Kapan Lockdown Diperlukan? Ini Penjelasan Terbaru WHO Soal COVID-19
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menganjurkan upaya pembatasan besar-besaran yang sering disebut lockdown untuk menghadapi pandemi virus Corona COVID-19. Alasannya karena akan ada dampak signifikan pada ekonomi, sosial, dan kesehatan suatu negara.
WHO menyebut bila ingin melakukan lockdown maka waktu penerapannya harus terbatas. Selain itu lockdown juga dilakukan hanya saat wabah benar-benar tidak bisa dikendalikan dan sistem kesehatan terancam kewalahan.
"Upaya ini paling baik dilakukan untuk menyiapkan upaya kesehatan publik jangka panjang. Selama periode lockdown, negara-negara dianjurkan segera menyiapkan hal yang dibutuhkan untuk penerapan solusi lainnya," tulis WHO di akun resmi media sosial Twitter-nya seperti dikutip pada Rabu (14/10/2020).
Hingga saat ini upaya pengendalian wabah Corona yang harusnya paling diutamakan menurut WHO adalah kemampuan mencari kasus baru, mengisolasi kasus, melacak kasus, mengisolasi kasus, dan memperkuat sistem kesehatan.
Selain itu upaya pencegahannya adalah penerapan jaga jarak yang disiplin, rutin cuci tangan, pakai masker, hindari kerumunan, serta menjamin ventilasi udara yang baik di dalam ruangan.
"Jadi bukan hanya melakukan satu upaya saja, semua upaya yang sudah disebutkan itu harus dilakukan bersama-sama. LAKUKAN SEMUANYA! Ini bisa berhasil. Kami mengatakan hal ini bisa berhasil karena kami sudah menyaksikan negara-negara yang berhasil mengendalikan wabah dengan strategi serupa," pungkas WHO.
https://indomovie28.net/sky-on-fire/
Desember RI Suntik Vaksin COVID-19, Realistis atau Overpromise?
Pemerintah Indonesia direncanakan memulai vaksinasi COVID-19 pada Desember 2020. Sudah ada 3 kandidat vaksin yang akan masuk pada November, yakni buatan Sinovac, Sinopharm dan Cansino.
Pakar biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, PhD, mempertanyakan target tersebut. Menurutnya, pemerintah perlu memberikan alasan yang jelas mengapa vaksin COVID-19 sudah siap disuntikkan Desember. Banyak risiko yang menjadi pertanyaan saat uji klinis vaksin COVID-19 di seluruh dunia belum selesai.
"Karena saya nggak tahu datanya, saya belum bisa bilang ini saat yang tepat (untuk suntik vaksin COVID-19). Menurut saya pemerintah harus transparan, kasih data yang jelas, alasannya (sudah bisa suntik vaksin COVID-19)," sebut Ahmad saat dihubungi detikcom, Rabu (14/10/2020).
Soal emergency use authorization yang disinggung pemerintah, Ahmad menilai harus tetap dibarengi dengan mitigasi risiko. Risiko-risiko yang bisa terjadi saat penyuntikan vaksin COVID-19 disampaikan ke publik agar tidak menghilangkan rasa percaya ke masyarakat.
Jangan overpromise, ini masyarakat ekspektasinya tinggi sekali. Nanti bahaya, bisa-bisa ini nanti jadi serangan golongan antivaksin
Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, PhD - Ilmuwan Biologi Molekuler
"Pemerintah harus menyiapkan mitigasi risiko. Kalau misalnya terjadi risiko A, harus sudah bisa dipastikan melakukan apa ke depannya," lanjutnya.
"Jangan overpromise, ini masyarakat ekspektasinya tinggi sekali. Nanti bahaya, bisa-bisa ini nanti jadi serangan golongan antivaksin," kata Achmad.
Jika nyatanya pemberian vaksin COVID-19 tak efektif bahkan memicu risiko, dampaknya bisa mempengaruhi program pemberian vaksin lainnya. Ahmad menilai pemerintah perlu berhati-hati dalam hal ini.
Sebelumnya, Staf Ahli Menteri Kesehatan Alexander Kaliaga Ginting menjelaskan penyuntikan vaksin COVID-19 rencananya dimulai Desember 2020. Seluruh vaksin COVID-19 yang tiba di Indonesia disebut potensial dan bisa disuntikkan sambil menunggu hasil uji klinis vaksin COVID-19 selesai.
Komentar
Posting Komentar