4 Ciri Kecanduan Masturbasi, Pernah Mengalami Salah Satunya?

 Meski dianggap punya manfaat kesehatan, masturbasi bisa menghadirkan berbagai masalah terutama jika dilakukan berlebihan. Tidak hanya dampak secara fisik, melainkan juga psikis.

Dampak fisik antara lain terjadi pada organ intim. Luka dan cedera sangat mungkin terjadi karena aktivitas yang tidak natural. Sedangkan dampak psikis bisa dialami jika seseorang tidak bisa lagi mengontrol keinginannya untuk masturbasi.


Dikutip dari Timesofindia, berikut 4 tanda kecanduan melakukan masturbasi:


1. Organ intim terasa sakit

Masturbasi berlebihan akan melukai organ intim seperti pengelupasan kulit pada vagina dan penis. Pada kondisi ini organ intim akan terasa perih dan bisa menyebabkan penyakit Peyronie yaitu pengerasan jaringan di batang penis.


2. Tidak mau bersosialisasi

Seseorang yang kecanduan masturbasi biasanya kesulitan bersosialisasi. Tanda-tandanya jadi malas keluar rumah dan mengurung diri di kamar.


3. Mempengaruhi kehidupan seksual

Masturbasi membantu tetap aktif secara seksual. Namun melakukannya secara berlebihan dapat mempengaruhi kehidupan seksual. Misalnya, kepuasan yang didapat saat berhubungan seks jadi tidak sebesar saat masturbasi.


4. Selalu memikirkan

Seseorang yang kecanduan masturbasi akan mudah teringat pada adegan porno saat sedang beraktivitas. Hal ini membuat timbulnya dorongan masturbasi yang sulit dikendalikan.


Jika seseorang merasa terlalu sering masturbasi sehingga mengganggu aktivitas, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi ke dokter.

https://indomovie28.net/the-way-we-dance-2/


Satgas COVID-19: Ada Pilkada atau Tidak, Asal Disiplin COVID-19 Bisa Dicegah


Pilkada 2020 yang akan diselenggarakan serentak di beberapa provinsi di Indonesia dianggap sangat berisiko. Hal ini karena diadakan di tengah pandemi COVID-19, sehingga dikhawatirkan bisa menyebabkan peningkatan kasus akibat infeksi virus Corona.

Namun, Kepala Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengklaim ada fenomena 'unik' dalam dua minggu terakhir terkait perkembangan kasus zonasi. Doni menjelaskan bahwa daerah yang menyelenggarakan Pilkada 2020 justru mengalami penurunan zonasi, bahkan keluar dari zona berisiko tinggi atau merah.


"Daerah yang ada Pilkada itu mengalami penurunan kasus zona merah, sedangkan daerah yang tidak ada Pilkadanya justru meningkat. Meski bukan suatu kesimpulan, tetapi ini sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor disiplin," jelas Doni dalam tanya-jawab yang disiarkan di Youtube BNPB, Jumat (9/10/2020).


"Ada atau tidak ada pilkada asalkan disiplin, maka kasus COVID-19 pasti bisa dicegah atau dikurangi," lanjutnya.


Doni juga menyebutkan beberapa wilayah yang menyelenggarakan Pilkada, tetapi sudah keluar dari zona risiko tinggi atau zona merah, yaitu:


Jawa Timur: 19 dari 38 kabupaten/kota melaksanakan Pilkada bupati dan walikota.

Sulawesi Selatan: 12 dari 24 kabupaten/kota melaksanakan Pilkada bupati dan walikota.

Sulawesi Utara: 7-8 dari 15 kabupaten/kota melaksanakan Pilkada bupati, walikota, dan gubernur.

Di Sulawesi Utara juga menyelenggarakan Pilkada gubernur yang otomatis seluruh masyarakat di kabupaten dan kota ikut terlibat. Tetapi, posisinya yang sebelumnya berada di zona merah menjadi turun ke zona oranye.


"Sekarang zona oranyenya dari 12 turun menjadi 8 kab/kota. Kemudian zona kuning atau rendah yang semula ada 3 menjadi 7 kab/kota. Ini adalah fenomena yang menari, ada daerah yang pilkada tetapi mampu mengendalikan kasus," kata Doni.


Selain itu, Doni juga mengatakan bahwa daerah yang tidak melaksanakan Pilkada 2020 justru jumlah kasusnya mengalami peningkatan. Salah satu provinsi yang disebutkan adalah Aceh.


Melihat fenomena ini, Doni mengatakan jika ada kesungguhan dari seluruh komponen untuk mematuhi protokol kesehatan, ia yakin kasus COVID-19 yang ada bisa dikendalikan. Hal ini menjadi tanggung jawab seluruh komponen, terutama masyarakat.

https://indomovie28.net/sex-tape-2/

Komentar

Postingan Populer