Terpopuler Sepekan: Alasan 17 Relawan Uji Vaksin COVID-19 di Bandung 'Drop Out'

 Pelaksanaan uji klinis vaksin COVID-19 dari Sinovac di Indonesia masih terus berlangsung. Uji klinis yang melibatkan 1.620 relawan Indonesia ini menurut peneliti berjalan dengan baik dan akan diprediksi selesai sekitar bulan Maret 2021 mendatang.

"Proses uji klinis selama ini sementara waktu itu cukup baik. Kami sudah melakukan 1.620 yang disuntikkan pertama kemudian 1.650 suntikkan ke dua. Sampai sekarang nggak ada yang mengkhawatirkan," jelas Ketua Tim Uji Klinis Vaksin COVID-19 Kusnandi Rusmil dalam konferensi pers yang disiarkan Kemkominfo pada Selasa (3/11/2020).


Selain itu, Kusnandi mengatakan ada 17 relawan yang berhenti atau di drop out dari penelitian vaksin COVID-19. Namun, ia memastikan relawan vaksin berhenti bukan karena efek samping serius dari vaksin.


"Memang karena mereka pindah bekerja, ada penyakit lain. Umpamanya tipes sehingga dia tidak bisa melakukan imunisasi kedua sehingga dia drop out," tambah Kusnandi.


"Sekarang ini yang drop out ada 17 orang. Tujuh karena pindah kerja, yang delapannya karena sakit yang bukan disebabkan oleh imunisasi," pungkasnya.

https://kamumovie28.com/movies/good-girl/


WHO Jadikan Indonesia Contoh soal COVID-19, Ahli: Masih Banyak Catatan


Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut tiga negara yang perlu menjadi contoh terkait penanganan COVID-19. Thailand, Afrika Selatan, dan Indonesia dinilai bisa menjadi pembelajaran negara-negara lain dalam menekan kasus COVID-19.

"Dengan melakukan review secara real time dan berbagi pelajaran kepada dunia, ketiga negara tersebut (Thailand, Afrika Selatan, Indonesia), telah mencerminkan cetak biru bagaimana negara dapat menekan COVID-19 dan memutus rantai penularan," jelas Tedros.


"Saya mendorong semua negara untuk belajar dari Thailand, Afrika Selatan dan Indonesia untuk bekerja menekan virus ini hari ini. Kita bisa menyelamatkan nyawa dan mengakhiri pandemi ini bersama-sama," kata Tedros.


Meski begitu, Kepala Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono menyebut kalau Indonesia masih memiliki banyak catatan terkait penanganan pandemi. Salah satu yang perlu ditingkatkan adalah masalah terkait testing.


"Jumlah tesnya masih terbatas, isolasinya ada yang bagus ada yang nggak, kemudian karantina-nya tidak dilakukan," ujar Dr Miko menekankan masih banyak catatan penanganan wabah COVID-19 di Indonesia.


"Kemudian pelayanan kesehatannya masih terbatas, maka kemungkinan case fatality rate (CFR) masih tinggi di Indonesia karena keterbatasan ventilator, dan rumah sakit," jelas Dr Miko saat dihubungi detikcom Sabtu (7/11/2020).


Keterbatasan RS disebut Dr Miko salah satunya terjadi di wilayah Depok. Menurutnya, di tengah kasus COVID-19 yang masih tinggi tentu keterbatasan ini bisa menyebabkan kewalahan menangani kasus.


"Kaya Depok, RS-nya sangat terbatas," lanjut Dr Miko.


Menanggapi respons WHO yang menilai Indonesia perlu menjadi contoh negara lain, menurut Dr Miko dengan mengacu data yang ada memang bisa disebut demikian. Namun, jika testing lebih masif dilaksanakan, kasus COVID-19 di Indonesia serupa dengan Amerika Serikat dan India.


"Jadi menurut saya ada kelemahannya, namun by data, jumlah kasusnya tidak lebih banyak dari India dari Amerika Serikat, penduduk kita banyak, by data," ungkapnya.


"Padahal kalau tesnya banyak ya kita juga akan banyak. Iya masih banyak catatan,"pungkasnya.

https://kamumovie28.com/movies/friend-dad/

Komentar

Postingan Populer