WHO Investigasi Corona Sebabkan Komplikasi Peradangan Langka Pada Anak

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut ada laporan anak-anak di beberapa negara mengalami komplikasi peradangan akibat infeksi virus Corona. Beberapa ahli menyebut komplikasi ini mirip seperti yang terjadi pada kondisi langka sindrom Kawasaki.
"Kami meminta jaringan klinisi global untuk waspada dan merekam informasi terkait kejadian ini secara sistematis, sehingga kami bisa memahami dan membuat panduan perawatan yang lebih baik," kata ahli epidemiologi WHO, dr Maria van Kerkhove, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (30/4/2020).

WHO menegaskan orang tua tak perlu terlalu khawatir terhadap informasi ini. Alasannya karena hanya sebagian kecil saja anak yang terinfeksi virus Corona mengalami komplikasi parah.

"Saya ingin menekankan pada seluruh orang tua di luar sana bahwa banyak, sekali lagi banyak anak-anak yang terinfeksi COVID hanya akan mengalami gejala ringan dan bisa sembuh total," kata salah satu ahli WHO Dr Mike Ryan.

Sindrom Kawasaki adalah penyakit yang sampai sekarang menjadi misteri karena tidak diketahui pasti penyebabnya, namun diduga memang kemungkinan awal dipicu oleh infeksi. Penyakit ini menyebabkan dinding pembuluh darah meradang sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah.

dr Sukman T Putra, SpA(K), FACC, dari Eka Hospital BSD pernah menjelaskan penyakit Kawasaki umumnya dapat sembuh tanpa menimbulkan masalah, namun bila tak ditangani dengan baik sekitar 5-20 persen pasien anak bisa alami komplikasi jantung.

Diklaim Ampuh, FDA Akan Setujui Remdesivir Sebagai Obat Bagi Pasien Corona

Uji coba obat remdesivir untuk pengobatan pasien COVID-19 menunjukkan hasil yang baik. Ini diketahui setelah para peneliti melaporkan pada hari Rabu, remdesivir bisa membantu pasien pulih lebih cepat.
Dikutip dari CNN, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (FDA) di Amerika Serikat (AS) saat ini memang belum menyetujui obat apa pun untuk pengobatan virus Corona. Tetapi mereka berencana untuk menyetujui remdesivir sebagai pengobatan untuk pasien COVID-19.

Kini FDA sedang melakukan pembicaraan dengan Gilead Sciences, yang memproduksi obat remdesivir agar obat tersebut tersedia untuk pasien dalam waktu dekat.

"Sebagai bagian dari komitmen FDA untuk mempercepat pengembangan dan ketersediaan pengobatan COVID-19 yang potensial, agensi tersebut sedang berdiskusi dengan Gilead Sciences mengenai pembuatan remdesivir agar tersedia untuk pasien secepat mungkin, sebagaimana diperlukan," ucap juru bicara FDA, Michael Felberbaum.

Pada percobaan awal, penggunaan remdesivir menunjukkan tingkat pemulihan yang lebih cepat pada pasien yaitu dari 15 hari bisa menjadi 11 hari. Hal ini mirip dengan efek tamiflu terhadap penyakit flu, karena obat itu dapat menyembuhkan pasien lebih cepat.

"Data menunjukkan bahwa remdesivir memiliki dampak positif yang jelas signifikan dalam waktu pemulihan," ucap Dr Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS (NIAID).

Komentar

Postingan Populer