Sulit Ubah Kebiasaan Menyentuh Wajah? Ini Saran dari Psikolog
Hampir semua orang pasti menyentuh wajah mereka berkali-kali dalam sehari. Hidung gatal, mata lelah, dan mulut kotor, menjadi beberapa alasan untuk menyentuh wajah tanpa berpikir dua kali.
Namun, kebiasaan menyentuh wajah dapat meningkatkan risiko terinfeksi virus flu atau virus corona COVID-19 yang sedang mewabah hampir di seluruh dunia saat ini.
Bagian tubuh seperti hidung, mulut dan mata adalah area paling sensitif. Virus dapat masuk dengan mudah melalui bagian tubuh tersebut ke dalam tubuh.
Zachary Sikora, PsyD, seorang psikolog klinis di Northwestern Medicine Huntley Hospital di Huntley, Illinois, Amerika Serikat, menawarkan beberapa tips untuk menghindari menyentuh wajah selama wabah virus COVID-19.
Salah satunya dengan menempelkan catatan pengingat post-it di rumah dan di kantor agar tidak menyentuh wajah. Selain itu sebisa mungkin buat tangan sibuk dengan sesuatu untuk menghindari tidak sengaja menyentuh wajah.
Sikora menambahkan, mengenakan sarung tangan bisa menjadi pengingat efektif untuk tidak menyentuh wajah.
"Kamu dapat mengenakan sarung tangan saat keluar ke tempat umum karena ada kemungkinan besar terpapar dengan menyentuh permukaan yang memiliki virus," kata Sikora.
"Lalu lepaskan ketika kamu sampai di tujuan. Ini mungkin tidak biasa, tetapi mengenakan sarung tangan di rumah juga dapat membantu kamu menghentikan kebiasaan menyentuh wajah," jelas Sikora.
Walaupun kamu sering mencuci tangan untuk menghindari penularan infeksi virus ke dalam tubuh. Tetapi, cara terbaik adalah dengan tidak menyentuh wajah dengan tangan sesering mungkin.
Studi: Pasien Tetap Bisa Menularkan Corona Setelah 5 Minggu Terinfeksi
Sebuah studi terbaru mengatakan patogen virus corona COVID-19 akan tetap berada di dalam saluran pernapasan pasien selama 37 hari atau sekitar lima minggu. Hal tersebut membuat mereka yang terinfeksi bisa menularkan virus ini selama berminggu-minggu lamanya.
Mengutip dari Bloomberg, seorang dokter di China mendeteksi adanya ribonucleic acid (RNA) virus corona dalam sampel pernapasan dari sebagian pasien yang selamat setelah 20 hari terinfeksi COVID-19. Penelitian ini pun telah diterbitkan di dalam jurnal medis The Lancet.
"Temuan ini memiliki implikasi penting dalam pengambilan keputusan isolasi pasien dan bimbingan sekitar lamanya pengobatan antivirus," kata Fei Zhou dari Akademi Ilmu Kedokteran China.
Saat ini lamanya isolasi yang disarankan adalah 14 hari setelah terpapar virus. Tetapi jika penularan tetap terjadi meski pasien sudah tak memiliki gejala, kemungkinan mereka tanpa sadar menyebarkan patogen sesudah melaksanakan karantina.
Sebagai perbandingan, menurut para ilmuwan di China, hanya sepertiga pasien SARS yang masih memiliki virus dalam saluran pernapasan mereka. Penelitian ini juga didukung dengan catatan medis dan data laboratorium dari 191 pasien COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit Jinyintan dan Rumah Sakit Paru Wuhan, termasuk 54 yang meninggal karena infeksi.
https://nonton08.com/cast/kazuya-nakai/
Komentar
Posting Komentar