Terinfeksi Virus Corona, Pria Ini Alami Nyeri Testis

Para dokter di Amerika Serikat menyarankan nyeri testis juga dimasukkan sebagai salah satu gejala virus Corona, selain demam, kehilangan indra penciuman dan perasa, hingga batuk kering yang terjadi terus menerus.
Dikutip dari Daily Star, peringatan ini muncul setelah seorang pasien pria yang berusia 37 tahun dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan darurat. Pria tersebut mengalami pembengkakan dan rasa tidak nyaman pada skrotumnya.

Sebelum dibawa ke rumah sakit karena nyeri pada testisnya, pria ini sudah mengalami gejala virus Corona umum seperti batuk dan demam yang berlangsung selama seminggu. Usai diperiksa, dokter di San Antonio Uniformed Services Health Education Consortium, Texas, mengklaim virus Corona tersebut telah merusak spermatosit yang memproduksi sperma.

Tak hanya itu, para petugas medis memperingatkan kerusakan akibat virus Corona ini bisa berpengaruh pada kesuburan pria di masa depan.

Kasus pria tersebut bisa menjadi bukti pertama yang secara langsung menghubungkan virus Corona dengan nyeri testis. Namun, sampai saat ini belum ada penelitian yang menghubungkan keduanya.

Dokter yang merawat pasien tersebut percaya virus itu masuk ke tubuh menggunakan reseptor ACE2 yang ada pada sel Leydig yang ada pada testis. Hal ini memicu munculnya spekulasi bahwa virus Corona bisa menyebar melalui berhubungan seks. Tetapi, berdasarkan American Journal of Emergency Medicine, para dokter mencatat gejala ini masih jarang terjadi.

Namun, menambah nyeri testis ke dalam deretan gejala virus Corona bisa membantu mengidentifikasi penyakit ini, agar bisa menemukan pengobatan yang tepat, karantina, dan tindak lanjut terhadap kesehatan kesuburan.

Selama dirawat, pasien pria tersebut menghabiskan satu malam di rumah sakit dan diresepkan obat penghilang rasa sakit serta antibiotik selama seminggu. Tetapi, penelitian tidak mengungkapkan metode ini bisa mengobatinya atau tidak.

Para ilmuwan di China telah menganalisis air mani dari 38 pria yang dites positif terinfeksi COVID-19. Hasilnya, air mani satu dari enam pasien tersebut ditemukan adanya jejak virus Corona, termasuk mereka yang telah sembuh dari virus tersebut.

Efek Samping Vaksin Corona Berbahaya? Ini Penjelasan Satgas COVID-19

 Vaksin virus Corona COVID-19 sebentar lagi sudah dapat diproduksi. Saat ini sejumlah kandidat vaksin tersebut sedang dalam tahap uji klinis fase 3, yang dilakukan di berbagai negara termasuk Indonesia.
Namun, bagaimana dengan risiko efek sampingnya?

Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, mengatakan kemungkinan adanya efek samping pada vaksin akan sangat kecil terjadi. Ini karena ketika diproduksi nanti vaksin Corona sudah melewati berbagai macam uji klinis, sehingga sudah bisa terjamin tingkat keamanannya.

"Jadi jika ujinya dilakukan dengan baik, diamati dengan baik, maka potensi untuk memiliki efek samping itu menjadi sangat minim. Bisa saja kalau risiko itu untuk adanya efek samping itu bisa saja ada, tetapi biasanya sangat kecil," kata Wiku dalam video yang disiarkan di Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (1/9/2020).

Wiku juga menjelaskan efek positif yang dihasilkan dari vaksin Corona akan jauh lebih banyak dibandingkan risiko timbulnya efek samping. Maka dari itu, jangan takut untuk melakukan vaksinasi agar terhindar dari risiko infeksi COVID-19.

"Efek positifnya dari vaksinasi itu jauh lebih besar daripada potensi efek samping, karena efek samping selalu diamati dalam uji klinis dan selalu diamankan dari uji tersebut," tuturnya.
https://cinemamovie28.com/sud-sayiw-tham-nong-2/

Komentar

Postingan Populer