Riset Terbaru Ungkap Virus Corona Picu Masalah Ginjal Akut

Dari berbagai dampak yang ditimbulkan virus Corona pada pasien, kerusakan pada ginjal belum terlalu banyak mendapat perhatian. Riset terbaru membuktikan COVID-19 bisa memicu masalah ginjal yang akut.
Di Rumah Sakit Mount Sinai, Manhattan, hampir sebagian besar pasien COVID-19 yang dirawat mengalami masalah ginjal akut. Padahal, sebelumnya para pasien itu tidak memiliki masalah pada ginjalnya.

Hal ini ditemukan dalam penelitian yang dilakukan terhadap hampir 4.000 pasien Corona yang dirawat antara 24 Februari dan 30 Mei 2020. Dari seluruh pasien yang diamati, 46 persen mengalami beberapa kelainan ginjal selama berjuang melawan virus Corona.

Sementara itu, 17 persen pasien lainnya kondisi ginjalnya sudah sangat parah, hingga membutuhkan tindakan cuci darah. Bahkan lebih dari sepertiga pasien tersebut, ginjalnya tidak bisa bekerja seperti sebelumnya.

Ketua American Society of Nephrology's COVID-19 Response Team, Dr Alan Kliger, mengatakan temuan dari penelitian tersebut tidak terbatas hanya terjadi di satu tempat saja.

"Apa yang kita amati ini adalah bahwa sekitar 10-50 persen pasien dengan COVID-19 yang parah dan memerlukan perawatan intensif, mengalami gagal ginjal yang memerlukan beberapa bentuk dialisis," jelas Dr Kliger dikutip dari New York Post, Selasa (4/8/2020).

Namun, dari temuan itu pun masih belum dapat diketahui penjelasan jelasnya bagaimana virus itu bisa menghancurkan ginjal pasien. Menurut Dr Kliger, virus ini secara langsung memang bisa mempengaruhi organ-organ yang ada di dalam tubuh manusia.

Adapun bukti lainnya yang menunjukkan bahwa COVID-19 bisa memicu 'badai sitokin', yaitu reaksi yang berlebihan dari sistem kekebalan tubuh dan bisa merusak ginjal serta organ tubuh vital lainnya saat seseorang berusaha melawan virus. Dalam kasus yang ekstrim, virus Corona ini juga bisa memicu sepsis dan kerusakan di banyak organ tubuh.

Gilang Bungkus Kain Jarik: Awal Kasus, Fetis, dan Perkembangan Terkini

 Gilang bungkus kain jarik masih jadi pembicaraan hangat setelah trending di Twitter. Kasus dugaan pelecehan dengan modus bungkus kain jarik ini memancing reaksi dari pihak yang merasa jadi korban, kampus, hingga pakar kesehatan.
Para influencer di Twitter dan Instagram juga mengunggah pendapat terkait kasus Gilang bungkus kain jarik yang dilakukan mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri ternama di Surabaya ini. Sutradara Ernest Prakasa mengaku pernah bertemu dan foto bersama dengan pelaku yang menggunakan kedok riset akademis di balik aksinya.

"Gw RT thread ini ya, baca aja sampe bawah nanti ada foto pelakunya. Fotonya bareng gw, brengsek emang," tulis Ernest dalam akun twitternya seperti ditulis detikcom.

Berikut perjalanan kasus Gilang bungkus kain jarik dan seputar fetis
1. Awal kasus Gilang bungkus kain jarik
Gilang bungkus kain jarik berawal thread di Twitter yang diunggah @m_fikris berjudul Predator 'Fetish Kain Jarik' Berkedok Riset. Kasus ini berkaitan dengan bungkus-membungkus korban hingga seperti pocong dengan kain jarik.

"Nah setelah gw ngobrol ama temen gw. Katane hal2 kek pocong (dibungkus jarik) itu adalah fetish/kink gitu lah. Gw dikasih link beritane, gw kirim ke gilang dong. Dan ampe gw nulis ini gak dibales," tulis akun tersebut.

2. Apa itu fetis dalam Gilang bungkus kain jarik?
Menurut psikolog forensik Reza Indragiri, fetis atau fetish memiliki sangat banyak ragam. Inti fetish adalah bagaimana seseorang bisa mengalami keterangsangan seksual dengan berbagai objek yang tidak lazim.

"Menjadi gangguan atau fetishistic disorder, ketika obsesi semacam itu menghilangkan kemampuan yang bersangkutan untuk terangsang dengan cara atau objek yang wajar. Dengan kata lain, dia bisa menikmati sensasi seksual hanya dengan cara atau objek yang tidak lazim tersebut," kata Reza dalam pesan pendek yang diterima detikcom.

3. Kondisi yang relevan dengan fetis seperti dalam Gilang bungkus kain jarik
Reza menjelaskan, ada sejumlah teori yang bisa diacu terkait fetish salah satunya dalam Gilang bungkus kain jarik. Salah satunya dan mungkin relevan adalah perasaan tidak percaya diri pada maskulinitasnya serta merasa takut.

"Bentuk fetish yg menjadi obsesinya dapat dipahami sebagai bentuk kompensasi atas kelemahan tersebut. Dengan dasar berpikir demikian, maka polisi patut menginvestigasi. Ini bukan semata-mata tentang orang dengan kondisi psikis yg tidak wajar, tapi boleh jadi sudah mengandung unsur pidana. Ada unsur pelecehan seksual berbasis daring misal virtual dan sexual harassment," kata Reza.
https://kamumovie28.com/dangerous-addiction-2/

Komentar

Postingan Populer