Dokter Sarankan Pria Jangan Tidur Pakai Celana Dalam, Ini Alasannya
Bagi sebagian pria, tidur pakai celana dalam mungkin adalah hal yang biasa. Tetapi, tahukah kamu kalau tidur tanpa celana dalam itu lebih bermanfaat bagi kesehatan?
Menurut Direktur Institute for Men's Health di Jersey Urology Group, Dr Brian Steixner, mengenakan celana dalam saat tidur bisa menyebabkan masalah kesuburan pada pria.
Steixner menjelaskan, saat mengenakan celana dalam, suhu di selangkangan akan menjadi lebih hangat. Ini dapat mempengaruhi kualitas sperma yang sensitif terhadap suhu.
Selain itu, tidur pakai celana dalam juga berisiko memicu bakteri mudah berkembang biak. Alasannya, karena selama tidur area selangkangan bisa jadi lebih lembab dari keringat.
"Suhu di daerah bawah (selangkangan) haruslah tepat agar produksi sperma menjadi optimal," kata Steixner seperti dikutip dari The Sun pada Kamis (11/6/2020).
"Banyaknya bakteri yang tumbuh bisa membuat kulit menjadi lecet atau iritasi, sehingga berisiko terjadinya infeksi," tuturnya.
Mengenal Tes Serologi COVID-19 Berbasis Lab, Sensitivitas Diklaim 100 Persen
Tes serologi virus Corona COVID-19 diklaim memiliki sensitivitas deteksi hingga 100 persen. Sebenarnya seperti apa sih tes serologi antibodi SARS-CoV-2 berbasis lab?
Tes serologi antibodi SARS-CoV-2 berbasis lab adalah tes untuk mendeteksi antibodi baik Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG) terhadap SARS-CoV-2 dalam darah. Cara mendeteksinya dilakukan dengan mengambil darah pasien dan dimasukkan ke tabung darah untuk diproses di laboratorium.
Hasil dari tes serologi ini bisa reaktif dan non reaktif. Kalau hasilnya reaktif kemungkinan tubuh kamu mengandung antibodi SARS-CoV-2. Antibodi reaktif tidak selalu diartikan virus sedang aktif dalam tubuh. Antibodi juga bisa terdeteksi karena adanya infeksi yang terjadi di masa lampau.
Jika dinyatakan reaktif, kamu perlu melakukan isolasi diri sebelum melanjutkan tes PCR untuk memastikan positif atau negatif Corona karena tes antibodi bukan diagnosis pasti. Lain halnya jika kamu dinyatakan non reaktif, kemungkinan besar tubuh kamu belum memiliki antibodi saat ini. Namun hasil antibodi SARS-CoV-2 non reaktif bukan berarti bahwa tubuh tidak terinfeksi virus Corona COVID-19.
Disarankan untuk sebaiknya menjalani tes antibodi ulang dalam waktu 7-10 hari agar memastikan apakah kamu benar-benar terinfeksi Corona atau tidak. "Konsultasi dengan dokter untuk melihat faktor risiko lain. Tetap lakukan physical distancing (jaga jarak), terapkan kebiasaan hidup bersih dan sehat, cuci tangan, serta gunakan masker jika keluar rumah," demikian dikutip dari rilis Siloam Hospitals, Rabu (10/6/2020).
Lalu apa bedanya dengan Real Time PCR dan Rapid Test?
Sebenarnya yang dideteksi sama dengan rapid test yaitu antibodi SARS-CoV-2. Namun untuk mengetahui apakah seseorang sudah terinfeksi virus Corona COVID-19 atau belum, tes serologi antibodi SARS-CoV-2 berbasis laboratorium ini pengerjaannya dilakukan oleh instrumen robotik sehingga akurasi dari pengerjaan diklaim lebih baik dan deteksi antibodinya diklaim lebih objektif daripada rapid test.
Sedangkan bedanya dengan Real Time Reverse Transciption (RT) PCR SARS-CoV-2 adalah pemeriksaan untuk deteksi materi genetik SARS-CoV-2. RT-PCR dapat dikatakan sebagai gold standard untuk deteksi SARS-CoV-2. RT PCR SARS-CoV-2 hanya dapat dilakukan di beberapa laboratorium di Indonesia karena memerlukan laboratorium dengan spesifikasi ruangan, alat dan reagen khusus, tenaga ahli, serta proses yang lebih lama.
https://nonton08.com/cast/erin-cathryn-strubbe/
Komentar
Posting Komentar