Meski Tak Bisa Dibilang Obat, Herbal untuk COVID-19 Tetap Bermanfaat
Indonesia adalah negara yang kaya dengan tumbuhan herbal yang biasa dijadikan sebagai ramuan tradisional di bidang kesehatan. Misalnya seperti kunyit, jahe, temulawak dan sebagainya.
Tapi, apakah ramuan dari bahan-bahan tersebut bisa menjadi obat untuk mengatasi infeksi COVID-19?
Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan bahwa ramuan herbal tradisional ini bukanlah obat untuk mengatasi COVID-19. Ramuan ini hanya berfungsi untuk meningkatkan imunitas tubuh orang yang mengkonsumsinya.
"Jadi ramuan herbal itu pasti ada manfaatnya dan memang sudah menjadi kearifan tradisional, misalnya kunyit dan temulawak sudah biasa kita pakai," jelas Prof Wiku dalam bincang sehat yang disiarkan di YouTube BNPB, Jumat (16/10/2020).
"Mengkonsumsi ramuan herbal itu hanya untuk meningkatkan imunitas tubuh, hanya menjadi suplemen bukan obat," lanjutnya.
Selain itu, Prof Wiku juga mengatakan jika ramuan herbal itu terlalu banyak dikonsumsi juga tidak terlalu sehat. Bahkan efeknya menjadi berbeda di dalam tubuh.
"Kalau mengkonsumsi itu terlalu banyak juga tidak sehat. Dan kalau kita sedang sakit, mengkonsumsi itu efeknya juga tidak akan terlalu tinggi," kata Prof Wiku.
https://kamumovie28.com/simcheong-yasa-1/
Pentingnya Imunisasi bagi Keluarga & Lingkungan Sekitar
Di tengah pandemi COVID-19 saat ini, menjaga sistem kekebalan tubuh menjadi hal penting. Selain menerapkan pola hidup sehat, mencegah penyakit dengan melakukan imunisasi merupakan langkah paling cost effective dengan hasil yang ampuh.
Aktivitas kehidupan zaman modern yang padat serta gaya hidup yang cenderung tidak sehat sedikit banyak mempengaruhi dan menurunkan sistem kekebalan tubuh. Ketika imunitas menurun, tubuh otomatis rentan sakit.
"Upaya tetap sehat, salah satunya melalui imunisasi untuk menjaga kekebalan tubuh," ujar dr. Purnamawati Sujud dari Yayasan Orang Tua Peduli dalam keterangan tertulis, Jumat (16/10/2020).
Hal tersebut ia sampaikan dalam acara Forum Dialog Kabar Kamis bertema 'Mengapa Vaksin Penting? Perlukah untuk Orang Dewasa?' yang digelar di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) kemarin.
Dr. Purnamawati mengimbau agar masyarakat sebaiknya mencegah terinfeksi penyakit dengan imunisasi. Selain cost effective, imunisasi juga disebut mampu memberikan hasil yang ampuh.
"Mencegah itu jauh lebih baik dan lebih murah daripada mengobati," tuturnya.
Terkait hal ini, ia juga menegaskan manfaat imunisasi bukan hanya dirasakan oleh yang menerima, tetapi juga keluarga dan lingkungan sekitarnya. Bahkan, dr. Purnamawati mengatakan imunisasi merupakan bukti cinta dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar, termasuk keluarga.
"Imunisasikan diri anda, keluarga, serta lingkungan. Dan apabila ada pengetahuan maka berbagilah dan mari bekerja bergandengan tangan," pungkasnya.
Biar Tak Dibilang Loyo, Berapa Lama Normalnya Mr P Kuat Berdiri?
Seorang pria bernama HF (48) di Kabupaten Probolinggo melaporkan istrinya PM (46) ke polisi atas tuduhan pencemaran nama baik. Hal ini dilakukan setelah si istri menceritakan pada banyak orang kalau alat kelamin suaminya kecil dan tidak tahan lama di ranjang.
Hal ini tentunya membuat suaminya yang bekerja sebagai salah satu kepala pasar di Kabupaten Probolinggo ini malu dan terpukul, karena aibnya ini disebarluaskan.
Sebenarnya, berapa lama sih penis pria bisa mempertahankan ereksinya saat bercinta?
Dikutip dari Medical Daily, masa ketahanan ereksi setiap pria berbeda-beda. Ereksi ini terjadi saat pria mendapat rangsangan secara seksual, sehingga membuat batang penis mengeras karena aliran darah yang ada di sana.
Berdasarkan sebuah riset, psikolog dari University of Queensland, Australia, dr Brendan Zietsch melakukan survei pada 500 pasangan heteroseksual di lima negara. Dan hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa durasi ereksi pria itu paling singkat bis terjadi selama 33 detik.
Untuk durasi terlama, penis bisa ereksi hingga 44 menit. Jika dihitung rata-ratanya, pria bisa mengalami ereksi selama 5 menit 24 detik saat berhubungan seks.
Meskipun penis yang bisa tahan lama itu bisa membuat pasangan puas, tetap harus dilihat dengan benar lama waktunya. Jika ereksi penis terlalu lama atau priapism bisa menyebabkan rasa nyeri di area tersebut.
Namun, jika penis ereksi terlalu singkat atau bahkan sulit untuk ereksi, bisa jadi pria tersebut mengalami disfungsi ereksi. Jika itu terjadi, segera berkonsultasi pada ahlinya sebelum kerusakan itu menjadi permanen.
Komentar
Posting Komentar