Anak Alami Gejala Mirip COVID-19, Ini Langkah Penanganan Saran Dokter
Sebagai orang tua tentu tak ingin melihat anaknya terkena COVID-19. Namun, jika anak mengalami gejala-gejala yang mirip dengan penyakit tersebut, apa yang harus dilakukan?
Menurut dokter spesialis anak dari RSUD Jati Padang, dr Charles, MSc, SpA, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter jika anak mengalami gejala mirip COVID-19, seperti batuk dan pilek.
Namun, perlu diketahui terlebih dahulu apakah sebelumnya anak pernah melakukan kontak erat dengan orang yang terduga atau terkonfirmasi positif COVID-19 atau tidak.
"Di era pandemi seperti ini tentunya yang pertama kali kita tanyakan faktor risikonya terlebih dahulu, apakah anak ada terpapar oleh orang-orang yang terkonfirmasi atau suspek?" ucap dr Charles dalam siaran pers BNPB melalui kanal YouTube, Rabu (14/10/2020).
"Tentunya kecurigaan kita menjadi kuat untuk melakukan tindakan diagnostik lanjutan," tambahnya.
Para orang tua tidak perlu terlalu panik jika anaknya mengalami gejala mirip COVID-19 agar proses pemeriksaan dapat berjalan dengan baik. "Dikit-dikit batuk pilek pemeriksaannya langsung swab, jadi pemeriksaannya berlebihan, padahal anak ternyata masih sehat-sehat saja," ujar dr Charles.
dr Charles menjelaskan, gejala COVID-19 pada anak memang tidak terlalu spesifik. Terlebih batuk dan pilek adalah penyakit yang umum terjadi pada anak-anak.
"Jadi kita harus memilah-memilih mana yang harus kita lakukan, tindakan lebih lanjut tata laksana yang harus kita laksanakan," tuturnya.
https://indomovie28.net/chihayafuru-part-upper-phrase-2016/
4 Trik Sembunyikan Ereksi Mr P yang Datang Tiba-tiba
Ereksi bisa terjadi karena berbagai faktor, tidak hanya karena ada rangsangan seksual. Ereksi yang terjadi secara spontan di tempat umum mungkin bisa menimbulkan rasa malu. Orang bisa saja berpikir yang tidak-tidak bila mendapatinya pada saat yang tidak tepat.
Lalu bagaimana cara mengatasinya? Ada beberapa trik yang bisa dilakukan sebagai berikut:
1. Ubah posisi
Jika ereksi spontan muncul saat duduk, silangkan kedua kaki untuk menyembunyikannya. Masukan kedua tangan ke dalam saku celana juga untuk membetulkan posisi penis agar tidak terlalu kelihatan.
2. Basuh dengan air dingin
Membasuh penis dengan air dingin dipercaya bisa menghilangkan ereksi. Sebab, air dingin dapat menurunkan gairah di area sensitif itu. Namun, ini mungkin bukan solusi praktis ketika tidak sempat ke toilet.
3. Regangkan paha
Cara cepat lainnya untuk menghilangkan ereksi adalah dengan meregangkan paha. Segeralah meregangkan paha selama 30 detik. Upaya ini sangat berefek cepat untuk menghilangkan ereksi.
4. Rileks
Tidak usah cemas ketika penis mengalami ereksi secara tiba-tiba. Berusahalah untuk rileks. Fokuslah untuk mengatur pernapasan pelan-pelan sehingga pikiran lebih tenang. Pikiran yang rileks tidak hanya mengatasi, melainkan juga bisa mencegah terjadinya ereksi secara tiba-tiba.
Pada Lansia, Infeksi Virus Corona COVID-19 Bisa Picu Perubahan Perilaku
Infeksi virus Corona COVID-19 bisa berbeda pada kelompok lansia. Selain tingkat kematian yang lebih tinggi dari kelompok usia lain, infeksi Corona pada lansia juga sering tidak menunjukkan gejala-gejala yang umum.
Dr dr C. H. Soejono, SpPD, KGer, dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menjelaskan gejala Corona yang lebih sering muncul pada lansia adalah hilangnya nafsu makan, hingga perubahan perilaku dan kesadaran. Tidak ada gejala yang spesifik sehingga ini bisa jadi tantangan tersendiri bagi tenaga medis.
"Kalau kita kenal selama ini gejala COVID itu ada sakit tenggorokan, demam, batuk, kemudian kalau berat bisa sesak. Nah pada kelompok usia lanjut ini sayangnya gejala itu sering kali tidak muncul," kata dr Soejono dalam konferensi pers yang disiarkan BNPB pada Rabu (14/9/2020).
Perubahan perilaku ini kadang terjadi pada lansia yang disertai kondisi pikun. Ini kemungkinan terjadi karena infeksi virus mempengaruhi proses pikir.
"Yang tadinya pasien tenang bisa menjadi agresif misalnya. Yang tadinya bisa dengan mudah diikutkan dalam rutinitas keseharian tiba-tiba sering menolak. Mondar-mandir ke sana ke mari tidak mau mengikuti rutinitas yang sudah ia kerjakan selama ini," kata dr soejono.
"Jadi adanya perubahan-perubahan seperti itu harus menjadikan kita yang di sekitarnya menjadi lebih sensitif. Jangan-jangan ada sesuatu kondisi penyakit berat akut di belakang perubahan perilaku itu. Apapun perubahan perilaku itu," pesannya.
Komentar
Posting Komentar