Indonesia dan 3 Negara yang Pakai Klorokuin Buat Lawan COVID-19

Perdebatan mengenai pemakaian obat untuk penyakit yang disebabkan virus Sars-CoV-2 mencuat. Sejumlah negara masih menggunakan klorokuin dan hidroklorokuin untuk pengobatan COVID-19.
Kedua obat ini bahkan tidak dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan US Food and Drug Administration (FDA) namun beberapa penelitian memberikan hasil yang berbeda satu sama lain sehingga menimbulkan ketidakseragaman kesimpulan.

Negara mana saja yang masih menggunakan klorokuin dan hidroklorokuin? detikINET merangkumnya untuk Anda.

1. Indonesia
Indonesia merupakan negara yang memproduksi obat klorokuin dan hidroklorokuin sendiri. Kendati demikian pemakaian ini membuat WHO meminta Indonesia menghentikan pemakaian obat ini.

Alasannya karena bukti studi menunjukkan obat yang biasa dipakai untuk penyakit malaria tersebut tidak bermanfaat pada kasus infeksi COVID-19, malah meningkatkan risiko kematian.

"Kelompok Eksekutif telah memutuskan menghentikan sementara penggunaan hidrokolorokuin dalam Solidarity Trial sementara data dianalisa oleh Dewan Pengawas Keamanan Data," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

2. India
Negara ini merupakan salah satu produsen hidroklorokuin yang mana digunakan untuk pengobatan anti-malaria.

Berlawanan dengan negara seperti Prancis yang memutuskan menghentikan penggunaan, Badan Riset Biomedis India mengumumkan bahwa mereka masih akan tetap menganjurkan penggunaaan hydroxychloroquine. Berdasar studi pengamatan dan kontrol kasus COVID-19 di India dikatakan tidak ada efek samping utama dari penggunaan hidroklorokuin sebagai obat profilaksis atau pencegahan.

3. Brasil
Sempat maju mundur, Brasil akhirnya memutuskan tetap menggunakan hidroklorokuin untuk pengobatan COVID-19. Bahkan, dilaporkan Brasil menerima bantuan dua juta obat tersebut.

"Hidroklorokuin ini akan dipakai sebagai tindakan pencegahan untuk membantu perawat, dokter, dan tenaga medis Brazil melawan virus. Obat juga akan dipakai sebagai terapi bagi warga Brazil yang terinfeksi," kata Presiden Brasil Jair Bolsonaro.

4. Malaysia
Perdana Menteri Malaysia mengatakan akan terus menggunakan hidroklorokuin untuk pengobatan pasien COVID-19 menurut direktur jenderal Kemenkes Malaysia Noor Hisham Abdullah. Dikutip dari Channel News Asia, Malaysia akan terus memonitor efek samping dari penggunaan obat ini.

"Seperti yang Anda ketahui, obat ini memiliki efek samping, yang bervariasi dari orang ke orang, sehingga perlu pengawasan ketat oleh dokter," kata Dr Noor Hisham kepada wartawan di sebuah konferensi media.

Investigasi di Dark Web Temukan Ratusan 'Vaksin dan Obat' COVID-19

Ratusan penjualan 'vaksin, obat antivirus dan alat perlindungan diri (APD)' dari COVID-19 ditemukan oleh Australian Institute of Criminology (AIC) di dark web atau darknet. Mereka pun menemukan 224 daftar dari 110 vendor yang konon berasal dari China, Amerika Serikat, dan Australia.

Karena banyaknya negara yang kekurangan pelindung diri, tidak mengherankan bahwa masker K95 menjadi yang paling banyak dijual, sebagaimana ditulis Guardian.

"Kami menemukan hampir setengahnya, 45% (dari produk terkait virus Corona -- red), adalah APD. Banyak masker operasi, banyak masker K95," ucap Profesor Rod Broadhurst dari Australian National University.

Masker, sanitizer, dan sarung tangan adalah yang paling umum, diikuti APD, alat diagnosis, alat rapid test, dan thermoscanner. Sekitar sepertiga dari daftar ialah obat-obatan.

Dari daftar obat itu, ada juga obat yang dipercaya sebagai penawar efektif virus Corona oleh Presiden AS Donald Trump, yaitu chloroquine dan hydroxycloroquine. Harganya pun beberapa kali lebih tinggi daripada obat yang sama ketika dibeli dengan resep di Australia.

Studi ini tidak mengamati lebih lanjut apakah penjualan ini merupakan penipuan. Lebih lanjut, Broadhurst hanya berkomentar ia menemukan barang yang 'sangat aneh' dan menarik di dalamnya.

"Kami tahu banyak hal ini mungkin akan menjadi omong kosong, tetapi bisa jadi akan ada banyak barang asli juga," lanjutnya.

Namun sebagai catatan nih, detikers, WHO menyebutkan ada 6 calon vaksin sedang dalam tahap uji klinik pada manusia. Dalam laporan 'DRAFT landscape of COVID-19 candidate vaccines', WHO mencatat bahwa per 23 April 2020 sudah ada 6 kandidat vaksin virus Corona yang sudah dalam tahap uji coba pada manusia.

Nah, calon vaksin ini ada di Amerika, China dan Inggris. Selain itu ada 77 calon vaksin lain di berbagai negara yang masih dalam pengembangan awal. Kalau detikINET sih mendingan sabar menunggu vaksin Corona yang sudah jelas diverifikasi deh, kalau kamu?
http://nonton08.com/uq-holder-episode-9/

Komentar

Postingan Populer