Pesan untuk Pegowes yang Ugal-ugalan dan Suka Bergerombol
Maraknya tren bersepeda di satu sisi membawa pesan positif bahwa makin banyak orang peduli dengan gaya hidup sehat. Di sisi lain, banyak pesepeda pemula yang perilakunya di jalan raya cukup meresahkan.
Beberapa perilaku yang kerap ditemui di jalanan antara lain bergerombol hingga memakan separuh badan jalan. Ada juga yang tidak tertib di lampu merah, misalnya tetap melaju dan mengagetkan pengendara dari arah lain.
Terkait hal itu, praktisi kedokteran olahraga dr Andhika Raspati, SpKO mengingatkan pentingnya keamanan bersepeda. Secara khusus dr Dhika mengingatkan pesepeda yang gowes pada malam hari. Selain pakai helm, ia mengingatkan untuk melengkapi diri dengan pencahayaan baik lampu maupun reflektor agar mudah dilihat oleh pemakai jalan yang lain.
"Safety jangan lupa," pesan dr Dhika dalam perbincangan live di channel YouTube BNPB, Minggu (5/7/2020).
Sementara itu, ketua Bike to Work (B2W) Indonesia Poetoet Soedarjanto menekankan bahwa sesama pengguna jalan harus sadar pentingnya saling berbagi. Tertib berkendara adalah salah satu bentuk saling menghargai.
"Niatkan selalu bahwa kita tidak mau celaka, dan kita tidak mau mencelakakan orang lain karena perbuatan kita di jalan raya. Caranya bagaimana? Patuhi aturan lalu lintas," tegas Poetoet.
Tak kalah penting, selalu patuhi protokol kesehatan saat bersepeda. Jika harus bergerombol, usahakan tidak lebih dari 5 pesepeda dengan tetap saling jaga jarak dan tidak terlalu banyak nongkrong setelahnya.
"Yang benar-benar direkomendasikan solo riding sekarang," kata dr Dhika.
54 Persen Warga DKI Percaya Risiko Terpapar Corona Sangat Kecil
Kasus virus Corona di DKI Jakarta masih tinggi. Pada Sabtu (4/7/2020) ada 223 kasus baru Corona di Jakarta. Bagaimana persepsi warga soal risiko atau kemungkinan mereka terpapar virus Corona?
LaporCovid-19.org dan Social Resilience Lab NTU melakukan studi 'Persepsi Risiko Warga DKI pada New Normal' dengan peserta 154.471 ribu warga DKI Jakarta. 63,71 persen dari 154.471 peserta merupakan perempuan, sementara 37 persen lainnya laki-laki.
Hasilnya ditemukan 54 persen warga Jakarta percaya mereka memiliki kemungkinan sangat kecil terpapar virus Corona. Sebanyak 50 persen warga Jakarta juga percaya orang terdekat mereka memiliki kemungkinan sangat kecil terkena virus Corona.
Sementara itu 94 persen peserta ternyata tidak mengenal pasien Corona atau seseorang yang pernah terpapar Corona. Hanya ada kurang dari 3 orang peserta yang mengenal orang yang pernah terpapar Corona.
Associate professor sosiologi kebencanaan dari Nanyang Technological University Singapura, Sulfikar Amir menjelaskan kedua hal tersebut berkaitan. Hal ini bisa berpengaruh pada perilaku dan sikap seseorang karena merasa aman dari virus Corona.
Hasil survei terkait perilaku melawan virus Corona COVID-19 menunjukkan sebagian besar warga Jakarta patuh melakukan social distancing, menggunakan masker, dan mencuci tangan. "Sejauh ini warga memiliki kepatuhan sosial yang cukup tinggi dalam hal menjaga diri di luar rumah seperti perilaku mencuci tangan, penggunaan masker dan jaga jarak. Hasilnya 90 persen warga tertib mencuci tangan, 97 persen menggunakan masker dan 90 persen memperhatikan social distancing." jelas Sulfikar Amir saat menjelaskan hasil survei melalui Webinar pada Minggu (5/6/2020).
Namun, Sufikar menyebut kepatuhan mereka untuk menerapkan protokol kesehatan bisa saja tidak dilakukan dengan baik. Karena hal ini kembali lagi pada keraguan sebagian besar warga Jakarta terhadap risiko paparan virus Corona.
"Seperti mereka keluar pakai masker tetapi tidak menganggap mereka akan terkena virus Corona COVID-19. Mereka memakai maskernya nggak rapat. Jaga jarak kemudian tidak dilakukan secara konsisten," kata Sulfikar.
https://indomovie28.net/fairy-tail-episode-312-subtitle-indonesia/
Komentar
Posting Komentar