Indonesia Resesi Ekonomi, Sektor Kesehatan Justru Naik?
Indonesia resesi ekonomi setelah kali pertama terjadi pada 1998. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar minus 3,49 persen pada kuartal tiga 2020, setelah sebelumnya minus 5.32 persen.
Di tengah kondisi Indonesia resesi ekonomi, sektor kesehatan justru mencatat kenaikan. Namun menurut ahli ekonomi Bhima Yudhistira Adhinegara, kenaikan tak menggambarkan kondisi ekonomi yang mulai pulih.
"Industri jasa kesehatan naik lebih dari 10 persen pada kuartal tiga 2020. Kondisi ini bukan indikasi baik. Belanja kesehatan artinya masyarakat belum percaya diri untuk beraktivitas," ujar ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) dikutip dari CNN Indonesia.
Menurut Bhima, untuk saat ini masyarakat memang masih fokus pada sektor kesehatan dan menahan diri melakukan aktivitas ekonomi, misalnya belanja. Akibatnya roda perekonomian belum bisa bergerak dan berisiko mandek saat Indonesia resesi ekonomi.
Kondisi serupa Indonesia resesi ekonomi sebetulnya terjadi juga di negara lain. Misal Amerika Serikat yang mengalami resesi besar pada 2007-2009. Resesi diakibatkan kredit macet hingga terjadi krisis perbankan, bukan pandemi penyakit.
Dikutip dari situs Advanced Billing & Consulting Services (ABCS), industri kesehatan mengalami dampak resesi ekonomi. Permintaan pada layanan yang tidak bersifat gawat atau bisa dipilih (elective care) menurun, yang berdampak pada penerimaan fasilitas kesehatan
Penyedia layanan kesehatan juga mengalami tambahan masalah akibat resesi ekonomi. Kebanyakan pasien tidak mampu membayar biaya kesehatan. Pasien memilih pelayanan yang menjadi prioritas dan harus dilakukan secepatnya. Pelayanan lain yang dirasa bisa ditunda, menempati urutan berikutnya.
Dengan kondisi ini, tenaga dan fasilitas kesehatan mungkin membuat kesepakatan baru. Persetujuan ini bersifat menguntungkan semua pihak dan menstabilkan kondisi keuangan fasilitas kesehatan. Bantuan dari pemerintah tentunya diharapkan untuk membantu operasional fasilitas kesehatan terus berjalan saat resesi ekonomi.
https://cinemamovie28.com/movies/is-that-a-gun-in-your-pocket/
Tampil di Konferensi Pers WHO, Ini yang Disampaikan Menkes Terawan
Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto menjadi salah satu pembicara dalam konferensi virtual organisasi kesehatan dunia WHO. Konferensi pers tersebut juga dihadiri bos WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Dalam paparannya, Menkes Terawan memaparkan kerja sama multisektor dalam penanganan COVID-19. Disebutkan, ada 9 pilar utama dalam pelaksanaan IAR (Intra Action Review) nasional di Indonesia.
"Satu, komando koordinasi, dua, komunikasi risiko dan pemberdayaan komite, ketiga, surveilans atau pengawasan, keempat, pintu masuk internasional, kelima, laboratorium, keenam, pengendalian infeksi, ketujuh, manajemen, kedelapan, dukungan operasional dan logistik, kesembilan, pemeliharaan layanan kesehatan," papar Menkes Terawan, Jumat (6/11/2020).
Sementara itu, Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sambutannya menyarankan seluruh negara untuk belajar dari pengalaman menangani COVID-19 di tiga negara, termasuk Indonesia.
"Saya mendorong semua negara untuk belajar dari Thailand, Afrika Selatan dan Indonesia untuk bekerja menekan virus ini hari ini. Kita bisa menyelamatkan nyawa dan mengakhiri pandemi ini bersama-sama," kata Tedros.
Indonesia hingga Kamis (5/11/2020) mencatatkan jumlah kasus aktif COVID-19 sebanyak 54.306 atau 12,75 persen dari konfirmasi positif. Angka ini lebih rendah dari rerata global yakni 25,8 persen.
Sementara itu, jumlah kasus sembuh di Indonesia tercatat sebanyak 357.142 atau 83,9 persen, lebih tinggi dari rerata global yakni 71,3 persen.
Kasus meninggal dunia di Indonesia berada di angka 14.348 kasus atau 3,4 persen. Catatan angka kematian ini sempat mendapat sorotan karena masih lebih tinggi dari rerata global yakni 2,5 persen.
Komentar
Posting Komentar