Adakah yang Percaya Virus Corona Buatan Lab? Ini Hasil Survei di DKI

 Banyak teori konspirasi terkait virus Corona COVID-19. Salah satu yang paling banyak disebut adalah virus Corona buatan manusia di laboratorium. Adakah yang meyakininya?
LaporCovid-19.org dan Social Resilience Lab NTU baru saja melakukan studi 'Persepsi Risiko Warga DKI pada New Normal' dengan jumlah responden lebih dari 150.000 orang. Beberapa pertanyaan yang diajukan juga terkait pengetahuan warga Jakarta soal virus Corona.

Seperti yang dipaparkan associate professor sosiologi kebencanaan dari Nanyang Technological University Singapura, Sulfikar Amir setidaknya ada beberapa pertanyaan yang diajukan pada peserta survei atau responden terkait pengetahuan Corona. Termasuk apakah virus Corona dibuat sengaja oleh manusia, dan Indonesia aman dari Corona karena beriklim tropis.

Hasil survei menunjukkan 58 persen orang tidak tahu apakah virus Corona benar-benar buatan manusia. Sementara 23 persen menilai hal tersebut keliru dan 18 persen lainnya meyakini virus Corona buatan manusia.

"Menariknya, banyak di antara mereka yang percaya virus Corona buatan manusia adalah orang yang juga tidak percaya pakar kesehatan atau dokter," jelas Sulfikar di Webinar LaporCovid-19.org melalui Zoom pada Minggu (5/7/2020).

Meski begitu, tingkat kepercayaan publik pada pakar kesehatan sangat tinggi yaitu berada di skala 4, tertinggi dari indikator-indikator lain yang diteliti seperti keluarga, selebritas dan influencer, tokoh agama, dan pejabat pemerintah. Lalu bagaimana dengan teori lain seperti iklim tropis membuat Indonesia aman dari virus Corona COVID-19?

Sebanyak 45 persen meyakini bahwa informasi Indonesia aman dari virus Corona karena iklim tropis keliru. Namun, 26 persen mengatakan bahwa hal tersebut benar adanya dan 28 persen lain tidak mengetahui kebenaran informasi tersebut.

Kalung Anti Corona Kementan Ternyata Jamu, Tak Diklaim Antivirus

 Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner Kementerian Pertanian, Indi Dharmayanti meluruskan kontroversi yang berlarut tentang kalung anticorona. Ditegaskan, riset tentang produk tersebut masih panjang.
"Sebenarnya bukan obat untuk Corona, karena riset masih terus berjalan. Tapi ini adalah ekstrak dengan metode destilasi untuk bisa membunuh virus yang kita gunakan di laboratorium. Toh sesudah kita lakukan screening ternyata eucalyptus ini memiliki kemampuan membunuh virus influenza bahkan Corona," tegasnya dalam keterangan tertulis, Minggu (5/7/2020).

Sebelum mengumumkan kalung anticorona yang kini jadi perbincangan, Kementerian Pertanian lebih dulu memperkenalkan roll on dan inhaler. Ketiga produk tersebut menggunakan basis tanaman eucalyptus.

Ditegaskan pula, klaim antivirus bukan berasal dari peneliti. Riset yang telah dilakukan masih dalam tahap in vitro, yang artinya belum diujikan pada manusia.

"Bukan, klaim kita yang di BPOM adalah jamu melegakan saluran pernapasan, mengurangi sesak tapi punya konten teknologi di mana kita buktikan invitro bisa membunuh Corona model dan influenza, cenderung mengurangi paparan," jelas Indi kepada detikFinance.

Untuk membuktikan potensinya pada COVID-19, masih dibutuhkan riset lebih lanjut.

"Iya, masih potensi COVID. Saya selalu bilang itu potensi semua wawancara tidak klaim itu antivirus kok. Itu berpotensi karena kita akan buktikan pengobatan COVID," lanjutnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan bahwa kalung antivirus Corona dari tanaman eucalyptus akan diproduksi secara massal mulai Agustus mendatang.

"Ini sudah dicoba. Jadi ini bisa membunuh, kalau kontak 15 menit dia bisa membunuh 42 persen dari Corona. Kalau dia 30 menit maka dia bisa 80 persen," kata Mentan.
https://indomovie28.net/the-dark-side-of-opulent/

Komentar

Postingan Populer