Menteri Airlangga Pakai Kalung Purifier, Benarkah Bisa Tangkal Corona?

  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto terlihat menggunakan 'kalung' air purifier saat memimpin Rapat Koordinasi Pimpinan Komite PC-PEN di Bintan, Kepulauan Riau. Sebenarnya, apa fungsi kalung tersebut?

Secara umum air purifier berfungsi untuk menjernihkan udara, sehingga orang yang berada di sekitar alat itu akan terhindar dari risiko menghirup udara kotor.


Menurut salah satu penjual kalung air purifier di toko online, alat yang digunakan oleh Airlangga mampu melindungi penggunanya dari virus Corona COVID-19.


"Membersihkan sebagian besar virus, bakteri, kuman dan polutan berbahaya di udara. Membantu memberikan perlindungan maksimal terhadap COVID-19," tulis keterangan kalung air purifier di salah satu toko online.


Apa benar kalung air purifier bisa menangkal virus Corona?

Pakar Kesehatan Lingkungan Universitas Indonesia (UI) Profesor Budi Haryanto mengatakan, alat ini diklaim mampu membersihkan partikel udara sebesar 0,4 mikron sampai 3 mikron, yang ukuran virus sekitar 0,3 sampai 0,4 mikron. Namun hingga kini, belum ada bukti bahwa air purifier dapat mencegah penularan virus Corona.


"Kalau untuk menjernihkan udara yang terhirup ya itu bagus. Tapi soal apakah COVID-19 bisa masuk atau tidak di situ, kan perlu ada bukti lagi penelitian untuk itu," jelas Budi saat dihubungi detikcom, Senin (28/9/2020).


Sementara itu, menurut dokter paru dari RS Persahabatan, dr Erlang Samoedro, SpP, kalung air purifier seperti itu tidak akan efektif dalam mencegah penularan virus Corona.


"Nggak ada hubungannya dan tidak mensterilkan udara juga karena udara kan berputar kalau kalung sekecil itu apa bisa mensterilkan udara yang terus berputar," jelas dr Erlang dalam wawancara terpisah.


"Justru yg lebih efektif adalah menjaga jarak menggunakan masker kemudian face shield dan cuci tangan," tambahnya.

https://nonton08.com/point-break/


17 Persen Warga Indonesia Merasa Tak Mungkin Tertular COVID-19


Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap hasil survei perilaku terkait virus Corona COVID-19. Salah satu hasilnya menyebut, 17 persen warga Indonesia yakin dan sangat yakin tidak mungkin tertular COVID-19.

Hal itu terungkap dalam data tentang persepsi kemungkinan terinfeksi atau tertular COVID-19. Detail temuannya sebagai berikut:


Tidak mungkin tertular 12,5 persen

Sangat tidak mungkin 4,5 persen

Sangat mungkin 19.3 prsen

Mungkin 29,4 persen

Cukup mungkin 34,3 persen

Dilihat dari sebaran usia, kelompok umur 17-30 tahun paling banyak merasa tidak mungkin tertular yakni 20,2 persen. Disusul 17,4 persen dari kelompok usia 60 persen.


Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengatakan angka 17 persen sangat besar.


"Hampir 50 juta," kata Doni dalam konferensi pers di BNPB, Senin (28/9/2020).


Alasan Psikologis Orang DKI Abaikan PSBB untuk Cari Hiburan di Bekasi


Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta kembali diperketat beberapa waktu lalu. Hal ini bertujuan untuk menekan penularan virus Corona di Jakarta yang kian meningkat.

Dengan semakin ketatnya PSBB, sebagian warga ternyata lari cari hiburan di luar Jakarta seperti pergi ke Tangerang, Bekasi, dan Bandung. Hal ini disebabkan karena di Jakarta tidak boleh lagi ada kerumunan dan larangan makan di restoran.


Kenapa masih banyak orang menyepelekan bahaya Corona? Psikolog sekaligus konselor Nuzulia Rahma Tristinarum menjelaskan, karena sebagian orang tidak menganggap ini sebagai hal yang berbahaya.


"Kurangnya rasa peduli dan empati sehingga tidak peduli dengan orang lain tentang virus ini," papar Rahma saat dihubungi detikcom Senin (28/9/2020).


Namun, bukan cuma soal rasa peduli dan empati. Sebagian orang yang abai protokol disebut Rahma tidak mampu berpikir kritis, seperti halnya menganggap COVID-19 adalah teori konspirasi belaka.


Keyakinan akan teori konspirasi cenderung tidak berdasarkan bukti ilmiah, semata-mata hanya keyakinan diri sendiri saja. Selain itu Rahma menyebut bisa jadi hal ini disebabkan karena melihat angka kasus sembuh Corona tinggi.


"Jadi kalau yang banyak masuk informasi tentang konspirasi, percaya saja. Kalau yang banyak masuk informasi tentang virus COVID-19 nggak bahaya kok asal kita kuat imun, juga langsung percaya saja," ungkap Rahma.


"Kalau misal misal info yg masuk, data yang meninggal sedikit, banyakan yg sembuh trus langsung percaya aja," beber Rahma.


Akibatnya, mereka mencari hiburan di masa PSBB tanpa pikir panjang. Orang-orang ini disebut Rahma cenderung santai dalam menghadapi pandemi COVID-19.


"Tidak peduli bisa saja dirinya berbahaya, tidak peduli pada perasaan orang yang kehilangan keluarganya karena virus ini dan tidak peduli dengan para nakes dan pekerja kesehatan lain yang sudah berkorban banyak dalam segi waktu, psikis dan lainnya," beber Rahma.

https://nonton08.com/desierto/

Komentar

Postingan Populer