yang ditutupi," kata Terawan di Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (11/2/2020).
Sebulan berselang, pada 2 Maret 2020 kasus pertama di Indonesia diumumkan. Sejak saat itu, penambahan jumlah kasus COVID-19 di Indonesia makin pesat.
Hadapi kelangkaan alat pelindung diri
Bulan-bulan pertama virus Corona mewabah di Indonesia, sejumlah alat pelindung diri (APD), seperti masker dan hand sanitizer mengalami kelangkaan di pasaran. Harganya sempat tidak terkendali, sehingga sulit ditemukan di pasaran.
Tak hanya itu, sebagian besar rumah sakit saat itu juga sulit mendapatkan APD. Padahal APD merupakan senjata perang bagi para tenaga kesehatan dalam menghadapi COVID-19.
"Kita juga punya hak selain kewajiban peran melayani pasien, juga punya hak mendapatkan perlindungan, itu juga harus dipenuhi," ucap Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Harif Fadhillah, Senin (23/3/2020).
Seiring berjalannya waktu, kebutuhan APD dapat dipenuhi oleh pemerintah, baik untuk umum maupun tenaga kesehatan.
Upaya mengendalikan laju penyebaran COVID-19 menghadapi banyak tantangan semasa Terawan menjadi menteri kesehatan. Klik halaman selanjutnya.
https://tendabiru21.net/movies/an-american-werewolf-in-london/
Jatuh-bangun mencegah penyebaran COVID-19
Sejumlah pakar kesehatan dan epidemiolog tak henti-hentinya memberikan masukan dan kritik atas penanganan pandemi Corona di Indonesia. Dari keterbukaan data pasien untuk melakukan pelacakan kontak hingga penyiapan berbagai fasilitas.
Para pakar selalu mengingatkan bahwa 3T, yakni testing, tracing, dan treatment jadi langkah utama penanganan COVID-19 di Indonesia. Namun, hingga kini Indonesia tak kunjung memenuhi standar testing dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
WHO menganjurkan agar testing dilakukan pada 1.000 per satu juta penduduk dalam sepekan. Dengan asumsi jumlah penduduk di Indonesia mencapai lebih dari 267 juta jiwa, maka testing yang perlu dilakukan adalah 267.000 per minggu.
Sementara dari sisi penelusuran kontak, Indonesia juga belum bisa menyesuaikan standar WHO. Idealnya, dalam satu penemuan kasus positif, penelusuran kontak dilakukan kepada 20-30 orang kontak erat.
Masalah lainnya adalah masih kurangnya petugas untuk melakukan penelusuran kontak erat pasien Corona.
Berbagai faktor itu bisa berdampak pada penanganan COVID-19 di Indonesia. Pasalnya, jika pasien Corona lambat ditemukan karena penularan kontak yang minim, itu bisa membuat gejala pasien semakin berat dan harus dirawat di rumah sakit.
Hasilnya, lonjakan kasus COVID-19 tidak sebanding dengan kapasitas rumah sakit maupun tenaga kesehatan yang ada. Jika tidak dikendalikan, maka dikhawatirkan layanan kesehatan akan kolaps.
"Tidak apa-apa jumlah kasus kita itu banyak, tetapi jangan sampai terlambat dideteksi," ucap Kabid Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Dr Masdalina Pane, MSi, dalam siaran pers BNPB di kanal YouTube Selasa (8/12/2020).
Ratusan dokter di Indonesia meninggal di garda depan penanganan COVID-19
Sejak awal COVID-19 mewabah di Indonesia, satu per satu tenaga kesehatan mulai berguguran setelah terinfeksi virus Corona. Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) telah mencatat hingga 15 Desember sudah ada 202 kasus kematian dokter terkait paparan COVID-19.
Selain para dokter, sebanyak 142 perawat di Indonesia juga dilaporkan meninggal dunia dalam tugasnya menangani COVID-19. Menurut Ketua Tim Mitigasi PB IDI, dr Adib Khumaidi, SpOT, kenaikan jumlah kematian ini merupakan salah satu dampak dari masih tingginya penularan virus Corona di Indonesia.
Sudah lebih 700 ribu kasus COVID-19 di Indonesia
Selama 10 bulan virus Corona mewabah di Indonesia, kasus COVID-19 di Tanah Air sudah mencapai 719.219 kasus per 28 Desember 2020.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 589.978 pasien telah dinyatakan sembuh. Namun, 21.237 lainnya dilaporkan meninggal dunia.
Komentar
Posting Komentar